Tim Mo Yeon,
Sang Hyun dan yang lainnya naik helikopter terlebih dahulu, semua terkesima
pada pemandangan dari atas yang sangat indah.
Menurut Sang
Hyun ini pemandangan yang tidak boleh dilewatkan, karena selama ini mereka
hanya melihat usus besar kecil, duodenums dan itu bukanlah pemandangan.
Semuanya pun tertawa.
Woo Geum
bercerita, kalau Kapten Yoo selalu mengatakan bahwa pemandangan ini, membuat
dia ingin melindungi negara ini. Mo Yeon terdiam dan melihat bangkai kapal
tempat yang pernah didatanginya bersama Si Jin.
Anak yang
terkena keracunan timah masih mengisap paku dimulutnya dan masuk ke dalam mobil
tank. Ia melongo melihat banyak kupu-kup datang ke arahnya.
Kepala manajer
pembangunan pembangkit tenanga surya, Young Soo Jin mengeluarkan brilian dari
kantong persembunyian di bawah lantai, lalu memasukan kembali setelah
memastikan masih ada briliannya. Setelah itu, menutup kembali lantai dengan
papan kayu dan keluar dari ruangan.
Ternyata anak
buah wakil manager melihatnya tapi tak peduli dan memilih untuk tidur kembali
menutupi semua kepalanya dengan selimut. Saat itulah, barang-barang di atas
meja mulai bergoyang.
Di luar, keadaan
sangat bising karena bunyi mesin las potong. Si anak buah wakil manajer tadi
baru bangun dan merapikan rambutnya serta memuji dirinya sangat tampan. Si
manajer Go memukul si anak buah untuk memakai helm karena jika sesuatu jatuh
tepat di kepalanya maka akan langsung mati. Ia pun melepaskan helmnya dan
memakaikan ke kepala anak buahnya.
Manager Go mau
mengambil helm yang lain tapi jejeran helm terjatuh dan kaca yang tergantung di
dinding pun tiba-tiba retak.
Ki Bum pergi ke
dapur mau mengambil piring, tak menyadari lampu temple mulai bergoyang sampai
akhirnya sadar semua perabotan di atas mulai berjatuhan. Ia pun jatuh dan
berteriak.
Salah satu
tentara keluar dari ruangan mengabari ada gempa bumi dan menyuruh semua keluar
dari ruangan. Semua mulai bergerak dan berjatuhan, Ki Bum tertimpa kulkas yang
ada di sampingnya.
Myeong Ju ada di
gudang penyimpan obat, berteriak histeris melihat obat berjatuhan dari rak lalu
berlari keluar. Tim Ja Ae berlindung di bawah kasur dan tak bisa berjalan,
Myeong Ju pun membantu tim medis untuk segera keluar menyelematkan diri.
Semua
berjatuhan, jalanan di penuhi buah-buahan, anak-anak berlari ketakutan. Pekerja
pembangkit listrik tenaga surya berusaha keluar dari bawah tanah. Mobil truk
berguling, pipa besar pun membuat beberapa pekerja jatuh. Listrik pun mulai
konselting.
Manager Go masih
sibuk memasangkan helm pada anak buahnya, lalu berlari bersama. Kepala Manager
Jin keluar dengan wajah yang penuh dengan tumpahan tanah. Ia ingin berpegangan
pada alat berat tapi tanahnya amblas ke bawah dan masuk ke dalam. Beberapa
pekerja yang lari keluar terjerembab masuk ke dalam.
Tiang tinggi
untuk pembangkit pun jatuh berantakan. Manager Go dan anak buahnya masih ada di
dalam gedung berusaha untuk keluar. Saat
anak buah itu sempat terjatuh dan terpisah dari manager Go. Ia melihat manager
Go jatuh karena tanah yang amblas. Di luar terdengar suara yang memekakan
telinga. Kepala manager Jin bersembunyi di balik papan.
Di dalam
helikopter, telihat banyak banyak burung yang tiba-tiba terbang ke arah mereka.
Keadaan di sekitar mereka pada runtuh, jembatan, mobil dan banyak asap debu
berterbangan.
Di seoul, Si Jin
sedang menyetir di bawah gerimis hujan,
melihat berita di layar besar [Urk,
gempa berkekuatan 6,7 skala ricter]. Ia
pun menghubungi saluran tim keamanan dengan walkie-talkie.
“Aku Kapten Yoo
Si Jin dari tim Alpha. Meminta informasi siapa saja yang mengetahui kondisi
Mohuru. Jangan menutupnya dan lakukan sekarang juga.” Kata Si Jin, lalu memutar
balik mobilnya.
Hee Jeu sudah
hamil besar melihat berita gempa di Urk bersama Ji Soo. Ia pun mulai panik
memikirkan nasib Chi Hoon calon ayah bayinya. Ji Soo menenangkan kalau semua
akan baik-baik saja. Suk Won menelepon sambil jalanmmengaku tak tahu apa-apa
dan mengetahuinya dari berita saja jadi ia akan rapat dulu, dan akan menghubungi
setelah mendapat informasi.
Anak buah Letjen
Yoon memberitahu sudah menghubungi markas dan Myung Joo tak ada di Mohuru.
Letjen Yoon bertanya tentang pesawat angkutnya. Anak buahnya menjawab akan
berangkan 10 menit lagi.
Anak buahnya
mengatakan akan fokus menemukan Letnan Yoon. Letjen Yoon menyanggah jangan
fokus pada satu letnan saja, dia ke sana untuk bertugas. Ia melihat daftar
berkas dan menyuruh memasukan Dea Young. Anak buahnya mengataka Dae Young
memang menawarkan diri dan sedang bersiap-siap.
Letjen bertanya
apakah mobilnya sudah siap sekarang. anak buahnya mengatakan sudah siap. Letjen
Yoon pun keluar dari ruangannya.
Semua penumpang
berlari masuk ke dalam pesawat ketika tangga pesawat mulai diturunkan. Di
depannya Woo Geum dan Mo Yeon berdebat menyuruh Tim Mo Yeon naik ke pesawat
sesuai yang diperintahkan. Mo Yeon mengatakan, kenapa kau tak mengerti juga?
Apa kau mau membuang-buang waktu. Sang Hyun menimpali bicara kami akan
bertanggung jawab. Jadi bawa kami kkembali ke sana.
Woo Geum tetap
berkeras menyuruh Mo Yeon naik ke pesawat. Mo Yeon mengatakan ia akan
bertanggung jawab dalam timnya. Lagipula tim medis sangat diperlukan saat
bencana alam terjadi dan setengah dari tim nya masih ada di sana. Ia akan
pulang tanpa mereka.
Woo Geum kesal
dan mengatakan ia tidak menyukai Mo Yeon. Mo Yeon tahu itu dan nanti saja
membahasnya.
Presiden
bertanya apa pemerintah bisa mengirim tim penyelemat. Salah satu pejabat
berkata kalau wilayah Urk masih dalam sengketa, jadi mereka tidak bisa mengirim
tim dari Korea.
Suk Won kesal,
karena pejabat itu sama sekali tak memberi solusi. Ia mengatakan sudah mengirim
tim medis tapi belum mendengar kabar apapun. Letjen Yoon dengan tegas
mengatakan kalau ia sudah mengirim pasukan terbaik untuk menyelematkan mereka.
Suk Won jerit
bertanya khawatir lalu bagaimana kau bisa mengirim mereka. Lalu dengan nada
rendah mengajukan bantuan uang apabila dibutuhkan berapapun jumlahnya, jadi
mereka harus melakukan sesuatu. Letjen Yoon memberitahu bahwa pesawat nomor A
C-17 merupakan pesawat tercepat akan berangkat 30 menit lagi, tepatnya pukul
01.00 pagi dari Suwon dengan dengan anggota pasukan khusus yang terhebat.
Di dalam pesawat
ada Si Jin, Dae Young dan beberapa tentara lain sudah siap dengan helm dan
pakaian tentaranya. Dae Young bertanya apakah Si Jin sudah selesai berlibur. Si
Jin berkata ia harus melakukan kewajibanya dan Dae Young pasti kagum padanya.
Keduanya tersenyum.
Sang Hyun
berteriak panik memanggil Ja Ae di dalam ruang medis, Ja Ae muncul dari ruang
obat dan menyuruh Sang Hyun diam saja daripada berteriak-teriak lalu bertanya
kenapa mereka tidak pulang ke Korea. Sang Hyun malah mengucap syukur karena Ja
Ae baik-baik saja.
Mo Yeon ingin
tahu apa anggota tim medis ada yang terluka. Ja Ae mengatakan mungki mereka
masih shock dan kami baik-baik saja. Min Jin melapor kalau saluran udara
terputus, jadi tidak bisa menghubungi siapa pun dan berpikir akan mati tadi.
Mo Yeon
mengatakan jangan khawatir dan bersyukur karena semuanya baik-baik saja. Biar
ia mencoba menghubungi pihak Seoul. Lalu mendekati Chi Hoon yang sedang
mengobati Ki Bum, menanyakan keadaan Ki Bum. Chi Hoon menjawab kalau bahu Ki
Bum hanya terkilir dan sudah diobati dokter militer. Ki Bum menyakinkan Mo Yeon
kalau dirinya baik-baik saja.
Myeong Ju
memberitahu semua tentara di camp tak teluka parah, lalu menanyakan alasan Mo
Yeon kembali dan mengira bandara juga
hancur. Petugas medis lain panik karena mungkin penerbangan mereka dibatalkan.
Sang Hyun
menjelaskan, bandaranya baik-baik saja, tapi mereka tak bisa pergi sebelum
memastikan kondisi tim medis semua jadi mereka kembali. Min Jin bersyukur
sambil menangis mengira tak akan bisa pulang.
“Medicube…
medicube… apakah dokter militer ada di sana?” tanya seseorang dari walkie
talkie.
Myeong Ju
menyahut dan bertanya apa terjadi sesuatu. Orang itu menjawab, bangunan
pembangkit listrik runtuh. Semua orang yang ada di ruangan kaget, Min Ji
kembali menangis.
Mobil ambulans
datang ke tempat pembangkit listrik dan juga truk tentara. para wanita turun
dari ambulans dan para pria tim medis pria dan tentara turun dari truk dengan
membawa alat medis.
Semua terlihat
kacau balau, beberapa tentara mencoba membantu seadanya dan pegawai lain yang
masih sehat membantu orang-orang yang kesakitan. Tim medis bingung melihat
bangunan yang kokoh bisa hancur karena gempa. Semua pasien tergeletak dengan
wajah penuh debu bercampur darah.
Mo Yeon memerintah timnya memakai rompi agar
bisa dikenali para korban. Chi Hoon menjelaskan hijau untuk non darurat, kuning
untuk cedera ringan, merah untuk pasien gawat darurat yang membutuhkan
pengobatan cepat. Mo Yeon mengingatkan untuk pasien kritis yang tak dapat
diobati di TKP label merah dan hitam untuk status meninggal.
Semua memakai
rompi dan tas medis untuk masing-masing dokter dan perawat. Mo Yeon berpesan
untuk fokus pada pasien yang bisa diselamatkan.
Dokter lain
bertanya apa mereka perlu persetujuan Mo Yeon untuk penggunaan morfin atau
Demerol. Mo Yeon mengiyakan karena obat itu tidak bisa digunakan untuk
sembarang pasien. Ia meminta timnya menganalisis kondisi pasien dan memilih
alternatif lain yang terbaik dan memerintahkan untuk mulai bergerak
Mo Yeon sempat
tersandung karena hak sepatu, lalu sengaja mematahkan haknya agar bisa berjalan
dengan nyaman meski di depannya masih ada tumit beberapa centi.
Tentara membawa
pasien dengan tandu, beberapa lainnya berjalan keluar dari reruntuhan,
tiba-tiba ada reruntuhan lain yang
keluar. Mo Yeon melihat satu korban yang dibawa oleh tentara dan memeriksa
keadaannya. Tentara memberitahu korban tidak mengalami pendarahan dan denyut
nadi masih terasa. Mo Yeon melihat korban mengalami syok sesaat. Ia meminta
tentara menyiapkan oksigen dan ia mau menyiapkan pengobatan.
Korban terus
berdatangan ke tenda, Ki Bum juga membantu membawa barang-barang medis. Kepala
manajer Jin datang bertanya pada Woo Geum, apa sudah melakukan pencarian di
dalam gedung. Wo Geum mengatakan bangunan runtuh total dan sedang berusaha
masuk, ia bertanya keberadaan manager Go karena tidak melihatnya dari tadi.
Kepala Manager
berkata, manager Go mendapat shift sore hari ini dan mungkin ada 30 orang atau
lebih. Dan memberitahu semuanya masih di dalam gedung yang runtuh.
Manager Jin
ingin memberitahu ada suatu barang yang penting di kantornya, tapi Wo Geum tak
peduli dan langsung pergi setelah mendengar permintaan bantuan dari radionya.
Salah satu
pasien tiba-tiba muntah darah dan kejang-kejang. Min Ji berteriak meminta
tolong pada Ja Ae, Ja Ae melihat pasien tak bisa bernapas dan berteriak minta
bantuan Chi Hoon dan pasien berguling jatuh. Chi Hoon berlari mendekatinya.
Manager Go
tersadar dan melihat badannya tertimpa dengan bangunan tembok, ia berusaha
menggesernya tapi tak kuat, akhirnya bia berteriak minta tolong. Salah satu
anak buahnya memanggil dengan bahasa Korea kalau ia merasa sakit. Manager Go
bertanya siapa itu.
Anak buahnya
terus mengatakan sakit dan seperti akan mati. Ternyata ada besi yang menembus
kebagian dada sebelah kanannya dan badannya tergantung karena tertancap besi.
Manager Go bertanya apakah terluka parah, tapi menurutnya salah itu salah untuk
ditanyakan. Ia meminta untuk bersabar lalu memukul batu agar orang lain
mendengar ada orang di dalam.
Mo Yeon membantu
salah satu pasien yang dibawa pegawai, Myeong Ju juga datang dan menyuruh Mo
Yeon membantu dokter lain saja. Mo Yeon melihat Chi Hoon yang membantu di
tenda.
Chi Hoon
berusaha meneka bagian dada pasien. Mo Yeon datang menanyakan kedaan pasien
yang ditangani Ja Ae dan Chi Hoon. Ja Ae mengelengkan kepala, Chi Hoon
mengatakan tadi denyut nadinya masih ada dan akan bertahan kalau mereka
berusaha.
Mo Yeon
memeriksa denyut nadi lalu mengganti label kuning dengan hitam. Ia menjelaskan
meski denyut nadi masih terasa, tapi jantungnya sudah berhenti kerena mengalami
pendarahan dan meninggal.
Chi Hoon tak
percaya dan terus menekan bagian dada pasien. Mo Yeon memintanya untuk berhenti
dan mengumumakan waktu kematian, Chi Hoon berteriak menolak karena yakin pasien
itu bisa diselamatkan.
Chi Hoon
berkeras, pasien itu tak mengalami luka parah dan memberinya label kuning. Sang
Hyun datang menamparnya dan mengatakan, sadarlah jangan cengeng, bersikaplah
selayaknya seorang dokter. Semua terkejut karena Sang Hyun menampar Chi Hoon.
Chi Hoon merasa
bersalah karena memberi label warna yang salah. Sang Hyun menyemangati kalau
Chi Hoon seorang dokter yang dibutuhkan di tempat seperti ini, jadi umumkan
waktu kematian pasien dan lanjutkan tugasmu. Pergilah ke pasien yang masih bisa
diselematkan.
Chi Hoon
menangis, Mo Yeon memangang pundaknya agar tetap kuat. Akhirnya Chi Hoon
mengumumkan waktu kematian pasien dengan berurai airmata. Lalu jenazah itu
dimasukkan ke dalam kantongan mayat oleh tentara dan dibantu Ja Ae.
Ji Soo khawatir
di dalam ruangannya, ia mengirimi voice mail untuk Mo Yeon. Dilayar komputernya
ada berita tentang gempa di Urk dan pesan terakhir yang dikirimkan Mo Yeon. Juga
foto Ji Soo dan Mo Yeon saat mendapat gelar sarjana kedokteran.
Para tentara
berusaha memotong besi-besi yang menghalangi jalan dengan mesin pemotong. Mo
Yeon terus membantu para korban bersama Myeong Ju. Sepertinya rasa marahnya
terhadap Myeong Ju telah hilang.
“Aku telah diberikan titah untuk menjadi
seorang dokter. Aku sudah berjanji untuk mempertaruhkan hidupku untuk
menyelamatkan umat manusia.”
Sang Hyun dan Ki
Bum makan nasi instan untuk mengurangi rasa lapar. Tiba-tiba tentara datang
memangil tim medis karena ada keadaan darurat. Sang Hyun langsung meninggalkan
nasi instannya begitu juga Ki Bum.
“Kesehatan dan kehidupan pasienku adalah
prioritas utamaku.”
Chi Hoon
memberikan suntikkan didampingi Ja Ae, pasiennya berkulit hitam.
“Aku akan melaksanakan tugasku dan
menyelematkan pasienku tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan”
Tentara bergotong
royong menarik reruntuhan dengan rantai tapi rantainya malah putus tak kuat
menarik beban.
“Aku tak akan melepaskan tanggung jawabku,
bahkan saat aku berada dalam ancaman.”
Mo Yeon
menempelkan plester pada bahu pekerja yang terluka tidak parah. Saat akan
pergi, pekerja itu menariknya. Mo Yeon mengira pasien itu merasakan sakit lagi.
Tapi pekerja itu memberikan sepatu karena kaki Mo Yeon berdarah karena sandal
yang dipakainya.
“Aku telah menerima sumpah ini dan menjadi
hidupku dan atas nama kehormatanku.”
Terlihat foto Mo
Yeon mengucap janji seorang dokter di rumahnya yang biasa lilin dinyalakannya.
Ki Bum melihat
Woo Geum membawa tandu dan menanyakan apakah itu pasien. Woo geum mengeleng
kepala. Ki Bum mengganti angka kematian menajdi 14 di papan tulis.
Terdengar helikopter
mendekat, semua langsung melihat ke arah helikopter dan beberapa orang turun
menggunankan tali dari helikopter dan berjalan menuju area pembangkit listrik.
Mo Yeon melihat
bayangan tentara yang datang di depannya, salah satunya melepaskan helm. Ia melihat
Si Jin begitu juga sebaliknya Si Jin yang melihat Mo Yeon. Beberapa anak buah
Si Jin berbaris di depannya menghalagi pandangan. Ia terus berusaha melihat Si
Jin, sampai ada orang yang memegang tangannya meminta tolong mengobati temannya
yang terlukan. Mo Yeon pun pergi dengan membawa tasnya meninggalkan Si Jin. Si
Jin melihat itu.
Woo Geum
memimpin untuk memberikan hormat pada Kapten Yoo yang baru datang. Si Jin pun
menerima hormat. Dae Young melihat keadaan para tentara dan Ki Bum yang memakai
penyanggah tangan.
Si Jin
menanyakan apakah ada yang terluka. Semua menjawab tidak. lalu berkata ia sudah
mendengar semuanya jadi tak usah ada laporan dan memulai penyelematan pada para
korban. Dan bertanya lagi apa ada yang mau mengundurkan diri. Semuanya menjawab
tidak.
Si Jin mengingatkan
anak buah untuk jangan sampai terluka karena tidak akan bisa menyelematkan
orang lain. Lalu menyuruh anak buahnya kembali ke posisi masing-masing.
Dae Young
mengambil tali dan melihat Myeong Ju berlari ke arahnya. Sejenak keduanya
saling menatap. Dae Young bersyukur Myeong Ju dalam keadaan yang baik-baik
saja. Lalu pamit pergi bertugas.
Myeong Ju
memanggil Dae Young dengan jabatannya, berpesan untuk jangan terluka dan ini
adalah perintah. Dae Young memberikan hormat tanda menerima perintahnya. Myeong
Ju pun menerima hormat dengan mata berkaca-kaca.
Mo Yeon baru
selesai memeriksa pasien dan akan kembali. Ia melihat tali sepatunya lepas dan
berlutut ingin mengikatnya. Seorang tentara menaruh helm dan mengikat tali
sepatunya. Mo Yeon terkejut karena tentara itu adalah Si Jin. Ia terus melihat
Si Jin di depannya. Si Jin diam saja saat mengikat tali sepatu Mo Yeon.
Setelah selesai,
Mo Yeon berdiri duluan, Si Jin mengambil helm dan berdiri. Si Jin bersyukur Mo
Yeon terlihat baik-baik saja dan tidak terluka. Ia meminta maaf karena tak
mengatakan salam perpisahaan sebelum pulang kemarin dan tak bisa menemani Mo
Yeon. Si Jin berpesan untuk berhati-hati. Mo Yeon dengan mata berkaca-kaca juga
berpesan agar Si Jin berhati-hati. Mereka pun berjalan berlawanan arah.
Bersambung ke episode 7…
Komentar:
Episode ini
ceritanya pada galau semua ya…. kan buat saya ikut galau…
Ini namanya bencana
membawa berkah, karena adanya gempa membuat Si Jin kembali bertemu dengan Mo
Yeon. Begitu juga dengan Dae Young yang bertemu Myeong Ju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar