Selasa, 29 Maret 2016

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 6 Part 2




Tim Mo Yeon, Sang Hyun dan yang lainnya naik helikopter terlebih dahulu, semua terkesima pada pemandangan dari atas yang sangat indah. 

Menurut Sang Hyun ini pemandangan yang tidak boleh dilewatkan, karena selama ini mereka hanya melihat usus besar kecil, duodenums dan itu bukanlah pemandangan. Semuanya pun tertawa.

Woo Geum bercerita, kalau Kapten Yoo selalu mengatakan bahwa pemandangan ini, membuat dia ingin melindungi negara ini. Mo Yeon terdiam dan melihat bangkai kapal tempat yang pernah didatanginya bersama Si Jin.

Anak yang terkena keracunan timah masih mengisap paku dimulutnya dan masuk ke dalam mobil tank. Ia melongo melihat banyak kupu-kup datang ke arahnya.


Kepala manajer pembangunan pembangkit tenanga surya, Young Soo Jin mengeluarkan brilian dari kantong persembunyian di bawah lantai, lalu memasukan kembali setelah memastikan masih ada briliannya. Setelah itu, menutup kembali lantai dengan papan kayu dan keluar dari ruangan.

Ternyata anak buah wakil manager melihatnya tapi tak peduli dan memilih untuk tidur kembali menutupi semua kepalanya dengan selimut. Saat itulah, barang-barang di atas meja mulai bergoyang.


Di luar, keadaan sangat bising karena bunyi mesin las potong. Si anak buah wakil manajer tadi baru bangun dan merapikan rambutnya serta memuji dirinya sangat tampan. Si manajer Go memukul si anak buah untuk memakai helm karena jika sesuatu jatuh tepat di kepalanya maka akan langsung mati. Ia pun melepaskan helmnya dan memakaikan ke kepala anak buahnya. 

Manager Go mau mengambil helm yang lain tapi jejeran helm terjatuh dan kaca yang tergantung di dinding pun tiba-tiba retak.

Ki Bum pergi ke dapur mau mengambil piring, tak menyadari lampu temple mulai bergoyang sampai akhirnya sadar semua perabotan di atas mulai berjatuhan. Ia pun jatuh dan berteriak.

Salah satu tentara keluar dari ruangan mengabari ada gempa bumi dan menyuruh semua keluar dari ruangan. Semua mulai bergerak dan berjatuhan, Ki Bum tertimpa kulkas yang ada di sampingnya.

Myeong Ju ada di gudang penyimpan obat, berteriak histeris melihat obat berjatuhan dari rak lalu berlari keluar. Tim Ja Ae berlindung di bawah kasur dan tak bisa berjalan, Myeong Ju pun membantu tim medis untuk segera keluar menyelematkan diri.

Semua berjatuhan, jalanan di penuhi buah-buahan, anak-anak berlari ketakutan. Pekerja pembangkit listrik tenaga surya berusaha keluar dari bawah tanah. Mobil truk berguling, pipa besar pun membuat beberapa pekerja jatuh. Listrik pun mulai konselting.


Manager Go masih sibuk memasangkan helm pada anak buahnya, lalu berlari bersama. Kepala Manager Jin keluar dengan wajah yang penuh dengan tumpahan tanah. Ia ingin berpegangan pada alat berat tapi tanahnya amblas ke bawah dan masuk ke dalam. Beberapa pekerja yang lari keluar terjerembab masuk ke dalam.

Tiang tinggi untuk pembangkit pun jatuh berantakan. Manager Go dan anak buahnya masih ada di dalam  gedung berusaha untuk keluar. Saat anak buah itu sempat terjatuh dan terpisah dari manager Go. Ia melihat manager Go jatuh karena tanah yang amblas. Di luar terdengar suara yang memekakan telinga. Kepala manager Jin bersembunyi di balik papan. 


Di dalam helikopter, telihat banyak banyak burung yang tiba-tiba terbang ke arah mereka. Keadaan di sekitar mereka pada runtuh, jembatan, mobil dan banyak asap debu berterbangan.


Di seoul, Si Jin sedang menyetir  di bawah gerimis hujan, melihat berita di layar  besar [Urk, gempa berkekuatan 6,7 skala ricter].  Ia pun menghubungi saluran tim keamanan dengan walkie-talkie. 

“Aku Kapten Yoo Si Jin dari tim Alpha. Meminta informasi siapa saja yang mengetahui kondisi Mohuru. Jangan menutupnya dan lakukan sekarang juga.” Kata Si Jin, lalu memutar balik mobilnya.


Hee Jeu sudah hamil besar melihat berita gempa di Urk bersama Ji Soo. Ia pun mulai panik memikirkan nasib Chi Hoon calon ayah bayinya. Ji Soo menenangkan kalau semua akan baik-baik saja. Suk Won menelepon sambil jalanmmengaku tak tahu apa-apa dan mengetahuinya dari berita saja jadi ia akan rapat dulu, dan akan menghubungi setelah mendapat informasi.

Anak buah Letjen Yoon memberitahu sudah menghubungi markas dan Myung Joo tak ada di Mohuru. Letjen Yoon bertanya tentang pesawat angkutnya. Anak buahnya menjawab akan berangkan 10 menit lagi.

Anak buahnya mengatakan akan fokus menemukan Letnan Yoon. Letjen Yoon menyanggah jangan fokus pada satu letnan saja, dia ke sana untuk bertugas. Ia melihat daftar berkas dan menyuruh memasukan Dea Young. Anak buahnya mengataka Dae Young memang menawarkan diri dan sedang bersiap-siap.

Letjen bertanya apakah mobilnya sudah siap sekarang. anak buahnya mengatakan sudah siap. Letjen Yoon pun keluar dari ruangannya.

Semua penumpang berlari masuk ke dalam pesawat ketika tangga pesawat mulai diturunkan. Di depannya Woo Geum dan Mo Yeon berdebat menyuruh Tim Mo Yeon naik ke pesawat sesuai yang diperintahkan. Mo Yeon mengatakan, kenapa kau tak mengerti juga? Apa kau mau membuang-buang waktu. Sang Hyun menimpali bicara kami akan bertanggung jawab. Jadi bawa kami kkembali ke sana.    

Woo Geum tetap berkeras menyuruh Mo Yeon naik ke pesawat. Mo Yeon mengatakan ia akan bertanggung jawab dalam timnya. Lagipula tim medis sangat diperlukan saat bencana alam terjadi dan setengah dari tim nya masih ada di sana. Ia akan pulang tanpa mereka.

Woo Geum kesal dan mengatakan ia tidak menyukai Mo Yeon. Mo Yeon tahu itu dan nanti saja membahasnya.

Presiden bertanya apa pemerintah bisa mengirim tim penyelemat. Salah satu pejabat berkata kalau wilayah Urk masih dalam sengketa, jadi mereka tidak bisa mengirim tim dari Korea.

Suk Won kesal, karena pejabat itu sama sekali tak memberi solusi. Ia mengatakan sudah mengirim tim medis tapi belum mendengar kabar apapun. Letjen Yoon dengan tegas mengatakan kalau ia sudah mengirim pasukan terbaik untuk menyelematkan mereka.

Suk Won jerit bertanya khawatir lalu bagaimana kau bisa mengirim mereka. Lalu dengan nada rendah mengajukan bantuan uang apabila dibutuhkan berapapun jumlahnya, jadi mereka harus melakukan sesuatu. Letjen Yoon memberitahu bahwa pesawat nomor A C-17 merupakan pesawat tercepat akan berangkat 30 menit lagi, tepatnya pukul 01.00 pagi dari Suwon dengan dengan anggota pasukan khusus yang terhebat.

Di dalam pesawat ada Si Jin, Dae Young dan beberapa tentara lain sudah siap dengan helm dan pakaian tentaranya. Dae Young bertanya apakah Si Jin sudah selesai berlibur. Si Jin berkata ia harus melakukan kewajibanya dan Dae Young pasti kagum padanya. Keduanya tersenyum.


Sang Hyun berteriak panik memanggil Ja Ae di dalam ruang medis, Ja Ae muncul dari ruang obat dan menyuruh Sang Hyun diam saja daripada berteriak-teriak lalu bertanya kenapa mereka tidak pulang ke Korea. Sang Hyun malah mengucap syukur karena Ja Ae baik-baik saja.

Mo Yeon ingin tahu apa anggota tim medis ada yang terluka. Ja Ae mengatakan mungki mereka masih shock dan kami baik-baik saja. Min Jin melapor kalau saluran udara terputus, jadi tidak bisa menghubungi siapa pun dan berpikir akan mati tadi.

Mo Yeon mengatakan jangan khawatir dan bersyukur karena semuanya baik-baik saja. Biar ia mencoba menghubungi pihak Seoul. Lalu mendekati Chi Hoon yang sedang mengobati Ki Bum, menanyakan keadaan Ki Bum. Chi Hoon menjawab kalau bahu Ki Bum hanya terkilir dan sudah diobati dokter militer. Ki Bum menyakinkan Mo Yeon kalau dirinya baik-baik saja.

Myeong Ju memberitahu semua tentara di camp tak teluka parah, lalu menanyakan alasan Mo Yeon kembali  dan mengira bandara juga hancur. Petugas medis lain panik karena mungkin penerbangan mereka dibatalkan.

Sang Hyun menjelaskan, bandaranya baik-baik saja, tapi mereka tak bisa pergi sebelum memastikan kondisi tim medis semua jadi mereka kembali. Min Jin bersyukur sambil menangis mengira tak akan bisa pulang.

“Medicube… medicube… apakah dokter militer ada di sana?” tanya seseorang dari walkie talkie.

Myeong Ju menyahut dan bertanya apa terjadi sesuatu. Orang itu menjawab, bangunan pembangkit listrik runtuh. Semua orang yang ada di ruangan kaget, Min Ji kembali menangis.

Mobil ambulans datang ke tempat pembangkit listrik dan juga truk tentara. para wanita turun dari ambulans dan para pria tim medis pria dan tentara turun dari truk dengan membawa alat medis.

Semua terlihat kacau balau, beberapa tentara mencoba membantu seadanya dan pegawai lain yang masih sehat membantu orang-orang yang kesakitan. Tim medis bingung melihat bangunan yang kokoh bisa hancur karena gempa. Semua pasien tergeletak dengan wajah penuh debu bercampur darah.

Mo Yeon memerintah timnya memakai rompi agar bisa dikenali para korban. Chi Hoon menjelaskan hijau untuk non darurat, kuning untuk cedera ringan, merah untuk pasien gawat darurat yang membutuhkan pengobatan cepat. Mo Yeon mengingatkan untuk pasien kritis yang tak dapat diobati di TKP label merah dan hitam untuk status meninggal.

Semua memakai rompi dan tas medis untuk masing-masing dokter dan perawat. Mo Yeon berpesan untuk fokus pada pasien yang bisa diselamatkan.

Dokter lain bertanya apa mereka perlu persetujuan Mo Yeon untuk penggunaan morfin atau Demerol. Mo Yeon mengiyakan karena obat itu tidak bisa digunakan untuk sembarang pasien. Ia meminta timnya menganalisis kondisi pasien dan memilih alternatif lain yang terbaik dan memerintahkan untuk mulai bergerak

Mo Yeon sempat tersandung karena hak sepatu, lalu sengaja mematahkan haknya agar bisa berjalan dengan nyaman meski di depannya masih ada tumit beberapa centi.

Tentara membawa pasien dengan tandu, beberapa lainnya berjalan keluar dari reruntuhan, tiba-tiba ada  reruntuhan lain yang keluar. Mo Yeon melihat satu korban yang dibawa oleh tentara dan memeriksa keadaannya. Tentara memberitahu korban tidak mengalami pendarahan dan denyut nadi masih terasa. Mo Yeon melihat korban mengalami syok sesaat. Ia meminta tentara menyiapkan oksigen dan ia mau menyiapkan pengobatan. 

Korban terus berdatangan ke tenda, Ki Bum juga membantu membawa barang-barang medis. Kepala manajer Jin datang bertanya pada Woo Geum, apa sudah melakukan pencarian di dalam gedung. Wo Geum mengatakan bangunan runtuh total dan sedang berusaha masuk, ia bertanya keberadaan manager Go karena tidak melihatnya dari tadi.

Kepala Manager berkata, manager Go mendapat shift sore hari ini dan mungkin ada 30 orang atau lebih. Dan memberitahu semuanya masih di dalam gedung yang runtuh.

Manager Jin ingin memberitahu ada suatu barang yang penting di kantornya, tapi Wo Geum tak peduli dan langsung pergi setelah mendengar permintaan bantuan dari radionya.

Salah satu pasien tiba-tiba muntah darah dan kejang-kejang. Min Ji berteriak meminta tolong pada Ja Ae, Ja Ae melihat pasien tak bisa bernapas dan berteriak minta bantuan Chi Hoon dan pasien berguling jatuh. Chi Hoon berlari mendekatinya.



Manager Go tersadar dan melihat badannya tertimpa dengan bangunan tembok, ia berusaha menggesernya tapi tak kuat, akhirnya bia berteriak minta tolong. Salah satu anak buahnya memanggil dengan bahasa Korea kalau ia merasa sakit. Manager Go bertanya siapa itu.

Anak buahnya terus mengatakan sakit dan seperti akan mati. Ternyata ada besi yang menembus kebagian dada sebelah kanannya dan badannya tergantung karena tertancap besi. Manager Go bertanya apakah terluka parah, tapi menurutnya salah itu salah untuk ditanyakan. Ia meminta untuk bersabar lalu memukul batu agar orang lain mendengar ada orang di dalam.


Mo Yeon membantu salah satu pasien yang dibawa pegawai, Myeong Ju juga datang dan menyuruh Mo Yeon membantu dokter lain saja. Mo Yeon melihat Chi Hoon yang membantu di tenda.


Chi Hoon berusaha meneka bagian dada pasien. Mo Yeon datang menanyakan kedaan pasien yang ditangani Ja Ae dan Chi Hoon. Ja Ae mengelengkan kepala, Chi Hoon mengatakan tadi denyut nadinya masih ada dan akan bertahan kalau mereka berusaha.

Mo Yeon memeriksa denyut nadi lalu mengganti label kuning dengan hitam. Ia menjelaskan meski denyut nadi masih terasa, tapi jantungnya sudah berhenti kerena mengalami pendarahan dan meninggal.

Chi Hoon tak percaya dan terus menekan bagian dada pasien. Mo Yeon memintanya untuk berhenti dan mengumumakan waktu kematian, Chi Hoon berteriak menolak karena yakin pasien itu bisa diselamatkan.



Chi Hoon berkeras, pasien itu tak mengalami luka parah dan memberinya label kuning. Sang Hyun datang menamparnya dan mengatakan, sadarlah jangan cengeng, bersikaplah selayaknya seorang dokter. Semua terkejut karena Sang Hyun menampar Chi Hoon.

Chi Hoon merasa bersalah karena memberi label warna yang salah. Sang Hyun menyemangati kalau Chi Hoon seorang dokter yang dibutuhkan di tempat seperti ini, jadi umumkan waktu kematian pasien dan lanjutkan tugasmu. Pergilah ke pasien yang masih bisa diselematkan.

Chi Hoon menangis, Mo Yeon memangang pundaknya agar tetap kuat. Akhirnya Chi Hoon mengumumkan waktu kematian pasien dengan berurai airmata. Lalu jenazah itu dimasukkan ke dalam kantongan mayat oleh tentara dan dibantu Ja Ae.


Ji Soo khawatir di dalam ruangannya, ia mengirimi voice mail untuk Mo Yeon. Dilayar komputernya ada berita tentang gempa di Urk dan pesan terakhir yang dikirimkan Mo Yeon. Juga foto Ji Soo dan Mo Yeon saat mendapat gelar sarjana kedokteran.

Para tentara berusaha memotong besi-besi yang menghalangi jalan dengan mesin pemotong. Mo Yeon terus membantu para korban bersama Myeong Ju. Sepertinya rasa marahnya terhadap Myeong Ju telah hilang.

“Aku telah diberikan titah untuk menjadi seorang dokter. Aku sudah berjanji untuk mempertaruhkan hidupku untuk menyelamatkan umat manusia.”

Sang Hyun dan Ki Bum makan nasi instan untuk mengurangi rasa lapar. Tiba-tiba tentara datang memangil tim medis karena ada keadaan darurat. Sang Hyun langsung meninggalkan nasi instannya begitu juga Ki Bum.

“Kesehatan dan kehidupan pasienku adalah prioritas utamaku.”

Chi Hoon memberikan suntikkan didampingi Ja Ae, pasiennya berkulit hitam.

“Aku akan melaksanakan tugasku dan menyelematkan pasienku tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan”

Tentara bergotong royong menarik reruntuhan dengan rantai tapi rantainya malah putus tak kuat menarik beban.

“Aku tak akan melepaskan tanggung jawabku, bahkan saat aku berada dalam ancaman.”

Mo Yeon menempelkan plester pada bahu pekerja yang terluka tidak parah. Saat akan pergi, pekerja itu menariknya. Mo Yeon mengira pasien itu merasakan sakit lagi. Tapi pekerja itu memberikan sepatu karena kaki Mo Yeon berdarah karena sandal yang dipakainya.

“Aku telah menerima sumpah ini dan menjadi hidupku dan atas nama kehormatanku.”

Terlihat foto Mo Yeon mengucap janji seorang dokter di rumahnya yang biasa lilin dinyalakannya.

Ki Bum melihat Woo Geum membawa tandu dan menanyakan apakah itu pasien. Woo geum mengeleng kepala. Ki Bum mengganti angka kematian menajdi 14 di papan tulis.





Terdengar helikopter mendekat, semua langsung melihat ke arah helikopter dan beberapa orang turun menggunankan tali dari helikopter dan berjalan menuju area pembangkit listrik.


Mo Yeon melihat bayangan tentara yang datang di depannya, salah satunya melepaskan helm. Ia melihat Si Jin begitu juga sebaliknya Si Jin yang melihat Mo Yeon. Beberapa anak buah Si Jin berbaris di depannya menghalagi pandangan. Ia terus berusaha melihat Si Jin, sampai ada orang yang memegang tangannya meminta tolong mengobati temannya yang terlukan. Mo Yeon pun pergi dengan membawa tasnya meninggalkan Si Jin. Si Jin melihat itu.  

Woo Geum memimpin untuk memberikan hormat pada Kapten Yoo yang baru datang. Si Jin pun menerima hormat. Dae Young melihat keadaan para tentara dan Ki Bum yang memakai penyanggah tangan.
Si Jin menanyakan apakah ada yang terluka. Semua menjawab tidak. lalu berkata ia sudah mendengar semuanya jadi tak usah ada laporan dan memulai penyelematan pada para korban. Dan bertanya lagi apa ada yang mau mengundurkan diri. Semuanya menjawab tidak.

Si Jin mengingatkan anak buah untuk jangan sampai terluka karena tidak akan bisa menyelematkan orang lain. Lalu menyuruh anak buahnya kembali ke posisi masing-masing.


Dae Young mengambil tali dan melihat Myeong Ju berlari ke arahnya. Sejenak keduanya saling menatap. Dae Young bersyukur Myeong Ju dalam keadaan yang baik-baik saja. Lalu pamit pergi bertugas.

Myeong Ju memanggil Dae Young dengan jabatannya, berpesan untuk jangan terluka dan ini adalah perintah. Dae Young memberikan hormat tanda menerima perintahnya. Myeong Ju pun menerima hormat dengan mata berkaca-kaca.



Mo Yeon baru selesai memeriksa pasien dan akan kembali. Ia melihat tali sepatunya lepas dan berlutut ingin mengikatnya. Seorang tentara menaruh helm dan mengikat tali sepatunya. Mo Yeon terkejut karena tentara itu adalah Si Jin. Ia terus melihat Si Jin di depannya. Si Jin diam saja saat mengikat tali sepatu Mo Yeon.



Setelah selesai, Mo Yeon berdiri duluan, Si Jin mengambil helm dan berdiri. Si Jin bersyukur Mo Yeon terlihat baik-baik saja dan tidak terluka. Ia meminta maaf karena tak mengatakan salam perpisahaan sebelum pulang kemarin dan tak bisa menemani Mo Yeon. Si Jin berpesan untuk berhati-hati. Mo Yeon dengan mata berkaca-kaca juga berpesan agar Si Jin berhati-hati. Mereka pun berjalan berlawanan arah.
Bersambung ke episode 7…

Komentar:
Episode ini ceritanya pada galau semua ya…. kan buat saya ikut galau…

Ini namanya bencana membawa berkah, karena adanya gempa membuat Si Jin kembali bertemu dengan Mo Yeon. Begitu juga dengan Dae Young yang bertemu Myeong Ju.  

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 6 Part 1





Si Jin meminta izin mengajukan pertanyaan karena mungkin kali ini adalah pertemuan mereka yang terakhir. Si Jin membahas tentang ciuman kemarin. Mo Yeon langsung memotongnya, berkata tak perlu membahasnya. 

Si Jin bertanya bingung, apa yang harus ia lakukan? haruskah ia meminta maaf atau mengakui perasaanya pada Mo Yeon.

Mo Yeon mengatakan Si Jin memang pria yang menarik dan berbahaya dan ia tidak menyukai pria yang berbahaya. Meski setiap kali ia menatap Si Jin ia terpesona. Mo Yeon berharap bisa memiliki waktu yang banyak bersama Si Jin agar ia bisa meluruskan pikirannya, menyingkirkan ketakutannya dan meluangkan waktu untuk berpikir apa ia bisa menjadi pacar dari pria yang berbahaya tapi juga menarik ini.

Tetapi Mo Yeon merasa ditinggalkan terus dan ia tidak bisa marah pada sikap Si Jin ataupun melarangnya pergi. Ia seperti orang bodoh dengan pikiran kacau. Dan sekarang ia sungguh tak menyukai Si Jin. Ia pun menyuruh Si Jin meminta maaf.

Si Jin menatap Mo Yeon tanpa berkedip. Ia pun meminta maaf atas perbuatannya yang mencium Mo Yeon.  Dan berharap Mo Yeon dapat menjaga diri, lalu memberi hormat dan pergi.

Di kamar Mo Yeon menyalakan lilin, lalu melamun dengan keputusannya tidak membiarkan Si Jin menyatakan perasaannya karena takut akan dikecewakan lagi.


Si Jin berbaring sambil menatap kalung militer dilehernya, pikirannya melayang kerena ditolak Mo Yeon.



Esok paginya, para tentara lari pagi. Mo Yeon keluar dari kantor Si Jin melihat hanya Woo Geum yang menjadi komando di bagian depan. Ki Bum lewat untuk mengambil air dan menyapa Mo Yoen. Mo Yeon bertanya, “Di mana Kapten Yoo? Dia tidak ada di kantornya.”

Ki Bum menjawab, Si Jin sudah pergi semalam untuk mengejar pesawat sipil dan ia memberi hormat lalu pergi. Mo Yeon kecewa, karena Si Jin tak pernah berpikir dua kali.

Si Jin tersenyum bahagia melihat foto keluarga masih tertempel di dinding dan memanggil ayahnya yang sedang merapikan seragam tentaranya, menunjukkan foto itu. Ayahnya merasa seharusnya Si Jin mengikuti saran ibunya untuk menjadi seorang dokter atau hakim karena tentara sekarang jarang dihargai.


Si Jin merapikan kancing baju ayahnya dan mengatakan, bisa saja jika otaknya pintar, tapi hanya ototnya saja yang pintar. Dan otot itu tak berguna dalam dunia hakim atau dokter. Ia berharap ayahnya selalu sehat dan panjang umur dan ia akan naik jabatan agar ayahnya bangga berfoto dengannya.

Ayah Si Jin menyela, atasan mana yang akan menaikkan jabatan Si Jin begitu saja, bahkan Si Jin menyia-nyiakkan promosinya.

Ayah Si Jin bertanya apakah seragamnya sudah rapi, Si Jin mengatakan sudah memasangnya sesuai seperti yang diajarkan ayahnya dan meminta ayahnya untuk menegapkan bahunya.

Ayah Si Jin merapikan baju anaknya dan menyemangatinya, di dalam dunia tentara terkadang kau lebih bangga menjalankan tugasmu daripada mendapat promosi. “Kau adalah anak ayah.”

Seseorang memberitahu semuanya sudah siap jadi mereka bisa masuk sekarang. Si Jinmenyuruh ayahnya untuk lebih dulu masuk, karena ia mau mengambil foto ibunya.

Di dalam studio foto, Si Jin memegang foto ibunya yang sudah meninggal dan berfoto bersama dengan tersenyum, sedangkan ayahnya tampak tegang.

Dae Young yang berada di atas pundak anak buahnya meniup peluit, tanda perintah untuk trainee n0 17 bersiap meluncur  di tali flying fox. Trainee alias calon tentara baru itu berteriak ketakutan sampai ke ujung, menabrak matras, lalu buru-buru memanjat dinding menyelematkan diri. Akhirnya, semuanya mendapatkan hukuman dengan jongkok berdiri beberapa kali, lalu push up. 

Dae Young mengatakan, sepertinya ada yang salah dengan tubuh, bahkan kepala kalian. Salah satu menjawab, tidak. Dae Young memrintahkan anak buahnya untuk bergantian menggendongnya di pundak.

Dae Young bertanya, apakah kalian mau membunuhnya? Tentara di sampingnya menjawab dengan tegas “Iya Pak”.

Dae Young menyela, “Kau tak bisa membunuhku dengan stamina lemah itu.” Dae Young memberikan waktu 30 menit kepada tentara juniornya untuk kembali ke gerbang. Ia mengancam, jika ia masi bisa melihat wajahmu nanti, maka ia akan menjadi lawan bagi tentara junior. Tentara junior itu pun berlari. Ia kembali meniupkan peluitnya.

“Trainee yang ganteng…. siap meluncur!” teriak Si Jin dari ujung flying fox tanpa mengunakan seragam tentaranya. Ia langsung meluncur dengan gagah berani. Bahkan memberi dua jarinya ketika sampai di ujung lainnya.  Sementara semua tentara junior melonggo takjub melihatnya. 



Dae Young meminta untuk diturunkan. Lalu mengatakan, si trainee tak usah sombong dan menyuruhnya untuk cepat turun. Si Jin melemparkan tali ke bawah. Dae Young memerintahkan tentara junior untuk memperhatikan baik-baik karena itu adalah gerakan sempurna untuk posisi rappel.

Si Jin turun dengan gaya buggi jumping dari tembok, semua makin takjub melihatnya. Dae Young bertanya apakah Si Jin sedang dibebas tugaskan dan kenapa ia bisa datang ke sini. Si Jin mengaku sangat merindukan Dae Young dan bertanya kapan Dae Young selesai bekerja karena ia ingin minum bir yang banyak bersama Dae Young.
Dae Young menuangkan bir sambil bertanya apa acara penyambutan ayah Si Jin berjalan lancar. Si Jin mengatakan sangat mengharukan, bahkan hampir menangis saat ayah mendapat buket bunga. Dae Young merasa senang melihat Si Jin kembali dengan selamat. Lalu mereka cheers dengan mengatakan “hormat”

Tiga orang tentara datang berbicara keras kalau sudah lama tak bertemu, jadi mereka harus minum dan melakukan permainan. Dae Young langsung memalingkan wajahnya melihat tentara Si Jin heran dan bertanya apa Dae Young mengenal mereka.


Dae Young mengaku ia dulu adalah instruktur jahat mereka. Si Jin mengeluh akan sikap Dae Young. Dae Young mengatakan tak masalah mereka tidak akan mengenalinya karena tidak memakai seragam tentara. Si Jin malah berpendapat mereka pasti mengenalinya.

Dan benar saja mereka langsung menyapa Dae Young. Dae Young merasa sudah ketahuan dan berusaha menutupi wajahnya dengan rompi. Si Jin bertanya di mana rute memutar balik. Dae Young menjawab arah jam 5 dari tempat duduk Si Jin.

Si Jin manaruh uang di atas meja. Tentara itu mendekati keduanya dan menuntut janji yang Dae Young katakan saat masih sebagai instruktur, bahwa Dae Young akan melawan mereka sesuai level. Dae Young beralibi jika itu ketemu di luar bukan di dalam. Lagipula untuk apa ia berkelahi.

Si Jin tertawa mencairkan suasana, menurutnya ini sangat lucu. Seharusnya mereka menyimpannya sebagai kenangan indah di dalam hatimu. Tentara itu tidak mau menyimpannya sebagai kenangan indah. Si Jin berbisik dalam hitungan ketiga, berdirilah. Ia pun mulai menghitung dari satu, Dae Young malah langsung loncat kehitungan tida dan melarikan diri duluan. 


Dae Young mendarat di atas meja lantai bawah, lalu Si Jin menyusul turun di sampingnya. Keduanya tersadar seluruh meja diisi oleh tentara, Si Jin bingung, berpikir hari ini adalah hari angkatan bersenjata. Tentara yang tadi berteriak menyuruh anak buahnya menangkap keduanya.

Semua tentara mulai berdiri dari mejanya, Dae Young memberitahu arah jam 2 dan langsung menghitung ke angka tiga, menolak Si Jin yang belum siap, berteriak kalau ia bisa mati jika melawan semua tentara itu. Dae Young dan Si Jin berusaha melawan dengan teknik tanpa melukai lalu loncat dari balkon dan berlari menyusuri jalan pertokoan.


Tentara yang lain dengan jumlah yang banyak mengejar dan Si Jin Dae Young sempat terjebak, tapi bisa melarikan diri dengan menaiki tangga. Lalu keduanya bersembunyi dibalik dinding. Setelah semuanya pergi, keduanya baru bisa bernapas lega.


Si Ji protes pada Dae Young, apa setelah angka 1 itu 3. Dae Young mengaku ia tidak pintar matematika.  Menurutnya, Dae Young semakin semakin kaku saja. Ia pun teringat kalau Dae Young juga adalah instruktur jahatnya saat menjadi calon perwira ada di akademi militer.

“Aku ingat. Jadi, kau mau berkelahi sekarang?”tantang Dae Young.

Si Jin pun mengatakan ia tidak jadi mengingatnya, karena ia hanya nmengingat masa-masa indah saja. Ia mengeluh kalau rasa mabuknya jadi hilang setelah berlari.

Dae Young bertanya apakah Si Jin sudah meminum wine-nya. Si Jin mengaku hanya mencicipinya. Lalu berpikir Si Jin meminumnya sendirian. Si Jin bilang ia minum bersama Dr. Kang Mo Yeon. Dae Young  bertanya lagi apakah hubungan keduanya berjalan lancar.

Si Jin merasa tidak sama sekali dan sepertinya ia selalu dicampakkan pacarnya setiap kali berlibur. Ia mengaku ia masih meriindukannya tapi yakin akan baik-baik saja nanti. Dae Young menimpali kalau Si Jin belum melakukan usaha lainnya. Si Jin membenarkan lalu mengejek Dae Young yang juga sama sekali tidak pernah berusaha jadi tak pantas jadi penyemangat dalam hal ini.

Dae Young membela diri, ia bukannya tidak mau berusaha tapi ia sama sekali tak diberikan kesempatan. Si Jin menyimpulkan kalau mereka berdua memang bodong. Dae Young membenarkan, mereka merasa bodoh jika sedang bersama.

Keduanya pun tertunduk mengatur napas. Dae Young pamit pergi untuk pulang ke rumah karena rumahnya itu berada di sekitar lingkungan itu. Si Jin kesal karena Dae Young sengaja berlari ke arah sini untuk menghemat ongkos taksi. Dan semakin kesal karena Dae Young tidak memintanya mampir makan ramen. Dae Young cuek dan tetap berjalan sambil melambaikan tangan.


Saat berjalan, Dae Young mendapatkan telepon dari Myeong Ju. Kali ini diangkatnya membuat Myeong Ju kaget dan berteriak “hallo” tapi Dae Young tak menjawab. Lalu bertanya kau tak mau berbicara denganku? Dae Young tetap diam saja mendengar suara Myeong Ju.

Meski begitu Myeong Ju tetap merasa senang. Ia mengatakan Dae Young hanya perlu mendengarnya dan jangan menutup teleponnan. Myeong Ju bercerita kalau ia baik-baik saja dan tetap memakai seragamnya, jadi nyamuk tidak bisa mengingitnya. Kesehatannya juga stabil dan ia sangat merindukan Dae Young.

Myeong Ju bertanya apa Dae Young sudah bertemu dengan Si Jin. Ia mengadu kalau Si Jin mengejeknya karena Ia datang ke sini hanya untuk Dae Young.  Si Jin juga mengatakan kecantikkannya hilang saat kebanggannya hilang. Tapi ia tak peduli karena ia tahu Seo Dae Young sangat mencintainya.



Dae Young mengingat saat tangannya mereka saling berpegangan. Ketika Myeong Ju sengaja manaruh krim di mulutnya agar bisa dicuim, Dae Young malah mengusapnya dengan tangan. Myeong Ju yang berada di luar café seperti sedang menciun Dae Young dan mereka langsung selfie bersama. Myeong Ju yang berlari dari rumahnya saat melihat Dae Young datang ke rumahnya yang lansung mendapatkan pelukkan hangat dari Myeong Ju.

Myeong Ju bertanya apa Dae Young masih mendengarnya dan menuntut apa ia tidak bisa mendengar hembusan napas Dae Young. Dae Young pun mempedengarkan hembusan napasnya.

Mo Yeon menerima pesan dari Ji Soo “Kau sudah mau kembali ke Korea, kan?” aku sudah siapkan wine untukmu.” Mo Yeon membalas, “Aku tak suka minum dengan wanita, kau harus menyiapkanku pria yang baik.”

“Bagaimana dengan pria yang kau temui di sana? Apa kau tak menyukainya lagi?” tanya Ji Soo.

“Tidak, dia adalah pria yang terbaik,” ketik Mo Yeon.

Si Jin membuka jaketnya dan pergi ke halte, lalu naik bus dengan perasaan sedih karena tak ada teman yang bisa menemaninya, ia mengeluarkan kepala ke jendela tanpa sadar ada iklan rumah sakit Mo Yeon tertempel di badan bus.

“Aku seharusnya tak menerima permintaan maafnya. Seharusnya aku memeluknya dan mengakui perasaanku. Akulah orang yang melepas kesempatan itu. Dia pasti tidak menyukai, kan?” Mo Yeon membaca tulisan pesannya tapi akhirnya memilih untuk menghapusnya.


Si Jin bermain billiard sendirian, saat mengunyah es batu dalam minumannya. Dae Young datang denga datang menggunakan baju garis-garis yang sama. Si Jin pun mengambil gambar Dae Young dengan ponselnya. Dae Young berusaha menutupinya dengan kemeja. 


Myeong Ju tersenyum sumringah melihat foto yang dikrimakan Si Jin. Chul Ho melirik ingin tahu. Tanpa sadar Myeong Ju memberi betadine sampai ke bagian lengan padahal yang terlukan di bagian tangan.

Chi Hoon memompa air, Mo Yeon mencuci semua wajah anak-anak satu per satu dibantu oleh Min Ji. Pasien yang keracunan timah datang, memberikan sebuah gambar. Mo Yeon melihat ada dua orang yang berdiri di bawah pohon.

Falshback

Mo Yeon menjelaskan pada anak-anak agar jangan menjilati timah dengan cara memperagakannya. Si Jin menerjemahkan ke dalam
bahasa Urk, “Jika kalian menjilati benda ini lagi, akan kutembak kalian.” Membuat anak-anak itu tertawa. Mo Yeon memperagakan lagi untuk mencuci tangan sebelum makan. Si Jin kembali menerjemahkannya, ”Kalia juga akan kutembak jika kalian tidak mencuci tangan sebelum makan.”

Anak-anak kembali tertawa. Mo Yeon heran dan berpikir Si Jin mengatakan sesuatu yang konyol. Si Jin berdalibi kalau anak-anak biasanya memang sering tertawa.
Flashback End


Si Jin juga meningat kenangan dengan Mo Yeon. Ia duduk sendirian di tepi danau dengan memasang tenda. Ia pun menelepon Dae Young meminta untuk datang menemaninya karena ia merasa bosan sendiri dan takut kerena terdengar suara burung hantu. Dae Young mah tak peduli dan menutup teleponnya karena ia sedang sibuk bekerja.

Si Jin kembali menelepon dengan nada panik kalau ada harimau yang datang. Tapi gagal Dae Young langsung menutup teleponnya. 


Si Jin menghela napas dan menyandarkan tubuhnya, lalu mengeluarkan batu putih dari saku baju dan menatapnya dalam-dalam.

Flashback
Saat di dalam bangkai perahu, Mo Yeon mengembalikan batu putih yang diberi Si Jin, karena merasa Si Jin lebih memiliki kesempatan yang besar untuk kembali datang ke sini.
Flashback End

Mo Yeon berdiri di pinggir tebing, melihat ke bawah pulau tempat bangkai kapal yang pernah didatanginya bersama Si Jin. Mo Yeon membayakan mereka berdua mengobrol di atas kapal tanpa Si Jin memakai seragam tentaranya.


Daniel datang dengan mobil jeep yang pernah terjun ke laut dan sekarang bisa terlihat seperti semula. Mo Yeon memuji kemampuan bengkel Daniel.

Daniel mendengar Mo Yeon akan pulang hari ini. Mo Yeon membenarkan dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantunya. Ia pun memberi amplop dan merasa uang itu tidaklah seberapa. Daniel menolaknya lalu mengeluarkan selembar brosur untuk membayarnya dengan memberikan sumbangan 10 dolar per bulan. Mo Yeon menerimanya.

Daniel juga mengucapkan terimakasih dan berpesan untuk menghubunginya jika ingin melakukan petualangan penderitaan lagi.

Mo Yeon merasa petualangannya sudah lebih dari cukup dan sekarang ia ingin kembali ke dunianya sebenarnya. Ia bertanya apa Daniel akan tetap tinggal di Urk. Daniel menjawab untuk saat ini, ia akan tetap tinggal di Urk. Mereka pun berjabat tangan dan menitipkan salam pada Ye Hwa.



Ye Hwa berjalan di bukit untuk mengambil bunga liar, lalu melihat kupu-kupu yang terbang sangat dekat denganya. 


Tiba-tiba ribuan burung terbang di langit dan bersuara nyaring.

Mo Yeon sedang mencatat semua barang medis di rak, Myeong Ju masuk menanyakan sedang apa Mo Yeon karena semua orang sudah menunggu. Mo Yeon mengatakan ia kan selesai jam 5 nanti. Myeong Ju menyuruhnya lebih cepat lagi bekerja, Mo Yeon melirik sinis.

Myeong Ju berkata karena hari ini terakhir kali mereka bertemu, ia ingin mengajukan pertanyaan, “Apa kau menyukai Si Jin sunbae?” Mo Yeon terdiam dan menatap Myeong Ju.

Myeong Ju mengatakan ekspresi Mo Yeon telah memberitahu jawaban Mo Yeon. Mo Yeon berkilah ia tidak memberi jawaban. Myeong Ju kukuh, tapi seluruh bagian tubuhmu menjawab semuanya. Ponsel Myeong Ju bordering dan tak percaya karena kebetulan itu telepon dari Si Jin. Mo Yeon kaget karena Si Jin menelepon di depannya. 



Myeong Ju mengaku senang Si Jin menelepon dan mengatakan ia tidak tahu harus memanggil Mo Yun apa. Mo Yeon, Dr. Kang, atau Nn. Kang. Lalu bertanya, “Tapi, apa dia menyukaimu?” Si Jin terkejut dan langsung berdehem mendengarnya. Mo Yeon berteriak karena Myeong Ju menanyakan hal itu dan ingin merebut ponselnya.

Si Jin mengalihkan pembicaraan, “Kenapa kau tak mengatakan hormat padaku?” Myeong Ju menjawab, memang kau pikir aku ini siapa? Teman atau perwira senior. Si Jin mengatakan sebagai kakak dari tetangganya dan ia sedang minum kopi dengan Dae Young. Ia memesan latte, sedangkan Dae Young memesan espresso. Tapi sepertinya ia tidak tahu bagaimana meminumnya.

Myeong Ju menjawab, ia sudah tahu karena aku sudah mengajarinya.

Si Jin bertanya apa yang maksud Myeong Ju tadi, Myeong Ju mengaku ia hanya ingin membuatnya bingung dan ia sedang berdebat dengan Mo Yeon sekarang. Mo Yeon makin kesal saja. Si Jin menegur Myeong Ju jangan mengganggu warga sipil.

Myeong Ju mengatai Si Jin paling suka mengganti topik pembicaraan. Lalu bertanya apakah Si Jin mau tahu bagaimana reaksi Mo Yeon. Mo Yeon mengumpat Myeong Ju sudah gila dan menyuruh menutup teleponnya. Si Jin menebak Mo Yeon pasti marah. Myeong mengiyakan tapi Mo Yeon masih terlihat cantik. Si Jin tersenyum mendengarnya, lalu memberi semangat Myeong Ju untuk bekerja dan menutup teleponnya.

Setelah menutup teleponnya, Myeong Ju berkata tadi ia berharap Si Jin mau bicara dengan Mo Yeon. Sepertinya tadi Si Jin kaget.

"Tentu saja, dia pasti tidak menyangka pembicaraan yang tadi,” ucap Mo Yeon ketus.

Myeong Ju mengejek, apa karena sikapmu ini dia bisa menyukaimu?.

Terdengar teriakan Sang Hyun memanggil tim medis untuk melakukan foto bersama. Myeong Ju menyuruh Mo Yeon segera keluar karena itu tujuan mereka datang ke sini. Mo Yeon menegaskan memang itu tujuan mereka tapi bukan hanya itu saja. Mo Yeon memberikan berkas ke tangan Myeong Ju untuk menghitung jumlah obat, karena tak bisa menyelesaikan tugasnya akibat gangguan Myeong Ju tadi.


Semua tim medis berfoto dengan wajah gemberia, kecuali Mo Yeon yang tertunduk sedih. Woo Geum mengucapkan terima kasih atas kerja keras tim medis dan akan mengantar tim medis dengan helikopter. Semua menjerit bahagia.  Min Ji bertanya, jadi kami tak perlu naik bus selama 4 jam lagi?  

Woo Geum menjelaskan tim medis akan tiba 30 menit di bandara dank arena ada limit beratnya, maka tim medis akan dibagi menjadi 2 tim.

Tim Sang Hyun dan Tim Ja Ae mulai melakukan suit untuk menentukan siapa yang pergi terlebih dahulu. Mo Yeon tetap diam. Ia tidak peduli siapa yang menang.
Bersambung ke part 2…

Komentar:
Saya tahu bagaimana perasaan Mo Yeon, meski sedikit kecewa karena ia menolak cowok sekeren Kapten Yoo Si Jin. Tapi alasan ia menolaknya bukan karena ia tidak menyukai Si Jin, melainkan rasa takut dikecewakan lagi, belum lagi pekerjaan Si Jin yang berbahaya jelas membuatnya khawatir.
Benar apa yang dikatakan Mo Yeon, seharusnya Si Jin memberikannya waktu lebih banyak lagi untuk berpikir, menaklukkan semua ketakutannya. Namun Si Jin selalu menjadi orang yang pergi meninggalkannya. Saya pun jika seperti Mo Yeon akan melakukan hal yang sama. Secara mereka berdua belum lah cukup lama saling mengenal kan. Dan ingat cewek itu makhluk yang perlu kepastian cuy…                                                              
Adegan yang paling saya suka itu, saat Si Jin datang ke tempat pelatihan militer. Itu lo gayanya keren banget. “Trainee yang ganteng……. siap meluncur…….” Dan Si Jin pun meluncur ke hati saya. Eits… jangan protes ya.