Selasa, 29 Maret 2016

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 6 Part 2




Tim Mo Yeon, Sang Hyun dan yang lainnya naik helikopter terlebih dahulu, semua terkesima pada pemandangan dari atas yang sangat indah. 

Menurut Sang Hyun ini pemandangan yang tidak boleh dilewatkan, karena selama ini mereka hanya melihat usus besar kecil, duodenums dan itu bukanlah pemandangan. Semuanya pun tertawa.

Woo Geum bercerita, kalau Kapten Yoo selalu mengatakan bahwa pemandangan ini, membuat dia ingin melindungi negara ini. Mo Yeon terdiam dan melihat bangkai kapal tempat yang pernah didatanginya bersama Si Jin.

Anak yang terkena keracunan timah masih mengisap paku dimulutnya dan masuk ke dalam mobil tank. Ia melongo melihat banyak kupu-kup datang ke arahnya.


Kepala manajer pembangunan pembangkit tenanga surya, Young Soo Jin mengeluarkan brilian dari kantong persembunyian di bawah lantai, lalu memasukan kembali setelah memastikan masih ada briliannya. Setelah itu, menutup kembali lantai dengan papan kayu dan keluar dari ruangan.

Ternyata anak buah wakil manager melihatnya tapi tak peduli dan memilih untuk tidur kembali menutupi semua kepalanya dengan selimut. Saat itulah, barang-barang di atas meja mulai bergoyang.


Di luar, keadaan sangat bising karena bunyi mesin las potong. Si anak buah wakil manajer tadi baru bangun dan merapikan rambutnya serta memuji dirinya sangat tampan. Si manajer Go memukul si anak buah untuk memakai helm karena jika sesuatu jatuh tepat di kepalanya maka akan langsung mati. Ia pun melepaskan helmnya dan memakaikan ke kepala anak buahnya. 

Manager Go mau mengambil helm yang lain tapi jejeran helm terjatuh dan kaca yang tergantung di dinding pun tiba-tiba retak.

Ki Bum pergi ke dapur mau mengambil piring, tak menyadari lampu temple mulai bergoyang sampai akhirnya sadar semua perabotan di atas mulai berjatuhan. Ia pun jatuh dan berteriak.

Salah satu tentara keluar dari ruangan mengabari ada gempa bumi dan menyuruh semua keluar dari ruangan. Semua mulai bergerak dan berjatuhan, Ki Bum tertimpa kulkas yang ada di sampingnya.

Myeong Ju ada di gudang penyimpan obat, berteriak histeris melihat obat berjatuhan dari rak lalu berlari keluar. Tim Ja Ae berlindung di bawah kasur dan tak bisa berjalan, Myeong Ju pun membantu tim medis untuk segera keluar menyelematkan diri.

Semua berjatuhan, jalanan di penuhi buah-buahan, anak-anak berlari ketakutan. Pekerja pembangkit listrik tenaga surya berusaha keluar dari bawah tanah. Mobil truk berguling, pipa besar pun membuat beberapa pekerja jatuh. Listrik pun mulai konselting.


Manager Go masih sibuk memasangkan helm pada anak buahnya, lalu berlari bersama. Kepala Manager Jin keluar dengan wajah yang penuh dengan tumpahan tanah. Ia ingin berpegangan pada alat berat tapi tanahnya amblas ke bawah dan masuk ke dalam. Beberapa pekerja yang lari keluar terjerembab masuk ke dalam.

Tiang tinggi untuk pembangkit pun jatuh berantakan. Manager Go dan anak buahnya masih ada di dalam  gedung berusaha untuk keluar. Saat anak buah itu sempat terjatuh dan terpisah dari manager Go. Ia melihat manager Go jatuh karena tanah yang amblas. Di luar terdengar suara yang memekakan telinga. Kepala manager Jin bersembunyi di balik papan. 


Di dalam helikopter, telihat banyak banyak burung yang tiba-tiba terbang ke arah mereka. Keadaan di sekitar mereka pada runtuh, jembatan, mobil dan banyak asap debu berterbangan.


Di seoul, Si Jin sedang menyetir  di bawah gerimis hujan, melihat berita di layar  besar [Urk, gempa berkekuatan 6,7 skala ricter].  Ia pun menghubungi saluran tim keamanan dengan walkie-talkie. 

“Aku Kapten Yoo Si Jin dari tim Alpha. Meminta informasi siapa saja yang mengetahui kondisi Mohuru. Jangan menutupnya dan lakukan sekarang juga.” Kata Si Jin, lalu memutar balik mobilnya.


Hee Jeu sudah hamil besar melihat berita gempa di Urk bersama Ji Soo. Ia pun mulai panik memikirkan nasib Chi Hoon calon ayah bayinya. Ji Soo menenangkan kalau semua akan baik-baik saja. Suk Won menelepon sambil jalanmmengaku tak tahu apa-apa dan mengetahuinya dari berita saja jadi ia akan rapat dulu, dan akan menghubungi setelah mendapat informasi.

Anak buah Letjen Yoon memberitahu sudah menghubungi markas dan Myung Joo tak ada di Mohuru. Letjen Yoon bertanya tentang pesawat angkutnya. Anak buahnya menjawab akan berangkan 10 menit lagi.

Anak buahnya mengatakan akan fokus menemukan Letnan Yoon. Letjen Yoon menyanggah jangan fokus pada satu letnan saja, dia ke sana untuk bertugas. Ia melihat daftar berkas dan menyuruh memasukan Dea Young. Anak buahnya mengataka Dae Young memang menawarkan diri dan sedang bersiap-siap.

Letjen bertanya apakah mobilnya sudah siap sekarang. anak buahnya mengatakan sudah siap. Letjen Yoon pun keluar dari ruangannya.

Semua penumpang berlari masuk ke dalam pesawat ketika tangga pesawat mulai diturunkan. Di depannya Woo Geum dan Mo Yeon berdebat menyuruh Tim Mo Yeon naik ke pesawat sesuai yang diperintahkan. Mo Yeon mengatakan, kenapa kau tak mengerti juga? Apa kau mau membuang-buang waktu. Sang Hyun menimpali bicara kami akan bertanggung jawab. Jadi bawa kami kkembali ke sana.    

Woo Geum tetap berkeras menyuruh Mo Yeon naik ke pesawat. Mo Yeon mengatakan ia akan bertanggung jawab dalam timnya. Lagipula tim medis sangat diperlukan saat bencana alam terjadi dan setengah dari tim nya masih ada di sana. Ia akan pulang tanpa mereka.

Woo Geum kesal dan mengatakan ia tidak menyukai Mo Yeon. Mo Yeon tahu itu dan nanti saja membahasnya.

Presiden bertanya apa pemerintah bisa mengirim tim penyelemat. Salah satu pejabat berkata kalau wilayah Urk masih dalam sengketa, jadi mereka tidak bisa mengirim tim dari Korea.

Suk Won kesal, karena pejabat itu sama sekali tak memberi solusi. Ia mengatakan sudah mengirim tim medis tapi belum mendengar kabar apapun. Letjen Yoon dengan tegas mengatakan kalau ia sudah mengirim pasukan terbaik untuk menyelematkan mereka.

Suk Won jerit bertanya khawatir lalu bagaimana kau bisa mengirim mereka. Lalu dengan nada rendah mengajukan bantuan uang apabila dibutuhkan berapapun jumlahnya, jadi mereka harus melakukan sesuatu. Letjen Yoon memberitahu bahwa pesawat nomor A C-17 merupakan pesawat tercepat akan berangkat 30 menit lagi, tepatnya pukul 01.00 pagi dari Suwon dengan dengan anggota pasukan khusus yang terhebat.

Di dalam pesawat ada Si Jin, Dae Young dan beberapa tentara lain sudah siap dengan helm dan pakaian tentaranya. Dae Young bertanya apakah Si Jin sudah selesai berlibur. Si Jin berkata ia harus melakukan kewajibanya dan Dae Young pasti kagum padanya. Keduanya tersenyum.


Sang Hyun berteriak panik memanggil Ja Ae di dalam ruang medis, Ja Ae muncul dari ruang obat dan menyuruh Sang Hyun diam saja daripada berteriak-teriak lalu bertanya kenapa mereka tidak pulang ke Korea. Sang Hyun malah mengucap syukur karena Ja Ae baik-baik saja.

Mo Yeon ingin tahu apa anggota tim medis ada yang terluka. Ja Ae mengatakan mungki mereka masih shock dan kami baik-baik saja. Min Jin melapor kalau saluran udara terputus, jadi tidak bisa menghubungi siapa pun dan berpikir akan mati tadi.

Mo Yeon mengatakan jangan khawatir dan bersyukur karena semuanya baik-baik saja. Biar ia mencoba menghubungi pihak Seoul. Lalu mendekati Chi Hoon yang sedang mengobati Ki Bum, menanyakan keadaan Ki Bum. Chi Hoon menjawab kalau bahu Ki Bum hanya terkilir dan sudah diobati dokter militer. Ki Bum menyakinkan Mo Yeon kalau dirinya baik-baik saja.

Myeong Ju memberitahu semua tentara di camp tak teluka parah, lalu menanyakan alasan Mo Yeon kembali  dan mengira bandara juga hancur. Petugas medis lain panik karena mungkin penerbangan mereka dibatalkan.

Sang Hyun menjelaskan, bandaranya baik-baik saja, tapi mereka tak bisa pergi sebelum memastikan kondisi tim medis semua jadi mereka kembali. Min Jin bersyukur sambil menangis mengira tak akan bisa pulang.

“Medicube… medicube… apakah dokter militer ada di sana?” tanya seseorang dari walkie talkie.

Myeong Ju menyahut dan bertanya apa terjadi sesuatu. Orang itu menjawab, bangunan pembangkit listrik runtuh. Semua orang yang ada di ruangan kaget, Min Ji kembali menangis.

Mobil ambulans datang ke tempat pembangkit listrik dan juga truk tentara. para wanita turun dari ambulans dan para pria tim medis pria dan tentara turun dari truk dengan membawa alat medis.

Semua terlihat kacau balau, beberapa tentara mencoba membantu seadanya dan pegawai lain yang masih sehat membantu orang-orang yang kesakitan. Tim medis bingung melihat bangunan yang kokoh bisa hancur karena gempa. Semua pasien tergeletak dengan wajah penuh debu bercampur darah.

Mo Yeon memerintah timnya memakai rompi agar bisa dikenali para korban. Chi Hoon menjelaskan hijau untuk non darurat, kuning untuk cedera ringan, merah untuk pasien gawat darurat yang membutuhkan pengobatan cepat. Mo Yeon mengingatkan untuk pasien kritis yang tak dapat diobati di TKP label merah dan hitam untuk status meninggal.

Semua memakai rompi dan tas medis untuk masing-masing dokter dan perawat. Mo Yeon berpesan untuk fokus pada pasien yang bisa diselamatkan.

Dokter lain bertanya apa mereka perlu persetujuan Mo Yeon untuk penggunaan morfin atau Demerol. Mo Yeon mengiyakan karena obat itu tidak bisa digunakan untuk sembarang pasien. Ia meminta timnya menganalisis kondisi pasien dan memilih alternatif lain yang terbaik dan memerintahkan untuk mulai bergerak

Mo Yeon sempat tersandung karena hak sepatu, lalu sengaja mematahkan haknya agar bisa berjalan dengan nyaman meski di depannya masih ada tumit beberapa centi.

Tentara membawa pasien dengan tandu, beberapa lainnya berjalan keluar dari reruntuhan, tiba-tiba ada  reruntuhan lain yang keluar. Mo Yeon melihat satu korban yang dibawa oleh tentara dan memeriksa keadaannya. Tentara memberitahu korban tidak mengalami pendarahan dan denyut nadi masih terasa. Mo Yeon melihat korban mengalami syok sesaat. Ia meminta tentara menyiapkan oksigen dan ia mau menyiapkan pengobatan. 

Korban terus berdatangan ke tenda, Ki Bum juga membantu membawa barang-barang medis. Kepala manajer Jin datang bertanya pada Woo Geum, apa sudah melakukan pencarian di dalam gedung. Wo Geum mengatakan bangunan runtuh total dan sedang berusaha masuk, ia bertanya keberadaan manager Go karena tidak melihatnya dari tadi.

Kepala Manager berkata, manager Go mendapat shift sore hari ini dan mungkin ada 30 orang atau lebih. Dan memberitahu semuanya masih di dalam gedung yang runtuh.

Manager Jin ingin memberitahu ada suatu barang yang penting di kantornya, tapi Wo Geum tak peduli dan langsung pergi setelah mendengar permintaan bantuan dari radionya.

Salah satu pasien tiba-tiba muntah darah dan kejang-kejang. Min Ji berteriak meminta tolong pada Ja Ae, Ja Ae melihat pasien tak bisa bernapas dan berteriak minta bantuan Chi Hoon dan pasien berguling jatuh. Chi Hoon berlari mendekatinya.



Manager Go tersadar dan melihat badannya tertimpa dengan bangunan tembok, ia berusaha menggesernya tapi tak kuat, akhirnya bia berteriak minta tolong. Salah satu anak buahnya memanggil dengan bahasa Korea kalau ia merasa sakit. Manager Go bertanya siapa itu.

Anak buahnya terus mengatakan sakit dan seperti akan mati. Ternyata ada besi yang menembus kebagian dada sebelah kanannya dan badannya tergantung karena tertancap besi. Manager Go bertanya apakah terluka parah, tapi menurutnya salah itu salah untuk ditanyakan. Ia meminta untuk bersabar lalu memukul batu agar orang lain mendengar ada orang di dalam.


Mo Yeon membantu salah satu pasien yang dibawa pegawai, Myeong Ju juga datang dan menyuruh Mo Yeon membantu dokter lain saja. Mo Yeon melihat Chi Hoon yang membantu di tenda.


Chi Hoon berusaha meneka bagian dada pasien. Mo Yeon datang menanyakan kedaan pasien yang ditangani Ja Ae dan Chi Hoon. Ja Ae mengelengkan kepala, Chi Hoon mengatakan tadi denyut nadinya masih ada dan akan bertahan kalau mereka berusaha.

Mo Yeon memeriksa denyut nadi lalu mengganti label kuning dengan hitam. Ia menjelaskan meski denyut nadi masih terasa, tapi jantungnya sudah berhenti kerena mengalami pendarahan dan meninggal.

Chi Hoon tak percaya dan terus menekan bagian dada pasien. Mo Yeon memintanya untuk berhenti dan mengumumakan waktu kematian, Chi Hoon berteriak menolak karena yakin pasien itu bisa diselamatkan.



Chi Hoon berkeras, pasien itu tak mengalami luka parah dan memberinya label kuning. Sang Hyun datang menamparnya dan mengatakan, sadarlah jangan cengeng, bersikaplah selayaknya seorang dokter. Semua terkejut karena Sang Hyun menampar Chi Hoon.

Chi Hoon merasa bersalah karena memberi label warna yang salah. Sang Hyun menyemangati kalau Chi Hoon seorang dokter yang dibutuhkan di tempat seperti ini, jadi umumkan waktu kematian pasien dan lanjutkan tugasmu. Pergilah ke pasien yang masih bisa diselematkan.

Chi Hoon menangis, Mo Yeon memangang pundaknya agar tetap kuat. Akhirnya Chi Hoon mengumumkan waktu kematian pasien dengan berurai airmata. Lalu jenazah itu dimasukkan ke dalam kantongan mayat oleh tentara dan dibantu Ja Ae.


Ji Soo khawatir di dalam ruangannya, ia mengirimi voice mail untuk Mo Yeon. Dilayar komputernya ada berita tentang gempa di Urk dan pesan terakhir yang dikirimkan Mo Yeon. Juga foto Ji Soo dan Mo Yeon saat mendapat gelar sarjana kedokteran.

Para tentara berusaha memotong besi-besi yang menghalangi jalan dengan mesin pemotong. Mo Yeon terus membantu para korban bersama Myeong Ju. Sepertinya rasa marahnya terhadap Myeong Ju telah hilang.

“Aku telah diberikan titah untuk menjadi seorang dokter. Aku sudah berjanji untuk mempertaruhkan hidupku untuk menyelamatkan umat manusia.”

Sang Hyun dan Ki Bum makan nasi instan untuk mengurangi rasa lapar. Tiba-tiba tentara datang memangil tim medis karena ada keadaan darurat. Sang Hyun langsung meninggalkan nasi instannya begitu juga Ki Bum.

“Kesehatan dan kehidupan pasienku adalah prioritas utamaku.”

Chi Hoon memberikan suntikkan didampingi Ja Ae, pasiennya berkulit hitam.

“Aku akan melaksanakan tugasku dan menyelematkan pasienku tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan”

Tentara bergotong royong menarik reruntuhan dengan rantai tapi rantainya malah putus tak kuat menarik beban.

“Aku tak akan melepaskan tanggung jawabku, bahkan saat aku berada dalam ancaman.”

Mo Yeon menempelkan plester pada bahu pekerja yang terluka tidak parah. Saat akan pergi, pekerja itu menariknya. Mo Yeon mengira pasien itu merasakan sakit lagi. Tapi pekerja itu memberikan sepatu karena kaki Mo Yeon berdarah karena sandal yang dipakainya.

“Aku telah menerima sumpah ini dan menjadi hidupku dan atas nama kehormatanku.”

Terlihat foto Mo Yeon mengucap janji seorang dokter di rumahnya yang biasa lilin dinyalakannya.

Ki Bum melihat Woo Geum membawa tandu dan menanyakan apakah itu pasien. Woo geum mengeleng kepala. Ki Bum mengganti angka kematian menajdi 14 di papan tulis.





Terdengar helikopter mendekat, semua langsung melihat ke arah helikopter dan beberapa orang turun menggunankan tali dari helikopter dan berjalan menuju area pembangkit listrik.


Mo Yeon melihat bayangan tentara yang datang di depannya, salah satunya melepaskan helm. Ia melihat Si Jin begitu juga sebaliknya Si Jin yang melihat Mo Yeon. Beberapa anak buah Si Jin berbaris di depannya menghalagi pandangan. Ia terus berusaha melihat Si Jin, sampai ada orang yang memegang tangannya meminta tolong mengobati temannya yang terlukan. Mo Yeon pun pergi dengan membawa tasnya meninggalkan Si Jin. Si Jin melihat itu.  

Woo Geum memimpin untuk memberikan hormat pada Kapten Yoo yang baru datang. Si Jin pun menerima hormat. Dae Young melihat keadaan para tentara dan Ki Bum yang memakai penyanggah tangan.
Si Jin menanyakan apakah ada yang terluka. Semua menjawab tidak. lalu berkata ia sudah mendengar semuanya jadi tak usah ada laporan dan memulai penyelematan pada para korban. Dan bertanya lagi apa ada yang mau mengundurkan diri. Semuanya menjawab tidak.

Si Jin mengingatkan anak buah untuk jangan sampai terluka karena tidak akan bisa menyelematkan orang lain. Lalu menyuruh anak buahnya kembali ke posisi masing-masing.


Dae Young mengambil tali dan melihat Myeong Ju berlari ke arahnya. Sejenak keduanya saling menatap. Dae Young bersyukur Myeong Ju dalam keadaan yang baik-baik saja. Lalu pamit pergi bertugas.

Myeong Ju memanggil Dae Young dengan jabatannya, berpesan untuk jangan terluka dan ini adalah perintah. Dae Young memberikan hormat tanda menerima perintahnya. Myeong Ju pun menerima hormat dengan mata berkaca-kaca.



Mo Yeon baru selesai memeriksa pasien dan akan kembali. Ia melihat tali sepatunya lepas dan berlutut ingin mengikatnya. Seorang tentara menaruh helm dan mengikat tali sepatunya. Mo Yeon terkejut karena tentara itu adalah Si Jin. Ia terus melihat Si Jin di depannya. Si Jin diam saja saat mengikat tali sepatu Mo Yeon.



Setelah selesai, Mo Yeon berdiri duluan, Si Jin mengambil helm dan berdiri. Si Jin bersyukur Mo Yeon terlihat baik-baik saja dan tidak terluka. Ia meminta maaf karena tak mengatakan salam perpisahaan sebelum pulang kemarin dan tak bisa menemani Mo Yeon. Si Jin berpesan untuk berhati-hati. Mo Yeon dengan mata berkaca-kaca juga berpesan agar Si Jin berhati-hati. Mereka pun berjalan berlawanan arah.
Bersambung ke episode 7…

Komentar:
Episode ini ceritanya pada galau semua ya…. kan buat saya ikut galau…

Ini namanya bencana membawa berkah, karena adanya gempa membuat Si Jin kembali bertemu dengan Mo Yeon. Begitu juga dengan Dae Young yang bertemu Myeong Ju.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar