Minggu, 06 Maret 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 2 Part 1




Mo Yun terus melihat helikopter yang membawa Shi Jin pergi hingga helikopter itu menghilang. Di dalam helikopter Shi Jin tersenyum kecil karena jawaban Mo Yun yang mau berkencan.  Ia masih sempat melihat Mo Yun ke bawah.

Song Sang Hyun datang dan bertanya sedang apa Mo Yun di sini. Mo Yun masih terpaku melihat ke langit sampai-sampai Sang Hyun heran dan malah ikutan melihat ke langit, apa yang kau lihat? 

Mo Yun bilang kau tahu jika ada di satuan khusus, kau akan dijemput oleh helikopter dan terkadang tertembak. Sang Hyun menyela mana ada di militer korea yang tertembak yang mengenai tubuhmu. Hanya ada salju dan hujan. Stelah terkena itu, kau tinggal membersihkannya. Mo Hyun berkata, benarkah? Jadi siapa pria yang terbang tadi? Sang Hyun malah menanggapi dengan bercanda, terbang? Dia lari kaburi atau terbang? Apa pun itu dia pasti punya alasan.



(Afghanistan – Pangkalan Satuan Perdamaian PBB daerah perbatasan Pakistan)      
Rapat mengenai eksekusi pembebasan dua petugas PBB aktif di Denmark disandera oleh Taliban dikuti oleh tentara gabungan antara Tim Shi Jin dan Tim, Delta. Tentara gabungan ini pun latihan hingga salah satu tentara Korea menyentuh wayar ledakan. Shi Jin bilang misi gagal, semua satuan kita mati. Dae Young memperingati , itu jebakan tersembunyi. Sadarkan dirimu!    

Kapten Delta melempar pisau dengan kesal tepat di kardus samping Shi Jin. Kapten Delta marah, “Bagaimana denganmu dan bocah Koreamu pulang saja dan berlatih dengan ibu kalian. Shi Jin mencabut pisau itu dan bergumam, “Aku tidak bisa biarkan ini.” Lalu Shi Jin membalas lemparan pisau itu.

Dua kapten terlibat perkelahian yang hebat. Salah anak buah Shi Jin khawatir, bisa saja Shi Jin membunuh dirinya. Dae Young menenangkan, dia mungkin bisa terbunuh atau membunuh. Saat Satuan Khusus bertemu pertama kalinya di operasi gabungan.Mereka punya pertarungan sendiri untuk menguji satu sama lain. Menari tahu mana yang cukup terampil untuk bisa dipercaya. Ini bukan latihan tapi pertarungan sebenarnya.  

Perkelahian terhenti oleh datangnya atasan mereka dan memerintah waktu istrirahat selesai lalu segera kembali latihan. Ada yang masalah? Kedua kapten menjawab serentak dengan tegas, No, sir!



Mo Yun bercerita kalau dia sangat gugup setelah interview menjadi professor RS. Haesung. Temannya berusaha menenangkan Mo Yun, Mo Yun tidak akan ditolak untuk ketiga kalinya. Datanglah rival Mo Yun yang juga menginginkan posisi professor (aku sih tidak tahu siapa namanya) mereka beruda pun saling menyindir.


Di ruang operasi lagi-lagi Mo Yun ketemu dengan rivalnya itu. Mo Yun bilang apa kau tak ingat di mana ruang operasimu? Rivalnya mengatakan akulah ahli bedah menggantikan prof. Park dan kau asistenku. Operasi pun dimulai. Sindir menyidir pun terus terjadi antara Mo Yun dan rivalnya. Tiba-tiba kondisi pasien menurun. Adegan pun beralih ke tempat Shi Jin yang tengah menjalankan misi. Ketegangan di ruang operasi dan di TKP Shi Jin terus bergonti-ganti. Hingga keduanya berhasil. Yang satu berhasil menyelamatkan nyawa pasiennya dan satu lagi berhasil menyelamatkan nyawa pertugas PBB yang disandera.

Mo Yun mengomel keluar dari ruang operasi karena kecerobohan rivalnya. Perawat  Hee Eun menghampiri Mo Yun mengatakan kalau tadi dia gugup dan Mo Yun sudah melakukan kerja yang bagus. Mo Yun membalas kalau Hee Eun juga. Mo Yun memegang perut Hee Eun dan bertanya pada sang bayi, apa ibumu masih ibu tunggal? Hee Eun menjawab tidak sambil mengeluarkan cincin dari kantongnya. Mo Yun bertanya apa dia melamarnya?


Dan yang dimaksud pun datang. Chi Hoon dan Hee Eun saling menyapa mesra. Chi Hoon mendekati Mo Yun dengan alasan kalau tadi Mo Yun mau membicarakan sesuatu padanya. Awalnya Mo Yun bingung. Tapi setelah Chi Hoon memberi kode. Mo Yun pun mengiyakan. Hee Eun bertanya tentang apa. Chi Hoon bilang tentang urusan pasien.

Setelah Hee Eun pergi, Chi Hoon sibuk mengubrak-abrik tong baju bekas operasi mencari cincinya yang hilang. Chi Hoon bergerutu apa ketinggalan di perut pasien? Untungnya cincin itu ditemukan. Membuat Mo Yun geram.      

Mo Yun heran dengan Chi Hoon dan Hee Eun yang bekerja setiap hari tapi bisa hamil. Ji Soo (teman Mo Yun yang duduk di kursi roda) berkata rumah sakit tempat mereka bekerja kan luas. Mo Yun menutup wajah, malu karena teman itu bisa berpikir sevulgar itu. Ji Soo mengejeknya dengan menyuapi makanan ke mulut Mo Yun.

Lalu Ji Soo bertanya tentang kabar Shi Jin, apa dia sudah menghubungi Mo Yun. Mo Yun menjawab sambil membuka computer, belum. Mungkin dia pria yangh tak bisa sering menelepon.  Ji Soo penasaran apa sih pekerjaan Shi Jin? Prajurit, bekas luka tembak, helicopter, Apa dia mata-mata? Mo Yun menjawab, mungkin. 

Ji Soo lalu bertanya apa yang dilakukan Mo Yun sampai-sampai santai gitu menjawab pertanyaanya. Mo Yoen bilang dia meliha foto Shi Jin, hanya ini yang dia punya. Foto hasil rantgen nya. Ji Soon mengumpat dasar gila, eee… yang diumpat malah senyum-senyum.

Esok paginya, televise memberitakan dua pertugas PBB telah dibebaskan di Afghanistan. Mo Yoen tampak mau pulang ke rumah. Chi Hoon menghampirinya dan berkata kalau dia telah menonjok giginya. Mo Yoen bilang hari ini dia bebas tugas jadi jangan menghubunginya karena tidak akan diangkat. Chi Hoon heras, ada apa? Mo Yoen bilang dia mau kencan. Chi Hoon yang melihat Mo Yoen berantakan memastikan kalau Mo Yoen tidak akan pergi seperti itu akan? Mo Yoen terus berjalan sambil melambaikan tangan.


Tiba keluar dari rumah sakit, Mo Yoen merenggakan badannya dengan berolahraga. Shi Jin yang sudah ada di depannya tersenyum manis. Mo Yoen yang sadar Shi Jin ada langsung menutup wajahnya dengan tangan. 


Shi Jin bertanya bagaimana kabar Mo Yoen? Sambil berjalan mendekati Mo Yeon. Mo Yeon bilang kenapa kau datang begitu cepat. Aku masih punya waktu 2 jam lagi. apa dia yang salah lihat jam. Shi Jin bilang memang dia yang datang lebih awal. Rasanya senang sekalu ada yang menunggu hari ini. Mo Yoen tetap kukuh berkata Shi Jin boleh datang 2 jam lagi.    

Shi Jin bertanya kenapa kau menutupi wajahmu? Mo Yoen berterus terang kalau dia tidak percaya diri karena tidak memakai make up. Shi Jin bilang Mo Yoen sudah cantik sekarang. Mo Yoen tak percaya lalu berpikir apa aku cantik dari dalam? Shi Joon mengangguk. 

Mo Youn berkata kalau gitu dia tak perlu mandi. Hahhaha.. Shi Jin malah terus mengajak Mo Yoen pulang. Mo Yeon kesal karena merasa kalau Shi Jin enggak mau bertemu jika dia belum mandi. Shin Jin cuman tersenyum saja melihat tingkah Mo Yoen.

Sesampai di rumah, Mo Yoen mengajak Shi Jin masuk dengan bangga berkata kalau rumah sangat bersi karena dia terlalu sibuk untuk membuatnya berantakan. Mo Yoen mau mandi dulu tapi dia meminta Shi Jin memesan makanan. Shi Jin bilang dia mau mengajak Mo Yoen makan di luar? Apa enggak apa-apa makanan kiriman? Mo Yeon tak masalah karena dia akan makan bersama pria ganteng. 

Shi Jin bisa memesan makanan lewat selebaran yang ditempel di kulkas. Shi Jin bertanya Mo Yeon mau makan apa? Mo Yeon berteriaka, Bibimbap Dolsot. Shin Jin tersenyum karena Mo Yoen itu aneh dan cantik. 

Shi Jin mengambil brosur untuk memesan makanan. Lalu dia melihat-lihat foto yang tertempeldi kulkas  dan ada kertas pemberitahuan pemberhentian air. Mo Yoen yang tengah keramas mengeluh karena kran tiba-tiba macet. Mo Yoen keluar dengan membungkus rambutnya dengan handuk dan mengungkapkan  dirinya sangat segar.


Shi Jin menatap heran, bukankah Mo Yoen belum keramas rambut sambil menunjukan surat pemberitahuan pemberhentian air. Mo Yoen yang malu langsung mengambil dua botol air dari kulkas dan cepat-cepat masuk kamar mandi. Shi Jin menggoda bukankah itu dingin, perlu kah dia memanasinya dulu? Mo Yoen berteriak tidak perlu. Shi tersenyum melihat Mo Yoen malu karena ketahuan berbohong.

Mo Yun makan dengan lahap. Shi Jin malah terus menatap Mo Yun. Shi Jin bilang dia mau bertanya. Mo Yun membalas tegas jangan bertanya. Shi Jin berkata sepertinya Mo Yun tahu apa yang ingin ditanyakannya.

“Kau terlihat seperti ingin mengejekku,” ujar Mo Yun.

“Apa maksudmu? Ini cuman wajah tampan.” Balas Shi Jin.

Mo Yun bilang jadi apa yang mau ditanyakan Shi Jin, sambil mengambil korek api.

“Apa kau memikirkan aku,” tanya Shi Jin.

“Tentu saja. Bagaimana denganmu?” ucap Mo Yun sambil menyalakan lilin.

“Aku sangat memikirkanmu seperti seorang pria yang sejati.”

Mo Yun tersenyum mendengar jawaban Shi Jin. Mo Yeon berterima kasih karena telah menunggunya keramas. Mo Yun mengajak minum kopi di luar. Shi Jin mengiyakan dan menyinggung masalah Mo Yoen yang keramas dengan botol air.



Shi Jin dan Mo Yoen ada di bioskop dengan canggung. Mo Yoen berkata bagian yang paling ditunggu saat ada di bioskop adalah tepat sebelum lampunya dimatikan. Shin membisik menggodan Mo Yun.

“Ini saat yang paling kutunggu dalam hidupku. Aku bersama wanita cantik dan lampunya dimatikan.”

“Bukan kah aku ini orangtua bagimu?” ejek Mo Yun.

“Oh, aku pasti salah karena lampunya begitu redup.” Balas Shi Jin tersenyum. Mo Yun memasang wajah cemberut.

“Kau bicara biasa saja padaku waktu itu, kan?” tanya Shi Jin.

“Kenapa?”

“Berapa umurmu? Kau pasti tahu umurku dari catatan kesehatanku kan,” ucap Shi Jin.

“Yang kemarin itu kan karena oppa yang selalu membuatku marah,” kata Mo Yun.

Shi Jin yang mendengar Mo Yun memanggilnya Oppa mengartikan kalau ia lebih tua. Mo Yun berkata tidak. kalau ia adalah Nunna. Shi Jin tak percaya meminta memperlihatkan KTP karena mungkin saja Mo Yun di bawah umur. Mo Yun tertawa begitu juga Shi Jin.

Ponsel Shi Jin bordering, wajahnya berubah serius dengan nada seorang tentara mengatakan ia adalah Kapten Yoo Shi Jin.Mo Yun bertanya ada apa. Shi Jin berkata sepertinya ia harus pergi. Dengan nada kecewa Mo Yun bilang apa dia tinggal lagi. Shi Jin sungguh minta maaf. Ia  mengajak menonton lain kali dan akan mengantar Mo Yun pulang. Mo Yun menolak ia bisa menonton sendiri.  Shi Jin merasa tak enak hati membiarkan Mo Yun sendirian tetapi tetap terpaksa pergi sekarang. Wajah Mo Yun cemberut.

Mo Yun mendapatkan telepon dari seniornya di rumah sakit dan bergegas pergi ke sana. Sang Hyun bertanya apa kau menghubunginya? Chi Hoon berkata iya sudah jelas kalau dia pasti terpilih. Sang Hyun membantah, kalau jelas terlihat Eun Ji yang terpilih. Dia dikalahkan sahabatnya bukan seniornya. Dia pasti kesal. Perawat Ha Ja Ae menambahkan bahkan dia praktis hidup di ruang operasi. Sang Hyun menambahkan itulah yang menyedihkan. Keluarga Eun Ji adalah pemegang saham terbesar di Haesung Group. Mo Yun tidak punya apa-apa.
Chi Hoon membantah bagaimana para dokter mempunyai kemampuan. Sang Hyun bilang punya kemampuan tapi tidak punya kekuatan. Perawat Ha Ja Ae berkata jadi kau setuju dengan itu? Sang Hyun cuman ingin menunjukannya saja

Mo Yun protes kepada kepala rumah sakit yang mengatakan kalau ia akan mendapatkan posisi prof. dan yakin akan berhasil kali ini. Selain itu dia sudah interview sebanyak tiga kali, yang pertama karena dia terlalu muda, kedua tak bisa mengerjakan makalah.
“Apa aku punya kewajiban meloloskanmu?” ucap kepala rumah sakit marah.

“Aku tidak bilang anda memiliki kewajiban itu. Aku tahu kalau koneksi di atas kompetensinya. Tapi siapa itu selanjutnya? Menantu Manteri? Keponakan direktur rumah sakit? Tak bisakah dalam tida kali sekali saja kompetensi di atas koneksi?” ujar Mo Yun tak terima.

“Jadi, kau akan menyerah di kesempatan ke empatnya?”
Terdengar ketukan pintu dari luar. Eun Ji masuk. Kepala RS. Mengatakan kalau mereka sudah selesai bicara dan Prof Kim bisa memberi perintah pada Mo Yun soal siaran serta mengajak makan malam bersama Prof. Park.

Eun Ji menghentikan Mo Yun yang hendak protes dan bilang kau harus menggantikan  tempatku di siaran besok karena ia mau makan bersama professor.

“Kau mau aku menggantikanmu?”

“Tentu saja. Aku professor sekarang. Kau harus turuti aku. Karena itu siaran langsung, jangan buat kesalahan. Kau harus mengingat kata demi kata ini. Rumah sakit kita memberikan uang yang banyak untuk iklan ini.” Ucap Eun Jin sambil meletakan kertas di tangan Mo Yun.

“Bagaimana kalau aku menolak?” tantang Mo Yun.

“Kalau begitu kita lihat apa yang akan terjadi?” ancam Eun Ji.

“Makan malammu hari ini dan syutingnya besok. Kenapa aku harus lakukan itu?”

“Aku keluar minum malam ini untuk merayakan aku jadi professor. Aku tidak bangun cepat besok.”

“Begitu piciknya kau? Kau tidak merasa terhina? Kau tidak merasa malu?”

“Aku akui. Walau itu memalukan, setidaknya aku jadi professor. Tapi kau melalui semua itu dan tidak dapat apa-apa.”
Mo Yun memaki Eun Ji dan akhirnya mereka berdua saling menjambak. Untung Chi Hoon, Sang Hyun dan perawat Ha Ja Ae memisahkan mereka.

Mo Yun sedang menghapal bahan untuk siaran besok sambil menahan tangis di lorong rumah sakit. Berulang kali ia membacanya tapi otaknya tak bisa dimasukan apa pun.

Dua boneka dari permainan tembakan-tembakan bertengger di posko tentara. Shi Jin memuji anak buahnya yang sudah bekerja keras. Dae Young meminta anak buahnya memeriksa peralatan sebelum istrirahat. Letnan Yoon masuk ke ruang istrirahat. Shi Joon langsung menyiapkan pasukannya untuk istrirahat di tempat.

“Kalau melakukan dengan baik sebagai pengganti Tim Bravo. Ada yang terluka?” ucap Letnan Yoon. Shi Jin menjawab tidak semua pasukan baik-baik saja.

“Kalian sudah melakukan banyak operasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi aku memutuskan untuk mengirim Tim kalian untuk liburan 8 bulan.” Ujar Letnan Yoon. Semua langsung mengarahkan pandang ke Letnan Yoon. Shi Jin dengan wajah schok bertanya ke mana mereka akan pergi.

“Ke Urk. Kalian punya waktu 2 minggu bertemu pacar dan keluarga kalian. Berkemaslah dan pulanglah secepatnya.

Dae Young tertunduk sedih, Chul Ho bertanya liburan seperti apa hingga 8 bulan. Kwang Nam memberitahu “liburan” itu artinya tugas, karena mereka bergabung denga tentara biasa. Para Junior tampak senang. kecuali Shi Jin dan Dae Young sedih karena harus meninggalkan orang yang mereka senang.

Shi Jin pergi ke RS. Haesung sambil menelepon Mo Yun. Tak sengaja ia bertemu Ja Ae yang menunjukan Mo Yu yang ada di layar TV.

“Aritmia… atau disebut irama pada jantung akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia,” jelas Mo Yun

“Pengobatan apa yang tersedia untuk aritmia ini?”

“Saat diagnosa dan pengobatn aritmia, kita bisa gunakan EPS, itu cara yang cukup baru. sisi efek sampingnya paling rendah.”

“Begitu ya. Anda bilang ini pertama kalinya ada di TV. Tapi anda terlihat tidak gugup. Dan anda menjelaskaan dnegan baik.” Kata host. Mo Yun mengatakan kalau host tidak melihatnya katena kakinya sekarang sedang gemetar.  

 Shi Jin yang melihat TV tersenyum bangga melihat kemampuan Mo Yun.  

Bersambung ke part 2...
 


     
     
  
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar