Sabtu, 12 Maret 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 3 Part 1




Kalau jodoh tak akan lari ke mana. Inilah pepatah yang dialami Shi Jin dan Mo Yun. Sudah berpisah selama 8 bulan, mereka justru kembali bertemu bukan di Korea melainkan di luar negeri, Urk.  

Helikopter datang hingga menerbangkan selendang Mo Yun dan ia pun mengejarnya tapi malah terbang lagi ke belakang. Shi Jin keluar dari helicopter bersama timnya. Ia terus berjalan melewati Mo Yun yang menatapnya membuat Mo Yun menoleh ke belakang. 


Min Ji berbisik pada Ja Ae bahwa Shi Jin adalah tentara yang datang ke rumah sakit. Ja Ae membenarkan. Shi Jin tepat berhenti di dekat selendang Mo Yun.


“Selama kalian di Urk, aku yang bertanggung jawab atas keamanan. Aku komandan kompi Mowuru, Kapten Yoo Shi Jin.”


“Dari sini sampai ke tujuan, lapangan terbang Mowuru kalian akan naik pesawat CH47 di belakang kalian, “ucap Dae Young.

“Kalian hanya boleh membawa tas wol militer selama penerbangan dan sisa barang akan diangkut melalui jalur darat,” tambah Dae Young. Anggota tim medis mengeluh tak percaya. 


Shi Jin melihat selendang di dekat kakinya dan memberinya pada Mo Yun tanpa mengucapkan apa pun.     

Sesampai di barak Mowuru, Tim medis disambut nyanyian dan tarian ala militer. Mo Yun tampak mencari seseorang namun tak menumukannya, siapa lagi yang dicarinya kalau bukan Kapten Yoo Shi Jin. Mereka diberi kalung bunga kecuali yang pria membuat Sang Hyun dan Chi Hoon jadi nyanyi dan nari enggak jelas tapi lucu lihatnya.

Min Ji bilang tidak yang bisa dibongkar karena kopernya belum sampai. Mo Yun membalas itu bagus karena ia masih lelah. Ki Boem mendatangi tenda mereka dan mengingatkan kalau ia adalah pasien yang kecelakan waktu itu. Mo Yun langsung ingat. Mo Yun dan Mi Jin terkejut kenapa Ki Boem ada di sini. Kim Ki Boem mengenalkan dirinya seperti seorang tentara,  Saya Kopral Kim Ki Boem. 


Sang Hyun di tenda Ja Ae mengajaknya untuk kabur dari sini dengan alasan penyakit endemic yang bisa menular. Lagipula ini pekerjaan sukarelawan yang tidak ada hukumnya. Jadi kenapa kita dihukum. Ja Ae membalas dia dihukum sejak mengenal Sang Hyun. Sang Hyun berbalas apa aku ini hukuman? Ja Ae malah berkata jadi apa kau ini hadiah. Sang Hyun seperti anak kecil yang sengaja duduk sambil loncat-loncat di tempat tidur Ja Ae biar rusak.


Chi Hoon asyik memotret pot sepatu tentara  dan selfie ria bahkan memotert. Choi  Woo Geun menyuruh Chi Hoon menghentikan kegiatannya itu. Lalu ia mengambil kamera Chi Hoon dan memeriksanya. Chi Hoon menyuruh Chi Hoon menghapus fotonya. Chi Hoon protes. Woo Geun bilang itu aturan militer. Mo Yun datang dan menimpali begitulah mereka memang misterius.

Mo Yun berjalan-jalan keliling kamp. Ia membuka sepatunya yang kemasukan pasir. Shi Jin ada di depannya membawa kotak kiriman masuk ke gedung tak menghiraukan Mo Yun yang melihatnya. Mo Yun bergumam “Apa dia tak melihatku? Apa dia mengabaikanku?”


Padahal di dalam gedung, Shi Jin bersandar melihat Mo Yun dari kaca yang pergi. 


Shi Jin meletakan kotak  kiriman di atas meja Dae Young. Shi Jin bertanya “Apa tidak dibuka?” Dae Young menjawab nanti saja. Shi Jin membalas, “Tidak bisa. Bagaimana jika ini adalah kue coklat?” Dae Young malah membantah, “Atau mungkin saja bom handmode.” Shi Jin itu  tidak mungkin.

Shi Jin bilang seseorang hanya mati sekali. Buka sekarang seperti pria sejati. Dae Young pun membukanya. Isinya ternyata ginseng merah yang langsung dimakan Shi Jin. Ternyata itu kiriman dari Myeong Ju untuk tim mereka. Shi Jin tanya kiriman untuknya yang mana? Dae Young malah memberi kotak kosong. Shi Jin kesal dan bilang Dae Young juga tidak ada kiriman. Dae Young menjawab sambil membaca surat dari Myeong Ju, “Kirimanku sedang dalam perjalanan. Sepertinya Letnan Yoon akan datang.”

“Hormat. Letna Yoon Myeong Ju diperintahkan untuk menjadi bagian dari Tim Medis Mohuru, Taebaek, pada tanggal 25 Mei 2015. Laporan selesai, pak. Hormat.” Ucap Myeong Joo pada ayahnya alias Letnan Jenderal Yoon.

Ayahnya memastikan apakah Myeong Ju juga akan ke sana. Myeong Ju menjawab ya bahkan ia sudah tidak sabar untuk pergi. Ayah Myeong Ju berkata dia lebih menyukai Yoo Shi Jin karena nantinya dia bisa menjadi jenderal. Ayahnya menginginkan Shi Jin menjadi menantunya. Myeong Ju hanya akan menyulitkan sersan Seo Dae Young.

Myeong Ju berkata ayahnya tidak melibatkan tugas dengan perasaannya. Apa ayahnya mau kehilangan pasukan terbaiknya lagi. Ayahnya justru bilang Dae Young mundur karena mengerti maksud yang sebenarnya dan tidak berarti dia kehilangan pasukannya. Myeong Ju menjawab Dae Young mundur bukan karena perintah ayahnya tapi karena Dae Young adalah prajurit sejati. Karena itulah dia mencintainya dan tidak bisa melepaskannya. Myeong Ju memperingati jika ayahnya mencegah ia pergi maka ayahnya akan kehilangan letnan terbaik dan putrinya.        


Mo Yun teleponan dengan Ji Soo membicarakan Myeong Ju dan pacarnya yang akan bekerja di tempat Mo Yun juga. Mo Yun bilang dia gugup, apa mungkin Myeong Ju mengingatnya. Ji Soo menjawab tentu saja. Ji Soo bilang Mo Yun memang berjodoh sama Myeong Ju. Apa Mo Yun senang bisa bertemu lagi. Mo Yun tidak ia merasa kaku. Signal membuat percakapan mereka terputus.


Mo Yun melihat sekumpulan anak-anak dan memfotonya dengan kamera ponselnya. Mo Yun melarang salah satu anak yang memakan timah hitam. Ia melompati pagar kamp dan memberi makanan coklat. Anak-anak yang lain mengerumungi Mo Yun meminta makanan juga. Shi Jin menegur, kalau Cuma membawa satu makanan, sebaiknya jangan dibagikan.





Shi Jin melompati pada sambil berkata bahkan Mo Yun melompati. Mo Yun membalas bukan kah Shi Jin barusan melakukan hal yang sama Shi Jin bilang Mo Yun tak sama sekali menunjukan penyesalan. Lalu Shi Jin menyuruh anak-anak untuk pergi ke lapangan karena nanti aka nada pesta. Anak-anak itu pun langsung pergi dan membuat Mo Yun penasaran dengan apa yang dikatakan Shi Jin. Shi Jin bilang dia akan menembak mereka jika tidak pergi. Mo Yun tahu Shi Jin berbohong. Shi Jin bilang itu namanya bercanda.



Mo Yun tak mau berlama-lama bersama Shi Jin. Dia langsung pergi, tetapi kakinya menginjak sesuatu. Shi Jin berkata jangan bergerak karena Mo Yun barusan menginjak ranjau. Mo Yun terkejut. Lagi-lagi Shi Jin bilang jangan bergerak, ranjau tepat di kaki kanan Mo Yun. Mo Yun ketakutan.

“Aku sudah terjun ke lapangan selama 16 tahun, tapi aku tak bisa menjinakkan ranjau.” Ucap Shi Jin dengan ekspresi serius.

“Jangan bercanda lagi! kau ini kan tentara. Lakukan sesuatu. Kau kan pasukan khusus. Pasukan khusus yang ada di film selalu bisa menjinakkan ranjau dengan pisau swiss.” Ujar Mo Yun ketakutan.

Shi Jin berjongkok sambil berkata, “Aku sudah di dunia tentara selama 25 tahun. Dan aku hanya tahu 1 pria yang bisa menjinakkan ranjau dengan menggunak pisau swiss.”

“Nah, kau pernah lihat kan? Siapa pria itu?” seru Mo Yun.

“Pria yang ada di film yag kau nonton.” Ujar Shi Jin lalu pergi meninggalkan Mo Yun.

“Hei, pria brengsek!” maki Mo Yun.

Shi Jin berbalik dengan senyuman manis di wajahnya. “Hanya aku yang bisa menolongmu sekarang. dan kau memanggilku apa tadi?” ucap Shi Jin menghadap Mo Yun.

“Kau hampir meninggalkan aku tadi. Aku harus bagaimana lagi?” kata Mo Yun frustasi dan bertanya. “Apa aku akan mati di sini?” Shi Jin menjawab tidak.
 
“Apa aku bisa selamat?” tanya Mo Yun.

“Pindahkan kakimu. Aku yang akan menginjaknya,” ucap Shi Jin menggeser kaki Mo Yun.

“Tunggu, apa maksudmu? Apa ranjau akan meledak.”

“Ranjaunya akan meledak. Akulah yang akan mati di sini.” Kata Shi Jin.


“Tidak bisa, jangan bercanda. Kenapa kau menggantikan aku mati di sini? Cari orang yang bisa menjinakkannya. Pasti ada caranya. Jangan menyerah karena kau tak tahu cara menjinakkannya. Pergilah cari bantuan.” teriak Mo Yun panilk sambil mendorong-dorong Shi Jin. Shi Jin  sih cuman melihat wajah Mo Yun. Pasti ini cuman modusnya Shi Jin doang.


Shi Jin memegang tangan Mo Yun dan Mo Yun terjatuh tertimpa Shi Jin. Mo Yun menutup matanya. Dan benar saja, Shi Jin bersantai kayak di pantai. Dia bertanya kabar Mo Yun. Mo Yun marah karena Shi Jin berbohong. Bahkan ia menangis dan menyuruh Shi Jin jangan mengikutinya.

Tim Medis dan Tim Tentara sedang memanggang daging. Chi Hoon mengajak Mo Yun untuk makan. Mo Yun bilang tinggalkan saja untukknya sambil terus berjalan menuju pompa air. Dae Young tanya sama Shi Jin, apa apa? Shi Jin bilang, “Aku membuatnya menangis.” Shi Jin mengejar Mo Yun dan meminta maaf. Terkadang candaannya keterlaluan. 


Shi Jin mengangkat tangan hormat diikuti anak buahnya. Tim Medis meletakan tangan kanan ke dada. Mo Yun heran melihatnya. Shi Jin membalikkan Mo Yun menghadap bendera Korea Selatan. Shi Jin berkata, “Senang bisa bertemu denganmu lagi.”

Malam hari, di dalam markas, Shi Jin mengabsen anak buahnhya. Para tentara membantu tim media memasang kelambu. Lucunya, Chi Hoon terjatuh saat memasang kelabu. 


Mo Yun sudah berada di dalam kelamubu. Dia belum bisa tertidur mungkin memikirkan Shi Jin ya.

Paginya, Mo yun dan Min Jin terpesona melihat para tentara yang sedang lari pagi tanpa baju.

“Apa kita bisa melihat pemandangan ini tiap pagi.” Tanya Min Ji tanpa mengalihkan pandangannya.

“Jika mereka latihan begini pada malam hari juga, aku mungkin akan menetap saja di sini,” sahut Mo Yun.

“Kalau kalian mau pindah ke sini aku akan memberitahu pemilik asrama nanti,” sahut Ja Ae yang sedang mencuci muka di belakang Mo Yun dan Min Ji. 


Shi Jin tiba-tiba muncul di depan mereka, bertanya apa mereka terbangun karena terlalu bising. Mo Yun tak menjawa, malah menyuruh Shi Jin minggir karena ia tidak kelihatan. Shi Jin mau tahu apa rencana Mo Yun hari ini. Tanpa mengalihkan pandanganya, Mo Yun malah bertanya, “Pagi atau sore?”

Shi Jin kesal karena dicueki dan membubarkan para tentara lari pagi dan menyuruh mereka pergi. Shi Jin kembali lagi pada Mo Yun, apa rencana Mo Yun pagi dan sore. Mo Yun terus saja melihat ke arah tentara yang menjauh dan Shi Jin berusaha menutupinya. Mo Yun menatap Shi Jin marah plus kesal. Ini orang ngerusak suasana saja.


Shi Jin pasang senyuman manis… sadar Mo Yun ada yang lebih tampan ada di hadapanmu.

Tim medis mulai menyiapkan peralatan dan perlengkapan di medicube. Para tentara berbaris untuk diperiksa, Sang Hyun sudah siap siaga. Tapi semua malah pindah barisan di depan meja Mo Yun. Mo Yun menggoda mereka denga mengatakan kalau ia menyuntik akan sakit. Tapi mereka malah suka yang sakit-sakit.

Tiba-tiba Shi Jin datang, bertanya antrian apa itu. Tapi begitu melihat Mo Yun. Ia malah berdehem kecil dan mundur. Mo Yun memanggil Shi Jin, emnyuruh Shi Jin duluan karena Shi Jin kaptennya. Mo Yun bersiap mengambil sampel darah Shi Jin dan mengingatkan kalau itu akan sedikit sakit. Shi Jin mulai mengaduh kesakitan.

“Aneh, urat darahnya di mana, ya?” ucap Mo Yun tanpa merasa bersalah. Seperti Mo Yun balas dendam ini.

“Kau harus tahu tentara itu selalu membawa senjatanya.” Kata Shi Jin.
“Kenapa? Kau mau menembakku?” ucap Mo Yun

Shi Jin kembali mengaduh kesakitan, “Aku bahkan belum menyuntikkannya,” kata Mo Yun. Membuat Min Ji dan anak buah Shi Jin tertawa.

Shi Jin mendekat dan membisik pada Mo Yun,” Jika kau masih dendam dengan candaanku yang kemarin.”

“Aku tak akan dendam hanya masalah sepele itu.” Balas Mo Yun.



Mo Yun pura-pura tidak tahu tahu di mana urat nadinya. Shi Jin memegang tangan Mo Yun lalu menusuknya ke urat nadi sambil mengatakan urat nadinya ada di sini, membuat Mo Yun kaget.  Sampai-sampai Shi Jin menyuruh Mo Yun untuk segera mengambil darahnya.

Seorang pria paruh baya datang. Ia tampak akrab bicara dengan Shi Jin. Seperti tim Shi Jin sering membantu pak tua ini untuk kiriman paket. Shi Jin mengajak pak tua itu pesta BBQ akhir pekan. Tiba-tiba terdengar suara ledakan.

Shin Jin segera menghubungi penjaga gerbang dan bertanya apa yang sedang terjadi? Penjaga gerbang menjawab keadaan aman tapi terjadi kecelakaan di kaki gunung. Pak tua khawatir, apa truk mereka yang jatuh.


Shi Jin, Dae Young dan bersama seorang tentara mendatangi TKP. Shi Jin melapor ke markas ada truk PBB yang terbalik dan akan melihat apakah ada korban.

Dae Young memeriksa leher korban dan mengelengkan kepala pada Shi Jin. Lalu ia dan satu lagi mengitari truk itu dan satu korban lagi yang terluka ringan. Korban itu mengaku anggota PBB dan membutuhkan perawatan. Korban itu masuk ke dalam mobil dan melihat kunci mobil tidak ada. Ternyata kunci mobil itu ada di tangan Shi Jin. Shi Jin langsung melempar kunci itu pada Dae Young.


Saat Dae Young membuka box mobil yang terdapat banyak senjata. 


Sementara si korban diam-diam mengambil pistol dari laci mobil dan lansgung menodongkan keluar. Untung Shi Jin melakukan penyerangan duluan, hingga korban menjatuhkan pistolnya. Shi Jin mengambil pistol dan berkata kalau anggota PBB dilarang membawa senjata, tapi kalian berdua membawa senjata dan juga memilik tato serta memaki kaos ketat PBB. 

Lalu kedua korban itu diserahkan kepada polisi setempat.  

Dae Young bilang insiden ini harus dilaporkan ke markas. Shi Jin menimpali laporan ini akan sedikit menyusahkan. 

Mo Yoen menghampiri Shi Jin dan Dae Young, kau baik-baik saja. apa ada yang terluka? Shi Jin menjawab hanya kecelakan lalu lintas  dan bertanya bagaimana dengan Tim medis (saat darurat). Mo Yoen bilang pengobatan sudah dipersiapkan.

Shi Jin permisi melanjutkan pekerjaannya dan berkata pada Dae Young ia akan pergi ke pusat. Setelah Shi Jin pergi, Mo Yoen bertanya pada Dae Young, apa bisa memberi password Wi-Fi nya? Dae Young menjawab untuk alasan keamanan warga sipil tidak diperbolehkan mengakses internet (di sini). Tapi di kota ada warnet dan Kapten kami mau ke sana. Dia pasti mau mengantamu. Bukankah begitu, Pak? Tanya Dae Young pada Shi Jin yang sudah mendekat dengan mereka.

“Apa tadi pagi kau sarapan makanan basi atau apa sih?” tanya Shi Jin.

“Tak perlu khawatir pak. Semoga hari kalian menyenangkan. Hormat.” Balas Dae Young dan pergi meninggalkan Shi Jin bersama Dae Young. Hahaha. Dae Young ketularan ilmu modusnya Shi Jin.

Shi Jin dan Mo Yoen mengendarai mobil menyusuri jalan berlekuk dengan pemandangan yang indah. Mo Yoen sedang berteleponan dengan mengatakan kalau ia akan mentransfer uangnya lewat internet baking dan akan mengabari 1 jam lagi.

Shi Jin bertanya apa Mo Yoen akan pindah? Mo Yoen menjawab, tidak. Dia mau berhenti dari rumah sakit dan membuka klinik sendiri. Shi Jin menembak apa karena skandal itu. Mo Yoen terkejut bagaiman Shin Jin  bisa tahu. Shi Jin bilang saat Mo Yoen tidak ada, tim Mo Yoen akan bergosip tentang skandal itu. Menurutnya pria itu bukan pria baik-baik. Mo Yoen menyahut kalau dia pria baik tidak mungkin Mo Yoen bisa berada di sini. 

Shi Jin bilang, aku tidak menyerah agar kau bisa berkencan dengan pria seperti itu. Mo Yoen membantah kalau ia tidka berkencan. Mo Yoen malas bercerita tentang itu karena ceritanya panjang dan tidak manis. Mo Yoen membuka jendela kaca mobil melihat sebuah pulau di tengah laut dan bertanya di mana tempatnya. Shi Jin menjawab pendek, jauh. Mo Yoen berkilah ia tidak tanya tentang jaraknya. Mo Yoen sadar Shi Jin sedang melampiaskan amarah padanya. Shi Jin menbantah siapa yang marah? Mo Yoen bilang kedengarannya Shi Jin lagi kesal.

Shi Jin menjelaskan kalau kota ini yang paling dekat dengan kamp mereka. Ingat jalannya karena mungkin Mo Yoen akan ke sini tanpa dirinya. Mo Yoen bilang itu bagus. Shi Jin menoleh tak percaya dengan sikap Mo Yoen. Mobil berhenti, Shi Jin mendorong kepala Mo Yoen ke belakang dan bertanya apa cumaninternet saja yang dibutuhkan Mo Yoen. Mo Yoen kesal dan menyingkirkan tangan Shi Jin dari kepalanya.





Shi Jin membawa Mo Yoen ke toko milik Ye Hwa (cewek yang bawa pistol) dan Daniel. Ia mengatakan kalau di sini bukan warnet tapi jaringan internetnya lebih cepat. Shi Jin kaget karena pemilik toko ini bukalah orang yang ia kenal, bukan kah toko ini milik Daniel?


“Apa dia yang mengatakan ini tokonya? Ini milik kami berdua.” Tegas Ye Hwa.

“Lalu Daniel… aku mendengar dia dilarang masuk ke negara ini.” Ucap Shi Jin.

Ye Hwa malah tak peduli, bahkan dia akan melarang Daniel masuk ke tokonya. Lalu tanya, apa Mo Yoen dokter baru yang datang dari Korea. Ia bisa mencium etanol. Mo Yoen balik bertanya sama Shi Jin. Shi Jin menjawab kalau Ye Hwa awalnya perawat di Bantuan Darurat Perdamaian Dunia. Toko ini Cuma kerja sampingan saja.

Mo Yeon mengerti Ye Hwa gagal menghasilkan uang dan membuka toko ini. Ye Hwa menyahut ia tidk butuh uang. Ye Hwa menuduh Shi Jin paranormal karena mengetahui dua pekerjaanya. Shi Jin mengatakan kalau Daniel yang bercerita. Bahkan tentang istri korea nya. Ye Hwa membantah dia bukan istrinya. Ye Hwa tanya, apa yang kalian butuhkan? Semuanya ada di sini, kecuali Daniel. Shi Jin berkata mereka membutuhkan Wifi.



Shi Jin menitipkan Mo Yeon pada Ye Hwa. Shi Jin berbisik menakuti Mo Yeon jangan bertengkar dengan Ye Hwa karena Ye Hwa mempunyai pistol. Mo Yoen panic dan mau mengikuti Shi Jin. Tapi Ye Hwa mucul, mengatakan kalau ia pasti akan menemukan routernya. Mo Yeon terkejut namun memaksakan diri tersenyum meski sepertinya masih sedikit takut.
Bersambung ke part 2…

 Komentar:

Drama ini menyajika pemandangan yang sangat indah. Penonton benar-benar dimanja deh. Pantas saja biaya produksinya sangat mahal. Hmmm, tapi setidaknya setimpal lah dengan hasilnya.

Shi Jin ini orang yang bisa banget bikin orang lain kesem-kesem ya (pakai bahasa apa sih Yu) dan suka banget menggoda Mo Yoen. Tapi sebenarnya Mo Yoen juga suka digodai tuh. 

Adegan yang kusuka saat kejailan Shi Jin kuman, dengan mengatakan Mo Yoen menginjak ranjau. Itu lo ekspresinya serius sekali. Apalagi waktu Shi Jin bilang akan mengantikan kaki Mo Yeon yang menginjak ranjau. Mo Yeon jadi panik minta ampun, padahal Shi Jin tenang-tenang saja. Dan itu juga membuat mereka jadi dekat setelah berpisah.  
         

  




  

1 komentar: