SINGGASANA PUTIH ABU-ABU

Gemerincing nyaring memanggilku menelusuri mundur lorong waktu.
Menarik lenganku menyinggahi singgasana putih abu-abu.
Gemeletapnya mampu mengupas kembali kisah yang telah terkuliti.
Hmmm... aromanya saja telah menelanjangai biruk kerinduan.
Lalu menjelma seperti jeruk yang siap tuk ku cicipi.
Manis , asam, kecut menjalar di sepanjang siangasana putih abu-abu.
DUNIA KOMA, MARET 2011
MEMUNGUT MALAM
Ingin ku pungut malam menyelubungkan riak dingin. Menutup siangasana tuk
memangku setiap desur yang terserak. Guna mengumpulkan puing-puing sepi tuk beradu
bersama kabut malam. Detak jarum jam pun bergulana di tengah hening malam.
Membisikkan riuh pada ranting jiwa yang bersemayam dalam rangkulan mimpi.
DUNIA KOMA, MARET 2011
MENGEJA MALAM
Sukar tuk ku jelaskan padamu, tentang malam yang teduh,
tentang gusar yang masih bergelayut,
juga tentang desis suara yang masih merayu,
mengiringi dayungan sampan hingga tiba di dermaga mimpi.
puisi Perdanaku yang dimuat di Harian Analisa Rabu, 16 Maret 2011
Dunia KOMA, Maret 2011
puisi Perdanaku yang dimuat di Harian Analisa Rabu, 16 Maret 2011