Kalau jodoh tak akan
lari ke mana. Inilah pepatah yang dialami Shi Jin dan Mo Yun. Sudah berpisah
selama 8 bulan, mereka justru kembali bertemu bukan di Korea melainkan di luar
negeri, Urk.
Helikopter datang
hingga menerbangkan selendang Mo Yun dan ia pun mengejarnya tapi malah terbang
lagi ke belakang. Shi Jin keluar dari helicopter bersama timnya. Ia terus
berjalan melewati Mo Yun yang menatapnya membuat Mo Yun menoleh ke belakang.
Min
Ji berbisik pada Ja Ae bahwa Shi Jin adalah tentara yang datang ke rumah sakit.
Ja Ae membenarkan. Shi Jin tepat berhenti di dekat selendang Mo Yun.
“Selama kalian
di Urk, aku yang bertanggung jawab atas keamanan. Aku komandan kompi Mowuru,
Kapten Yoo Shi Jin.”
“Dari sini
sampai ke tujuan, lapangan terbang Mowuru kalian akan naik pesawat CH47 di
belakang kalian, “ucap Dae Young.
“Kalian hanya
boleh membawa tas wol militer selama penerbangan dan sisa barang akan diangkut
melalui jalur darat,” tambah Dae Young. Anggota tim medis mengeluh tak percaya.
Shi Jin melihat
selendang di dekat kakinya dan memberinya pada Mo Yun tanpa mengucapkan apa
pun.
Sesampai di
barak Mowuru, Tim medis disambut nyanyian dan tarian ala militer. Mo Yun tampak
mencari seseorang namun tak menumukannya, siapa lagi yang dicarinya kalau bukan
Kapten Yoo Shi Jin. Mereka diberi kalung bunga kecuali yang pria membuat Sang
Hyun dan Chi Hoon jadi nyanyi dan nari enggak jelas tapi lucu lihatnya.
Min Ji bilang
tidak yang bisa dibongkar karena kopernya belum sampai. Mo Yun membalas itu
bagus karena ia masih lelah. Ki Boem mendatangi tenda mereka dan mengingatkan
kalau ia adalah pasien yang kecelakan waktu itu. Mo Yun langsung ingat. Mo Yun
dan Mi Jin terkejut kenapa Ki Boem ada di sini. Kim Ki Boem mengenalkan dirinya
seperti seorang tentara, Saya Kopral Kim
Ki Boem.
Sang Hyun di
tenda Ja Ae mengajaknya untuk kabur dari sini dengan alasan penyakit endemic
yang bisa menular. Lagipula ini pekerjaan sukarelawan yang tidak ada hukumnya.
Jadi kenapa kita dihukum. Ja Ae membalas dia dihukum sejak mengenal Sang Hyun.
Sang Hyun berbalas apa aku ini hukuman? Ja Ae malah berkata jadi apa kau ini
hadiah. Sang Hyun seperti anak kecil yang sengaja duduk sambil loncat-loncat di
tempat tidur Ja Ae biar rusak.
Chi Hoon asyik
memotret pot sepatu tentara dan selfie
ria bahkan memotert. Choi Woo Geun
menyuruh Chi Hoon menghentikan kegiatannya itu. Lalu ia mengambil kamera Chi
Hoon dan memeriksanya. Chi Hoon menyuruh Chi Hoon menghapus fotonya. Chi Hoon
protes. Woo Geun bilang itu aturan militer. Mo Yun datang dan menimpali
begitulah mereka memang misterius.
Mo Yun
berjalan-jalan keliling kamp. Ia membuka sepatunya yang kemasukan pasir. Shi
Jin ada di depannya membawa kotak kiriman masuk ke gedung tak menghiraukan Mo
Yun yang melihatnya. Mo Yun bergumam “Apa dia tak melihatku? Apa dia
mengabaikanku?”
Padahal di dalam
gedung, Shi Jin bersandar melihat Mo Yun dari kaca yang pergi.
Shi Jin
meletakan kotak kiriman di atas meja Dae
Young. Shi Jin bertanya “Apa tidak dibuka?” Dae Young menjawab nanti saja. Shi
Jin membalas, “Tidak bisa. Bagaimana jika ini adalah kue coklat?” Dae Young
malah membantah, “Atau mungkin saja bom handmode.” Shi Jin itu tidak mungkin.
Shi Jin bilang
seseorang hanya mati sekali. Buka sekarang seperti pria sejati. Dae Young pun
membukanya. Isinya ternyata ginseng merah yang langsung dimakan Shi Jin. Ternyata
itu kiriman dari Myeong Ju untuk tim mereka. Shi Jin tanya kiriman untuknya
yang mana? Dae Young malah memberi kotak kosong. Shi Jin kesal dan bilang Dae
Young juga tidak ada kiriman. Dae Young menjawab sambil membaca surat dari
Myeong Ju, “Kirimanku sedang dalam perjalanan. Sepertinya Letnan Yoon akan
datang.”
“Hormat. Letna
Yoon Myeong Ju diperintahkan untuk menjadi bagian dari Tim Medis Mohuru, Taebaek,
pada tanggal 25 Mei 2015. Laporan selesai, pak. Hormat.” Ucap Myeong Joo pada
ayahnya alias Letnan Jenderal Yoon.
Ayahnya
memastikan apakah Myeong Ju juga akan ke sana. Myeong Ju menjawab ya bahkan ia
sudah tidak sabar untuk pergi. Ayah Myeong Ju berkata dia lebih menyukai Yoo
Shi Jin karena nantinya dia bisa menjadi jenderal. Ayahnya menginginkan Shi Jin
menjadi menantunya. Myeong Ju hanya akan menyulitkan sersan Seo Dae Young.
Myeong Ju
berkata ayahnya tidak melibatkan tugas dengan perasaannya. Apa ayahnya mau
kehilangan pasukan terbaiknya lagi. Ayahnya justru bilang Dae Young mundur
karena mengerti maksud yang sebenarnya dan tidak berarti dia kehilangan
pasukannya. Myeong Ju menjawab Dae Young mundur bukan karena perintah ayahnya
tapi karena Dae Young adalah prajurit sejati. Karena itulah dia mencintainya
dan tidak bisa melepaskannya. Myeong Ju memperingati jika ayahnya mencegah ia
pergi maka ayahnya akan kehilangan letnan terbaik dan putrinya.
Mo Yun teleponan
dengan Ji Soo membicarakan Myeong Ju dan pacarnya yang akan bekerja di tempat
Mo Yun juga. Mo Yun bilang dia gugup, apa mungkin Myeong Ju mengingatnya. Ji
Soo menjawab tentu saja. Ji Soo bilang Mo Yun memang berjodoh sama Myeong Ju.
Apa Mo Yun senang bisa bertemu lagi. Mo Yun tidak ia merasa kaku. Signal
membuat percakapan mereka terputus.
Mo Yun melihat
sekumpulan anak-anak dan memfotonya dengan kamera ponselnya. Mo Yun melarang
salah satu anak yang memakan timah hitam. Ia melompati pagar kamp dan memberi
makanan coklat. Anak-anak yang lain mengerumungi Mo Yun meminta makanan juga.
Shi Jin menegur, kalau Cuma membawa satu makanan, sebaiknya jangan dibagikan.
Shi Jin
melompati pada sambil berkata bahkan Mo Yun melompati. Mo Yun membalas bukan
kah Shi Jin barusan melakukan hal yang sama Shi Jin bilang Mo Yun tak sama
sekali menunjukan penyesalan. Lalu Shi Jin menyuruh anak-anak untuk pergi ke
lapangan karena nanti aka nada pesta. Anak-anak itu pun langsung pergi dan
membuat Mo Yun penasaran dengan apa yang dikatakan Shi Jin. Shi Jin bilang dia
akan menembak mereka jika tidak pergi. Mo Yun tahu Shi Jin berbohong. Shi Jin
bilang itu namanya bercanda.
Mo Yun tak mau
berlama-lama bersama Shi Jin. Dia langsung pergi, tetapi kakinya menginjak
sesuatu. Shi Jin berkata jangan bergerak karena Mo Yun barusan menginjak
ranjau. Mo Yun terkejut. Lagi-lagi Shi Jin bilang jangan bergerak, ranjau tepat
di kaki kanan Mo Yun. Mo Yun ketakutan.
“Aku sudah
terjun ke lapangan selama 16 tahun, tapi aku tak bisa menjinakkan ranjau.” Ucap
Shi Jin dengan ekspresi serius.
“Jangan bercanda
lagi! kau ini kan tentara. Lakukan sesuatu. Kau kan pasukan khusus. Pasukan
khusus yang ada di film selalu bisa menjinakkan ranjau dengan pisau swiss.”
Ujar Mo Yun ketakutan.
Shi Jin berjongkok
sambil berkata, “Aku sudah di dunia tentara selama 25 tahun. Dan aku hanya tahu
1 pria yang bisa menjinakkan ranjau dengan menggunak pisau swiss.”
“Nah, kau pernah
lihat kan? Siapa pria itu?” seru Mo Yun.
“Pria yang ada
di film yag kau nonton.” Ujar Shi Jin lalu pergi meninggalkan Mo Yun.
“Hei, pria
brengsek!” maki Mo Yun.
Shi Jin berbalik
dengan senyuman manis di wajahnya. “Hanya aku yang bisa menolongmu sekarang.
dan kau memanggilku apa tadi?” ucap Shi Jin menghadap Mo Yun.
“Kau hampir
meninggalkan aku tadi. Aku harus bagaimana lagi?” kata Mo Yun frustasi dan
bertanya. “Apa aku akan mati di sini?” Shi Jin menjawab tidak.
“Apa aku bisa
selamat?” tanya Mo Yun.
“Pindahkan
kakimu. Aku yang akan menginjaknya,” ucap Shi Jin menggeser kaki Mo Yun.
“Tunggu, apa
maksudmu? Apa ranjau akan meledak.”
“Ranjaunya akan
meledak. Akulah yang akan mati di sini.” Kata Shi Jin.
“Tidak bisa,
jangan bercanda. Kenapa kau menggantikan aku mati di sini? Cari orang yang bisa
menjinakkannya. Pasti ada caranya. Jangan menyerah karena kau tak tahu cara
menjinakkannya. Pergilah cari bantuan.” teriak Mo Yun panilk sambil
mendorong-dorong Shi Jin. Shi Jin sih
cuman melihat wajah Mo Yun. Pasti ini cuman modusnya Shi Jin doang.
Shi Jin memegang
tangan Mo Yun dan Mo Yun terjatuh tertimpa Shi Jin. Mo Yun menutup matanya. Dan
benar saja, Shi Jin bersantai kayak di pantai. Dia bertanya kabar Mo Yun. Mo
Yun marah karena Shi Jin berbohong. Bahkan ia menangis dan menyuruh Shi Jin
jangan mengikutinya.
Tim Medis dan
Tim Tentara sedang memanggang daging. Chi Hoon mengajak Mo Yun untuk makan. Mo
Yun bilang tinggalkan saja untukknya sambil terus berjalan menuju pompa air.
Dae Young tanya sama Shi Jin, apa apa? Shi Jin bilang, “Aku membuatnya
menangis.” Shi Jin mengejar Mo Yun dan meminta maaf. Terkadang candaannya
keterlaluan.
Shi Jin mengangkat tangan hormat diikuti anak buahnya. Tim Medis
meletakan tangan kanan ke dada. Mo Yun heran melihatnya. Shi Jin membalikkan Mo
Yun menghadap bendera Korea Selatan. Shi Jin berkata, “Senang bisa bertemu denganmu
lagi.”
Malam hari, di
dalam markas, Shi Jin mengabsen anak buahnhya. Para tentara membantu tim media
memasang kelambu. Lucunya, Chi Hoon terjatuh saat memasang kelabu.
Mo Yun sudah
berada di dalam kelamubu. Dia belum bisa tertidur mungkin memikirkan Shi Jin
ya.
Paginya, Mo yun
dan Min Jin terpesona melihat para tentara yang sedang lari pagi tanpa baju.
“Apa kita bisa
melihat pemandangan ini tiap pagi.” Tanya Min Ji tanpa mengalihkan
pandangannya.
“Jika mereka
latihan begini pada malam hari juga, aku mungkin akan menetap saja di sini,”
sahut Mo Yun.
“Kalau kalian
mau pindah ke sini aku akan memberitahu pemilik asrama nanti,” sahut Ja Ae yang
sedang mencuci muka di belakang Mo Yun dan Min Ji.
Shi Jin
tiba-tiba muncul di depan mereka, bertanya apa mereka terbangun karena terlalu
bising. Mo Yun tak menjawa, malah menyuruh Shi Jin minggir karena ia tidak
kelihatan. Shi Jin mau tahu apa rencana Mo Yun hari ini. Tanpa mengalihkan
pandanganya, Mo Yun malah bertanya, “Pagi atau sore?”
Shi Jin kesal
karena dicueki dan membubarkan para tentara lari pagi dan menyuruh mereka
pergi. Shi Jin kembali lagi pada Mo Yun, apa rencana Mo Yun pagi dan sore. Mo
Yun terus saja melihat ke arah tentara yang menjauh dan Shi Jin berusaha
menutupinya. Mo Yun menatap Shi Jin marah plus kesal. Ini orang ngerusak
suasana saja.
Shi Jin pasang
senyuman manis… sadar Mo Yun ada yang lebih tampan ada di hadapanmu.
Tim medis mulai
menyiapkan peralatan dan perlengkapan di medicube. Para tentara berbaris untuk
diperiksa, Sang Hyun sudah siap siaga. Tapi semua malah pindah barisan di depan
meja Mo Yun. Mo Yun menggoda mereka denga mengatakan kalau ia menyuntik akan
sakit. Tapi mereka malah suka yang sakit-sakit.
Tiba-tiba Shi
Jin datang, bertanya antrian apa itu. Tapi begitu melihat Mo Yun. Ia malah
berdehem kecil dan mundur. Mo Yun memanggil Shi Jin, emnyuruh Shi Jin duluan
karena Shi Jin kaptennya. Mo Yun bersiap mengambil sampel darah Shi Jin dan
mengingatkan kalau itu akan sedikit sakit. Shi Jin mulai mengaduh kesakitan.
“Aneh, urat
darahnya di mana, ya?” ucap Mo Yun tanpa merasa bersalah. Seperti Mo Yun balas
dendam ini.
“Kau harus tahu
tentara itu selalu membawa senjatanya.” Kata Shi Jin.
“Kenapa? Kau mau
menembakku?” ucap Mo Yun
Shi Jin kembali
mengaduh kesakitan, “Aku bahkan belum menyuntikkannya,” kata Mo Yun. Membuat
Min Ji dan anak buah Shi Jin tertawa.
Shi Jin mendekat
dan membisik pada Mo Yun,” Jika kau masih dendam dengan candaanku yang
kemarin.”
“Aku tak akan
dendam hanya masalah sepele itu.” Balas Mo Yun.
Mo Yun pura-pura
tidak tahu tahu di mana urat nadinya. Shi Jin memegang tangan Mo Yun lalu
menusuknya ke urat nadi sambil mengatakan urat nadinya ada di sini, membuat Mo
Yun kaget. Sampai-sampai Shi Jin
menyuruh Mo Yun untuk segera mengambil darahnya.
Seorang pria
paruh baya datang. Ia tampak akrab bicara dengan Shi Jin. Seperti tim Shi Jin
sering membantu pak tua ini untuk kiriman paket. Shi Jin mengajak pak tua itu
pesta BBQ akhir pekan. Tiba-tiba terdengar suara ledakan.
Shin Jin segera
menghubungi penjaga gerbang dan bertanya apa yang sedang terjadi? Penjaga
gerbang menjawab keadaan aman tapi terjadi kecelakaan di kaki gunung. Pak tua
khawatir, apa truk mereka yang jatuh.
Shi Jin, Dae
Young dan bersama seorang tentara mendatangi TKP. Shi Jin melapor ke markas ada
truk PBB yang terbalik dan akan melihat apakah ada korban.
Dae Young
memeriksa leher korban dan mengelengkan kepala pada Shi Jin. Lalu ia dan satu
lagi mengitari truk itu dan satu korban lagi yang terluka ringan. Korban itu
mengaku anggota PBB dan membutuhkan perawatan. Korban itu masuk ke dalam mobil
dan melihat kunci mobil tidak ada. Ternyata kunci mobil itu ada di tangan Shi
Jin. Shi Jin langsung melempar kunci itu pada Dae Young.
Saat Dae Young
membuka box mobil yang terdapat banyak senjata.
Sementara si korban diam-diam
mengambil pistol dari laci mobil dan lansgung menodongkan keluar. Untung Shi
Jin melakukan penyerangan duluan, hingga korban menjatuhkan pistolnya. Shi Jin
mengambil pistol dan berkata kalau anggota PBB dilarang membawa senjata, tapi
kalian berdua membawa senjata dan juga memilik tato serta memaki kaos ketat
PBB.
Lalu kedua korban itu diserahkan kepada polisi setempat.
Dae Young bilang
insiden ini harus dilaporkan ke markas. Shi Jin menimpali laporan ini akan
sedikit menyusahkan.
Mo Yoen
menghampiri Shi Jin dan Dae Young, kau baik-baik saja. apa ada yang terluka?
Shi Jin menjawab hanya kecelakan lalu lintas dan bertanya bagaimana dengan Tim medis (saat
darurat). Mo Yoen bilang pengobatan sudah dipersiapkan.
Shi Jin permisi
melanjutkan pekerjaannya dan berkata pada Dae Young ia akan pergi ke pusat.
Setelah Shi Jin pergi, Mo Yoen bertanya pada Dae Young, apa bisa memberi
password Wi-Fi nya? Dae Young menjawab untuk alasan keamanan warga sipil tidak
diperbolehkan mengakses internet (di sini). Tapi di kota ada warnet dan Kapten
kami mau ke sana. Dia pasti mau mengantamu. Bukankah begitu, Pak? Tanya Dae
Young pada Shi Jin yang sudah mendekat dengan mereka.
“Apa tadi pagi
kau sarapan makanan basi atau apa sih?” tanya Shi Jin.
“Tak perlu
khawatir pak. Semoga hari kalian menyenangkan. Hormat.” Balas Dae Young dan
pergi meninggalkan Shi Jin bersama Dae Young. Hahaha. Dae Young ketularan ilmu
modusnya Shi Jin.
Shi Jin dan Mo
Yoen mengendarai mobil menyusuri jalan berlekuk dengan pemandangan yang indah. Mo
Yoen sedang berteleponan dengan mengatakan kalau ia akan mentransfer uangnya
lewat internet baking dan akan mengabari 1 jam lagi.
Shi Jin bertanya
apa Mo Yoen akan pindah? Mo Yoen menjawab, tidak. Dia mau berhenti dari rumah
sakit dan membuka klinik sendiri. Shi Jin menembak apa karena skandal itu. Mo
Yoen terkejut bagaiman Shin Jin bisa
tahu. Shi Jin bilang saat Mo Yoen tidak ada, tim Mo Yoen akan bergosip tentang
skandal itu. Menurutnya pria itu bukan pria baik-baik. Mo Yoen menyahut kalau
dia pria baik tidak mungkin Mo Yoen bisa berada di sini.
Shi Jin bilang,
aku tidak menyerah agar kau bisa berkencan dengan pria seperti itu. Mo Yoen
membantah kalau ia tidka berkencan. Mo Yoen malas bercerita tentang itu karena
ceritanya panjang dan tidak manis. Mo Yoen membuka jendela kaca mobil melihat
sebuah pulau di tengah laut dan bertanya di mana tempatnya. Shi Jin menjawab
pendek, jauh. Mo Yoen berkilah ia tidak tanya tentang jaraknya. Mo Yoen sadar
Shi Jin sedang melampiaskan amarah padanya. Shi Jin menbantah siapa yang marah?
Mo Yoen bilang kedengarannya Shi Jin lagi kesal.
Shi Jin
menjelaskan kalau kota ini yang paling dekat dengan kamp mereka. Ingat jalannya
karena mungkin Mo Yoen akan ke sini tanpa dirinya. Mo Yoen bilang itu bagus.
Shi Jin menoleh tak percaya dengan sikap Mo Yoen. Mobil berhenti, Shi Jin
mendorong kepala Mo Yoen ke belakang dan bertanya apa cumaninternet saja yang
dibutuhkan Mo Yoen. Mo Yoen kesal dan menyingkirkan tangan Shi Jin dari kepalanya.
Shi Jin membawa
Mo Yoen ke toko milik Ye Hwa (cewek yang bawa pistol) dan Daniel. Ia mengatakan
kalau di sini bukan warnet tapi jaringan internetnya lebih cepat. Shi Jin kaget
karena pemilik toko ini bukalah orang yang ia kenal, bukan kah toko ini milik
Daniel?
“Apa dia yang
mengatakan ini tokonya? Ini milik kami berdua.” Tegas Ye Hwa.
“Lalu Daniel…
aku mendengar dia dilarang masuk ke negara ini.” Ucap Shi Jin.
Ye Hwa malah tak
peduli, bahkan dia akan melarang Daniel masuk ke tokonya. Lalu tanya, apa Mo
Yoen dokter baru yang datang dari Korea. Ia bisa mencium etanol. Mo Yoen balik
bertanya sama Shi Jin. Shi Jin menjawab kalau Ye Hwa awalnya perawat di Bantuan
Darurat Perdamaian Dunia. Toko ini Cuma kerja sampingan saja.
Mo Yeon mengerti
Ye Hwa gagal menghasilkan uang dan membuka toko ini. Ye Hwa menyahut ia tidk
butuh uang. Ye Hwa menuduh Shi Jin paranormal karena mengetahui dua
pekerjaanya. Shi Jin mengatakan kalau Daniel yang bercerita. Bahkan tentang
istri korea nya. Ye Hwa membantah dia bukan istrinya. Ye Hwa tanya, apa yang
kalian butuhkan? Semuanya ada di sini, kecuali Daniel. Shi Jin berkata mereka
membutuhkan Wifi.
Shi Jin
menitipkan Mo Yeon pada Ye Hwa. Shi Jin berbisik menakuti Mo Yeon jangan
bertengkar dengan Ye Hwa karena Ye Hwa mempunyai pistol. Mo Yoen panic dan mau
mengikuti Shi Jin. Tapi Ye Hwa mucul, mengatakan kalau ia pasti akan menemukan
routernya. Mo Yeon terkejut namun memaksakan diri tersenyum meski sepertinya
masih sedikit takut.
Bersambung ke
part 2…
Komentar:
Drama ini
menyajika pemandangan yang sangat indah. Penonton benar-benar dimanja deh.
Pantas saja biaya produksinya sangat mahal. Hmmm, tapi setidaknya setimpal lah
dengan hasilnya.
Shi Jin ini
orang yang bisa banget bikin orang lain kesem-kesem ya (pakai bahasa apa sih
Yu) dan suka banget menggoda Mo Yoen. Tapi sebenarnya Mo Yoen juga suka digodai
tuh.
Adegan yang
kusuka saat kejailan Shi Jin kuman, dengan mengatakan Mo Yoen menginjak ranjau.
Itu lo ekspresinya serius sekali. Apalagi waktu Shi Jin bilang akan mengantikan
kaki Mo Yeon yang menginjak ranjau. Mo Yeon jadi panik minta ampun, padahal Shi
Jin tenang-tenang saja. Dan itu juga membuat mereka jadi dekat setelah
berpisah.
Waahhhhh daebbak, ❤👍
BalasHapus