Rabu, 23 Maret 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 4 Part 2




Flasback
Dae Young dan Myeong Ju menghadiri resepsi pernikahan mantan pacar Dae Young. Myeong Ju bertanya apa Dae Young sangat mencintai mantannya? Dae Young heran kenapa Myeong Ju memperdulikan hal itu. Myeong Ju menjawab ada tingkatan yang berbeda dari balas dendam.

“Aku berjanji akan membuatnya bahagia.” Ucap Dae Young.

“Tidak ada pengantin yang bahagia jika pernikahannya dirusak.” Kata Myeong Ju.

“Kau tidak akan bisa bahagia jika kau menyesalinya.” Sahut Dae Young.

Myeong Ju sadar Dae Young datang tidak bermaksud untuk membalas dendam, tetapi membuat mantannya merasa nyaman. Dae Young meninggalkan Myeong Ju di tangga dan menjumpai mantannya.  Mantannya terkejut bertanya kenapa Dae Young ke sini? Dae Young bilang ia ingin melihat siapa yang dinikahi mantannya itu dan melihatnya saat masuk tadi. Mantannya cemas, apa Dae Young menyapanya? Dae Young menjawab mungkin saat nanti akan keluar.

Myeong Ju datang menyapa pengantin wanita dan menyelematinya, lalu memegang tangan Dae Young.  Myeong berterima kasih karena telah memutuskan Dae Young. Ia mengenalkan dirinya sebagai pacar Dae Young sambil menyandarkan kepala di bahu Dae Young.

“Mari jangan saling memanggil mantan atau pacar. Panggil aku dokter Yoon.” Kata Myeong Ju. Mantan pacar Dae Young memastikan hal itu.

“Kita sudah putus.” Ucap Dae Young sambil memindahkan tangan Myeong Ju dari lengannya untuk digenggamnya. Myeong Ju terkejut diperlakukan seperti itu. “Aku tidak pernah merindukanmu lagi berkat dia. Jadi kau bisa hidup dengan bahagia.”

 Di bar, Myeong Ju bertanya apa Dae Young menyesal? Dae Young bilang tidak, ia malah merasa lega. Myeong Ju berkata ia menyesal. Membuat Dae Young bertanya kenapa. Myeong Ju pun juga tidak tahu kenapa. Ia hanya merasa sedikit aneh.

“Aku sudah melakukan bagianku. Jadi jangan lupa katakan pada Si Jin…” ucap Myeong Ju.

“Kalau kita pacaran.” Sambung Dae Young.  

Di lain waktu, Dae Young dan Myeong Ju minum bersama.

“Sudah kubilang aku tidak akan menikahi Si Jin. Aku tidak bilang akan terus-terusan single. Apa sebenarnya yang kau katakana.” Ujar Myeong Ju.

“Yang kukatakan ‘aku hanya memacari letnan Yoon’ hanya satu kalimat itu saja. Itu kesepakatan kita.” Jawab Dae Young.

“Jadi kenapa ada rumor kalau kita tidur bersama?”

“Karena para tentara sangat pandai berimajinatif.”

“Sersan Seo, apa ini lucu?” tanya Myeong Ju kesal.

“Agar tidak membosankan,” ucap Dae Young.


Lalu lain waktunya lagi saat salju turun, Myeong marah-marah, bagaimana pacaran jadi tidur bersama. Dae Young mengatakan itu soal kita, jangan sampai itu mengusikmu. Jika itu terjadi, kau tidur… kau kalah. Myeong Ju makin kesal karena kata tidur keluar dari mulut Dae Young. Dae Young dengan santainya kalau itu cuman keceplosan.

“Apa pria pikirkan hanya  tidur dengan wanita? Itu sebabnya aku dilarang untuk tidur… kalah”

Pada waktu yang berbeda lagi, Dae Young mengatakan kalau Myeong Ju mungkin tidak akan menang tapi juga bisa menang. Myeong Ju bertanya bagaimana caranya. Dae Young bilang balikkan rumor itu jadi kenyataan. Myeong Ju langsung memukul Dae Young dengan tasnya dan tak menyangka Dae Young itu orangnya licik.
 Flasback End


Anak buah ayah Myeong Ju melapor kalau Letnan Yoon Myeong Ju baru tiba di Taebaek dan sersan Seo meninggalkan bandara jam 13.00.

Ayah Myeong Ju mendapat panggilan dari blue house. Ayah Myeog Ju membuka laptopnya dan menerima panggilan itu. Pihak pemerintah  meminta Ayah Myeong Ju untuk merahasiakan operasi pasien VIP dan pihak arab tidak mau ada catatan yang tertinggal tentang masalah itu karena pemerintahan kita berjanji akan bekerja sama. Mengenai Kapten Yoo Si Jin dihukum atau dihargai menjadi keputusan Ayah Myeong Ju.

Ayah Myeong Ju memrintahkan anak buahnya untuk melenyapka semua catatan mengenai operasi pasien VIP dan membebaskan Kapten Yoo Si Jin.


Si Jin menatap tahu berbentuk bintang di piringnya. Di meja makan tersedia berbagai menu yang terbuat dari tofu (tahu).

“Aku tidak pernah tahu begitu banyak tofu di Urk. Kalian menyiapkan ini semua?” Ujar Si Jin.

“Untuk kapten yang menghabiskan semalam dua hari di rumah tahanan dan akhirnya bebas. Kami sudah menyiapa beberapa tofu di tengah, tofu rebus di kiri dan tofu dengan kimchi di kanan. Kami buat bentuk bintang juga.” Kata Ki Bum layaknya koki yang mengenalkan menunya.

Si Jin kesal mendengar kata dibebaskan. Ki Bum mengantinya dikeluarkan. Si Jin memukul perut Ki Bum dan bilang itu hadiah untuk kapten. Salah satu anak buah Si Jin pun ikut angkat bicara. Makin membuat Si Jin kesal. Sersan Choi mengatakan akan menasihatinya dan memberi Si Jin ginseng.

Si Jin berdiri dan berpidato, kalian melakukannya dengan baik. Meski ada peringatan darurat. Walau sersan Seo tida ada dan hanya ada tofu saja. Aku akan mengadakan bakar-bakar pekan ini. Jadi nikmati makanan kalian.  

Tiba-tiba Mo Yeon masuk dan terkejut melihat para tentara sedang makan. Ia berbalik. Si Jin mmencegahnya, bukankah kau mau menemuiku? Mo Yeon bilang nanti saja. Makan saja dulu. Si Jin seperti tidak mau melepaskan kesempatan ini untuk bersama Mo Yeon. Ia mengajak Mo Yeon bicara di luar.



Di bawah bangunan reruntuhan dan dihiasi jemuran seprai putih, Si Jin dan Mo Yoen saling berhadapan bicara.

“Kupikir kau hanya dokter biasa ternyata tidak. Kau sudah menyelamatkan dia.” Kata Si Jin.

“Kau mau aku lakukan itu.” Timpal Mo Yeon.

“Kau mendengarkanku? Kupikir kau egois kalau menyangkut masalah medis.” Ucap Si Jin terkejut.

“Aku tahu kalau kau menyimpan dendam.”

“Dan kau menjadi cuek dalam semalam.”

“Kau bilang harus berterima kasih untuk sesuatu yang harus diterima kasihkan. Aku berterima kasih karena telah memercayaiku.” Ucap Mo Yeon.

Si Jin menanyakan apa Mo Yeon pasti merasa takut. Mo Yeon awalnya bilang sedikit dan akhirnya ngaku kalau ia ketakutan. Mo Yeon menembak kalau Si Jin juga takut. Si Jin mengatakan ia sering berada dalam situasi seperti itu.

“Aku ingin mengatakan ini tapi belum sempat. Aku tidak serius saat kubilang beberapa dokter ada yang masuk TV. Kuharap kau tak menggangapnya serius. Ujar Si Jin. Mo Yeon tersenyum karena itu tidak lah sepenuhnya salah.

“Itu salah untuk dokter yang menyelematkan pasiennya walau pistol diarahkan padanya.” Kata Si Jin.

“Yah, jika kau memaksa. Kurasa kau benar.” Ucap Mo Yeon. Keduanya tersenyum.

“Tapi mereka tidak bersungguh-sungguh menembakku kan?” tanya Mo Yeon. Si Jin menatapnya serius. Mo Yeon menutup telinganya tidak mau mendengar jawabannya. Membuat Si Jin tersenyum melihat tingkah Mo Yeon.

Anak buah Si Jin memanggilnya. Si Jin membuka seprai yang menutupi mereka. Terlihat pengawal arab mempersilahkan mereka masuk ke dalam mobil.


Presiden Mubarat menyambut kedatangan Mo Yeon dan Si Jin dengan ramah di rumahnya. Presiden Mubarat berkata melalaui terjemahannya bahwa keputusan Mo Yeon dan Si Jin lah yang menyelematkan nyawanya. Mo Yeon mengatakan Presiden Mubarat memiliki penyakit jantung kronis. Stress hal yang paling bahaya saat ini dan menasihati untuk tidak bekerja dulu. Mubarat mengatakan dan disampaikan penerjemahnya pada Mo Yeon kalau dokter dari negara ini mulai mengeluh.

“Perang itu mudah dan damai selalu diperdebatkan. Mungkin itu sebabnya para diktator selalu berumur panjang.  ” Ucap Si Jin.

“Saya sepemikiran dengan para prajurit daripada dokter dan mempertimbangkan saran dokter.” Kata Mubarat.

Mo Yeon mengatakan, suatu kehormatan bisa mengobati orang mengamgumkan seperti anda. Mubarat bilang seharusnya ia yang berterima kasih dan telah menyiapkan hadiah kecil untuk mereka.

Pengawal Arab memberikan kartu pada Mo Yeon dan berkata bahwa kartu nama itu bukan lah kartu biasa. Kartu ini akan menyelematkanmu dari situasi apa pun di mana pun orang arab berada. Mo Yeon mengerti dan meminta satu lagi karena mereka ada dua orang. Si Jin tersenyum dan Presiden Mubarat tertawa keras.

Setelah keluar dari rumah Mubarat, Si Jin meminta kartunya. Lalu ia memberikan kartu pada pengawal arab untuk menukarnya dengan mengendarai mobil sendiri. 



Di tengah perjalanan, Mo Yeon tampak kesal sekali karena Si Jin menukar kartu untuk menyewa mobil ini. Mo Yeon tak berpikir kalau Si Jin bisa segila ini.

“Apa kau tak punya keinginan lain. Kau tahu ada banyak minyak di sini. Kau bisa menggalinya. Kita akan dapat banyak uang jika menjual minyak. Kita sudah selamatkan nyawanya. Dia sudah memberi kita segalanya.” Kata Mo Yeon.

“Kenapa kau begitu kesal? Kita bisa gunakan kitu dengan bijaksana.” Ucap Si Jin. Mo Yeon nyolot, siapa bilang?

“Lamanya perjalanan kembali ke pangkalan 2 setenga jam. Jika aku yang menyupir dengan kecepatan ini kita bisa sampai dalam 30 menit. Sisanya aku akan berkencan denganmu selama 2 jam.” Jelas Si Jin. Mo Yeon geleng-geleng mengatai Si Jin benar-benar gila menggunakan kartu itu hanya untuk berkencan.

“Tapi tunggu dulu, aku tidak pernah bilang mau berkencan denganmu.” Ujar Mo Yeon.

“Aku tidak meminta persetujuanmu. Ayo minum teh.” Ajak Si Jin.

“Kau seharusnya memintanya.” Tegas Mo Yeon.


Di restoran, Mo Yeon menatap kartunya dan bilang Si Jin jangan berani menyentuh kartunya. Mo Yeon berpikir kartu ini akan ia gunakan untuk apa. Apa membuka klinik di Arab? Mo Yeon heboh sendiri, seharusnya ia berfoto dengan Presiden Mubarat dan menggantungnya di rumah sakit. Pasti bisa menghasilkan uang yang banyak. Si Jin bertanya kenapa Mo Yeon mau menjadi dokter. 

“Karena aku pintar di sekolah bahkan matematika. Para dokter digaji besar. Aku percaya hidup mengejar uang lebih baik darpada dikejar oleh uang. Aku bersikukuh kalau apa pun itu, aku harus dibayar untuk pekerjaan yang kulakukan. Karena itu aku mau membuka klinik di Gangnam. Kau bisa menyebutku orang yang materialistic jika kau mau.” Jelas Mo Yeon.

“Kenapa kau terus berpura-pura menjadi orang yang jahat?” tanya Si Jin yang tahu bagaimana sebenarnya sifat Mo Yeon.

“Aku sudah menetapkan diriku menjadi dokter karena uang. Banyak yang terjadi kletika kau pergi. Dan aku sudah banyak berubah sejak itu. Tapi kau tidak terlihat berbeda sejak hari itu.” Kata Mo Yeon.

“Aku menjadi lebih tampan, kau tak menyadarinya?” ujar Si Jin. Mo Yeon tersenyum karena candaan Si Jin masih sama.

“Senyumanmu bahkan lebih cantik.” Goda Si Jin.

Ponsel Si Jin berbunyi dan ia mengangkatnya. Setelah selesai bicara, dengan wajah bersalah ia meminta maaf pada Mo Yeon. Mo Yeon menembak kalau Si Jin mau pergi lagi. Si Jin mengiyakan dan mengatakan Mo Yeon bisa membawa mobilnya untuk pulang duluan.


“Akhir kencan kita masih tetap sama di Korea dan di sini. Mau ke mana kau? Apa itu harus dirahasiakan lagi? Apa itu tempat yang tidak boleh kudatangi?” kata Mo Yeon.

“Kau tidak dilarang ke sana, tapi aku tidak akan membawamu demi kepentinganku.” Ucap Si Jin.

“Kenapa kau selalu ingin diutamakan?” tanya Mo Yeon.

“Karena pekerjaanku sendiri yang menjauhkan ku dari hubungan ini,” jawab Si Jin.

“Bagaimana jika aku tetap ingin pergi bersamamu?” kukuh Mo Yeon.


Di lapangan udara ada peti mati, orang-orang berkumpul meletakan bunga di depan gambar tentara yang gugur dalam bertugas. Begitu juga Si Jin. Di antara foto itu terdapat foto dirinya bersama tentara yang meninggal itu serta yang lain mengunakan penuntup wajah.


Flashback. Si Jin sempat meminta foto berdua saja dengan membuka penutup wajah mereka.

Si Agus dan Mo Yeon ada di luar pagar lapangan. Daniel masuk ke dalam mobil dan pergi melewati Mo Yeon yang berdiri melihat Si Jin.


Si Jin dan Mo Yeon kembali ke kamp. Si Jin menyuruh Mo Yeon untuk istrirahat. Mo Yeon bertanya apa pria di pemakaman tadi teman Si Jin? Si Jin bilang Pasti tadi Mo Yeon sangat penasaran.   

“ Dia sahabatku,” kata Si Jin.

“Apa yang terjadi padanya?” tanya Mo Yeon lagi.

“Itu terjadi saat dia meneggakkan perdamaian.” Jelas Si Jin.

“Itu berarti kau bisa…”

“Ya begitulah… tak usah dibicarakan soal itu. lihatkan? Itu makin menjauhkanku.” Kata Si Jin lalu pergi meninggalkan Mo Yeon.

Si Jin berjalan menuju ke asramanya. Ia mengurungkan niat untuk masuk dan duduk di tangga memegang lencana bintang tiganya.


Esok paginya Mo Yeon mencari Si Jin dan bertanya pada sersan Choi tentang keberadaan Si Jin. Sersan Choi menjawab, kalau Si Jin ada di komando Taebaek, bertemu komite displin. Mo Yeon terkejut bukan kah masalahnya sudah selesai. Sersan Choi menegaskan kalau melanggar perinta sama saja penjara di bawah hukum militer.

Di Korp Komando Taebaek, Si Jin disidang.

“Lagi, aku tidak bisa memberimu tindakan displin terkait perbuatanmu, namun komite displin juga percaya melanggar perintah tidak bisa diabaikan. Karena itu tindakan displinmu tidak mengikuti ketetapan pada tanggal 18 Mei 2015. Kau akan dihukum pemotongan gaji selama 3 bulan. Kau keberatan?”

“Tidak,” jawab Si Jin.

“Juga kau tidak lagi dipromosikan menjadi kandidat pemimpin skwadron. Kau keberatan?”

“Tidak,” jawab Si Jin. Lalu memberi hormat.


Myeong Ju menyenggal kaki Si Jin yang baru keluar dari tenda.  Myeong Ju mengataka apa yang dipikirkan Si Jin hingga mudak begitu dijatuhkan. Si Jin yang ia mau hampir mau memukul Si Jin. Ia bertanya kapan Myeong Ju sampai.

Myeong Ju menjawab pagi dan menembak kalau Si Jin melakukan kesalahan. Si Jin berkata jangan terlalu mengasihaniku. Si Jin menyarankan Myeong Ju untuk membuka klinik di Gangnam. Kau tidak seharusnya di sini. Myeong Ju bilang ia juga punya ambisi dan pasti mendapatkan bintang itu.

“Sepertinya aku akan mendapatkan bintangku sebelum sunbae. Melihat yang sudah sunbae lakukan.” Ucap Myeong Ju.

“Wow… selamat. Sepertinya kau tahu Dae Young kembali karena kau tidak mencarinya.”

“Aku bertemu dengannya di bandara.” Kata Myeong Ju. Si Jin menempuk bahu Myeong menanyakan apa semuanya lancar di bandara. Myeong Ju bertanya kau sebenarnya di pihak siapa?

“Aku selalu ada di pihak negaraku.” Ucap Si Jin yang terhenti karena melihat Mo Yeon masuk ke tenda komite displin Myeong Ju melihatnya.

Mo Yeon menjelaskan pada Byung Soo semua itu terjadi karena dirinya bagaimana ia tidak dilibatkan? Kenapa Si Jin yang bertanggung jawab? Dia tidak salah. Byung Soo mengatakan Si Jin bersalah karena melanggar perintahnya sebagai tentara. Byung Soo mengatakan Mo Yeon dokter yang sudah menyelematkan pasien. Masalahnya hukum militer sepenuhnya berbeda.

“Aku ada di sana. Aku bisa menjadi saksi. Aku mau bertanggung jawab atas apa yang kulakukan.” Kata Mo Yeon.

“Ini bukan pengadilan. Kau tak tahu apa itu tindakan displin? Gaji Yoo Si Jin dipotong 3 bulan, dan dia dikeluarkan dari daftra kandidat promosi. Bisakah kau bertanggung jawab atas itu?” Ucap Byung Soo emosi. Mo Yeon terkejut. 


Si Jin masuk memberi hormat pada Byung Soo, lalu menarik tangan Mo Yeon keluar dari tenda.

Dalam perjalanan, Si Jin menghentikan mobilnya di tengah jalan dan keluar dari mobil. Mo Yeon juga keluar mengikuti Si Jin menanyakan kenapa Si Jin melakukan itu. Si Jin heran mengapa Mo Yeon bisa melakukan hal yang ceroboh. Mo Yeon bilang karena dirinya ia menghancurkan hidup seseorang. Si Jin membantah itu bukan karena Mo Yeon. 


“Kau pikir aku menginginkannya? menyelematkan seorang wanita? Kau ingat luka tembakku di hari pertama kita bertemu? Salah satu atasanku berkata ini di hari pertamaku sebagai Kapten Pasukan Khusus. Prajurit selalu hidup dengan kain kafannya. Saat kau mati di daratan tak bernama demi negaramu… tempat kematianmu menjadi kuburanmu dan seragamu menjadi kain kafanmu. Itu yang harus kau ingat saat kau memakai seragammu. Jika kau sudah memakainya dengan mengingat itu. Banggalah setiap saat, tidak ada alasan untuk malu.” Ucap Si Jin.

“Dan aku menyerahkan hidupku untuk itu. Luka tembak itu karena peperangan itu. Tidak peduli besar atau kecil semua keputusanku, termasuk kebanggaan satuanku, kehormatan dan kewajiban mereka. Hal yang sama juga terjadi padaku. Aku membuat keputusan berdasarkan semua hal itu dan aku tidak menyesali keputusanku. Namun itu tidak dapat menutupi kenyataan kalau aku melanggar hukum militer. Semua hal tentang militer diselesaikan secara militer. Dan berarti kau tidak boleh ikut mencampurinya, Dr. Kang.” Tegas Si Jin.


Mo Yeon meminta maaf kalau kekhawatirannya mempersulit Si Jin. Lalu ia masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Si Jin. Di dalam mobil Mo Yeon menangis.



Si Jin berjalan kaki di atas bebatuan. Ponselnya berbunyi, telepon Dae Young. Dae Young menanyakan Si Jin ada di mana. Si Jin membalas, kau selamat sampai tujuan? Dan ia sedang jalan. Dae Young menembak di jalan raya menunju kamp. Si Jin bilang bukan hanya jalan kaki. Dae Young pun berkata ya terserahlah.

Dae Young menanyankan apa Si Jin ketemu dengan Myeong Ju. Si Jin kesal, apa itu yang penting sekarang. ia baru kehilangan promosi dan gaji. Dae Young malah bilang Si Jin pantas mendapatkannya karena Si Jin digaji besar untuk wanita itu. Si Jin menyangkal ia tidak melakukannya karena wanita itu. Tapi membuat keputusan sebagai prajurit yang melindungi orang lain. Dae Young mengiyakan, orang lain itu cantik.

Si Jin makin kesal apa Dae Young menghubunginya karena mau mengejeknya. Dae Young bilang lebih baik bermaksud begitu. Dae Young kembali menanyakan apa Si Jin bertemu dengan Myeong Ju.

“Sersan Seo kau tahu betapa mahalnya panggilan internasional? Kau digaji besar untuk seorang wanita.” Ucap Si Jin kesal dan menuntup teleponnya.
 
Malam pun tiba, akhirnya Si Jin sampai juga di kamp diantar oleh anak buahnya. Lalu ia menuju dapur mencari wine yang Dae Young bilang tadi. Mo Yeon datang ke dapur. Si Jin menanyakan Mo Yeon mau apa? Mo Yeon menjawab kalau ia mau ambil air minum.

“Kau mau pergi? Kau mau bicara sesuatu?” tanya Si Jin.

“Sepertinya kau mau sendiri.” Kata Mo Yeon.

“Tidak, aku mau bersamamu. Kurasa itu terlihat jelas. Jangan pergi. Kemarilah.” Ujar Si Jin.


Mo Yeon pun mendekat pada Si Jin.  Si Jin membuka tutup botol wine dan memberinya pada Mo Yeon. Lalu mencari gelas untuk Mo Yeon, tapi Mo Yeon sudah langsung meminumnya. Si Jin tersenyum. Mo Yeon mengulurkan botol wine pada Si Jin. Si Jin bilang tentara yang dibebas tugaskan dilarang minum. Mo Yeon mengatakan bukankah Si Jin mau meminumnya. Si Jin mengiyakan tapi sekarang semuanya sirna karena ada yang melihat.

“Maaf sudah bertindak ceroboh,” kata Mo Yeon.

“Aku yang harusnya minta maaf. Anggap saja aku meminta maaf.” Ucap Si Jin.

“Tapi kau tidak minta maaf,” timpal Mo Yeon. Si Jin terdiam. Mo Yeon bilang jangan takut. Apa ia berbuat ceroboh lagi? dan bertanya bagaiamana Si Jin bisa kemari?

“Aku lari. Hanya aku yang bisa kemari secepat itu.” Kata Si Jin.

“Tapi tadi aku melihatmu turun dari mobil.” Sanggah Mo Yeon.

“Kau melihatnya? Terus kenapa kau bertanya?” tanya Si Jin yang sadar ia ketahuan bohong.

“Aku mau mendengar candaanmu.” Jawab Mo Yeon. “ Kau  terlihat cocok dengan seragam itu. Aku merasa itu tidak pantas buatku berkata ke seseorang yang baru menerima hukumannya.” Puji Mo Yeon.

“Bagaimana kau tahu soal seragam ini?“ tanya Si Jin.

“Kenapa aku tak tahu? Khayalan para wanita adalah seragam.” Balas Mo Yeon.

“Itulah sebabnya aku jadi tentara.” Timpal Si Jin.





Mo Yeon kembali meminum wine nya. Si Jin tanya apa itu enak? Mo Yeon menjawab, sedikit. Apa Si Jin suka minum? Si Jin mengurakan keinginannya untuk menonton film dan minum bersamamu. Mo Yeon bilang , itu bisa menjadi kencan yang sempurna.

Si Jin tanya apa Mo Yeon menonton film saat mereka berkencan, tapi Si Jin harus pergi duluan. Mo Yeon menjawab tidak. Si Jin penasaran, kenapa tidak?

“Karena film itu.. aku akan melihatnya dengan seseorang. Sudah aku putuskan. Aku harus menghindari menonton film saat aku berkencan dengan seorang pria. Aku terus melihat banyak bacaan soal film itu.  Dan  bacaan itu membuatku mengingatkanku padamu karena film itu sama seperti Yoo Si Jin bagiku.” Jelas Mo Yeon lalu ia meminum lagi wine nya.


Si Jin terus menatapnya dan mengira Si Jin mau minum. Ia mengulurkan botol wine pada Si Jin.  Si Jin berkata ia tahu cara lain untuk meminumnya. Lalu Si Jin berjalan mencium Mo Yeon.
Bersambung ke episode 5…

Komentar:
Wah, ternyata awal hubungan Dae Young dan Myeong Ju berawal dari pura-pura pacaran menjadi benar-benar pacaran. 
Modusnya Si Jin makin jadi saja ya, bahkan saat ditahan pun masih bisa bercanda.



  



     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar