Mo Yun terus
melihat helikopter yang membawa Shi Jin pergi hingga helikopter itu menghilang. Di dalam helikopter Shi Jin tersenyum kecil karena jawaban
Mo Yun yang mau berkencan. Ia masih sempat melihat Mo Yun ke bawah.
Song Sang Hyun datang dan bertanya sedang apa Mo Yun
di sini. Mo Yun masih terpaku melihat ke langit sampai-sampai Sang Hyun heran
dan malah ikutan melihat ke langit, apa yang kau lihat?
Mo Yun bilang
kau tahu jika ada di satuan khusus, kau akan dijemput oleh helikopter dan
terkadang tertembak. Sang Hyun menyela mana ada di militer korea yang tertembak
yang mengenai tubuhmu. Hanya ada salju dan hujan. Stelah terkena itu, kau
tinggal membersihkannya. Mo Hyun berkata, benarkah? Jadi siapa pria yang
terbang tadi? Sang Hyun malah menanggapi dengan bercanda, terbang? Dia lari
kaburi atau terbang? Apa pun itu dia pasti punya alasan.
(Afghanistan –
Pangkalan Satuan Perdamaian PBB daerah perbatasan Pakistan)
Rapat
mengenai eksekusi pembebasan dua petugas PBB aktif di Denmark disandera oleh
Taliban dikuti oleh tentara gabungan antara Tim Shi Jin dan Tim, Delta. Tentara
gabungan ini pun latihan hingga salah satu tentara Korea menyentuh wayar
ledakan. Shi Jin bilang misi gagal, semua satuan kita mati. Dae Young
memperingati , itu jebakan tersembunyi. Sadarkan dirimu!
Kapten
Delta melempar pisau dengan kesal tepat di kardus samping Shi Jin. Kapten Delta
marah, “Bagaimana denganmu dan bocah Koreamu pulang saja dan berlatih dengan
ibu kalian. Shi Jin mencabut pisau itu dan bergumam, “Aku tidak bisa biarkan ini.”
Lalu Shi Jin membalas lemparan pisau itu.
Dua
kapten terlibat perkelahian yang hebat. Salah anak buah Shi Jin khawatir, bisa
saja Shi Jin membunuh dirinya. Dae Young menenangkan, dia mungkin bisa terbunuh
atau membunuh. Saat Satuan Khusus bertemu pertama kalinya di operasi
gabungan.Mereka punya pertarungan sendiri untuk menguji satu sama lain. Menari
tahu mana yang cukup terampil untuk bisa dipercaya. Ini bukan latihan tapi
pertarungan sebenarnya.
Perkelahian
terhenti oleh datangnya atasan mereka dan memerintah waktu istrirahat selesai
lalu segera kembali latihan. Ada yang masalah? Kedua kapten menjawab serentak
dengan tegas, No, sir!
Mo
Yun bercerita kalau dia sangat gugup setelah interview menjadi professor RS.
Haesung. Temannya berusaha menenangkan Mo Yun, Mo Yun tidak akan ditolak untuk
ketiga kalinya. Datanglah rival Mo Yun yang juga menginginkan posisi professor
(aku sih tidak tahu siapa namanya) mereka beruda pun saling menyindir.
Di
ruang operasi lagi-lagi Mo Yun ketemu dengan rivalnya itu. Mo Yun bilang apa
kau tak ingat di mana ruang operasimu? Rivalnya mengatakan akulah ahli bedah
menggantikan prof. Park dan kau asistenku. Operasi pun dimulai. Sindir menyidir
pun terus terjadi antara Mo Yun dan rivalnya. Tiba-tiba kondisi pasien menurun.
Adegan pun beralih ke tempat Shi Jin yang tengah menjalankan misi. Ketegangan
di ruang operasi dan di TKP Shi Jin terus bergonti-ganti. Hingga keduanya
berhasil. Yang satu berhasil menyelamatkan nyawa pasiennya dan satu lagi
berhasil menyelamatkan nyawa pertugas PBB yang disandera.
Mo
Yun mengomel keluar dari ruang operasi karena kecerobohan rivalnya. Perawat Hee Eun menghampiri Mo Yun mengatakan kalau
tadi dia gugup dan Mo Yun sudah melakukan kerja yang bagus. Mo Yun membalas
kalau Hee Eun juga. Mo Yun memegang perut Hee Eun dan bertanya pada sang bayi,
apa ibumu masih ibu tunggal? Hee Eun menjawab tidak sambil mengeluarkan cincin
dari kantongnya. Mo Yun bertanya apa dia melamarnya?
Dan
yang dimaksud pun datang. Chi Hoon dan Hee Eun saling menyapa mesra. Chi Hoon
mendekati Mo Yun dengan alasan kalau tadi Mo Yun mau membicarakan sesuatu
padanya. Awalnya Mo Yun bingung. Tapi setelah Chi Hoon memberi kode. Mo Yun pun
mengiyakan. Hee Eun bertanya tentang apa. Chi Hoon bilang tentang urusan
pasien.
Setelah
Hee Eun pergi, Chi Hoon sibuk mengubrak-abrik tong baju bekas operasi mencari
cincinya yang hilang. Chi Hoon bergerutu apa ketinggalan di perut pasien?
Untungnya cincin itu ditemukan. Membuat Mo Yun geram.
Mo
Yun heran dengan Chi Hoon dan Hee Eun yang bekerja setiap hari tapi bisa hamil.
Ji Soo (teman Mo Yun yang duduk di kursi roda) berkata rumah sakit tempat
mereka bekerja kan luas. Mo Yun menutup wajah, malu karena teman itu bisa
berpikir sevulgar itu. Ji Soo mengejeknya dengan menyuapi makanan ke mulut Mo
Yun.
Lalu
Ji Soo bertanya tentang kabar Shi Jin, apa dia sudah menghubungi Mo Yun. Mo Yun
menjawab sambil membuka computer, belum. Mungkin dia pria yangh tak bisa sering
menelepon. Ji Soo penasaran apa sih
pekerjaan Shi Jin? Prajurit, bekas luka tembak, helicopter, Apa dia mata-mata?
Mo Yun menjawab, mungkin.
Ji Soo lalu bertanya apa yang dilakukan Mo Yun
sampai-sampai santai gitu menjawab pertanyaanya. Mo Yoen bilang dia meliha foto
Shi Jin, hanya ini yang dia punya. Foto hasil rantgen nya. Ji Soon mengumpat
dasar gila, eee… yang diumpat malah senyum-senyum.
Esok
paginya, televise memberitakan dua pertugas PBB telah dibebaskan di
Afghanistan. Mo Yoen tampak mau pulang ke rumah. Chi Hoon menghampirinya dan
berkata kalau dia telah menonjok giginya. Mo Yoen bilang hari ini dia bebas
tugas jadi jangan menghubunginya karena tidak akan diangkat. Chi Hoon heras,
ada apa? Mo Yoen bilang dia mau kencan. Chi Hoon yang melihat Mo Yoen
berantakan memastikan kalau Mo Yoen tidak akan pergi seperti itu akan? Mo Yoen
terus berjalan sambil melambaikan tangan.
Tiba
keluar dari rumah sakit, Mo Yoen merenggakan badannya dengan berolahraga. Shi
Jin yang sudah ada di depannya tersenyum manis. Mo Yoen yang sadar Shi Jin ada
langsung menutup wajahnya dengan tangan.
Shi Jin bertanya bagaimana kabar Mo
Yoen? Sambil berjalan mendekati Mo Yeon. Mo Yeon bilang kenapa kau datang
begitu cepat. Aku masih punya waktu 2 jam lagi. apa dia yang salah lihat jam. Shi
Jin bilang memang dia yang datang lebih awal. Rasanya senang sekalu ada yang
menunggu hari ini. Mo Yoen tetap kukuh berkata Shi Jin boleh datang 2 jam lagi.
Shi
Jin bertanya kenapa kau menutupi wajahmu? Mo Yoen berterus terang kalau dia
tidak percaya diri karena tidak memakai make up. Shi Jin bilang Mo Yoen sudah
cantik sekarang. Mo Yoen tak percaya lalu berpikir apa aku cantik dari dalam?
Shi Joon mengangguk.
Mo Youn berkata kalau gitu dia tak perlu mandi. Hahhaha..
Shi Jin malah terus mengajak Mo Yoen pulang. Mo Yeon kesal karena merasa kalau
Shi Jin enggak mau bertemu jika dia belum mandi. Shin Jin cuman tersenyum saja
melihat tingkah Mo Yoen.
Sesampai
di rumah, Mo Yoen mengajak Shi Jin masuk dengan bangga berkata kalau rumah
sangat bersi karena dia terlalu sibuk untuk membuatnya berantakan. Mo Yoen mau
mandi dulu tapi dia meminta Shi Jin memesan makanan. Shi Jin bilang dia mau
mengajak Mo Yoen makan di luar? Apa enggak apa-apa makanan kiriman? Mo Yeon tak
masalah karena dia akan makan bersama pria ganteng.
Shi Jin bisa memesan
makanan lewat selebaran yang ditempel di kulkas. Shi Jin bertanya Mo Yeon mau
makan apa? Mo Yeon berteriaka, Bibimbap Dolsot. Shin Jin tersenyum karena Mo
Yoen itu aneh dan cantik.
Shi
Jin mengambil brosur untuk memesan makanan. Lalu dia melihat-lihat foto yang
tertempeldi kulkas dan ada kertas pemberitahuan
pemberhentian air. Mo Yoen yang tengah keramas mengeluh karena kran tiba-tiba
macet. Mo Yoen keluar dengan membungkus rambutnya dengan handuk dan
mengungkapkan dirinya sangat segar.
Shi
Jin menatap heran, bukankah Mo Yoen belum keramas rambut sambil menunjukan
surat pemberitahuan pemberhentian air. Mo Yoen yang malu langsung mengambil dua
botol air dari kulkas dan cepat-cepat masuk kamar mandi. Shi Jin menggoda
bukankah itu dingin, perlu kah dia memanasinya dulu? Mo Yoen berteriak tidak
perlu. Shi tersenyum melihat Mo Yoen malu karena ketahuan berbohong.
Mo
Yun makan dengan lahap. Shi Jin malah terus menatap Mo Yun. Shi Jin bilang dia
mau bertanya. Mo Yun membalas tegas jangan bertanya. Shi Jin berkata sepertinya
Mo Yun tahu apa yang ingin ditanyakannya.
“Kau
terlihat seperti ingin mengejekku,” ujar Mo Yun.
“Apa
maksudmu? Ini cuman wajah tampan.” Balas Shi Jin.
Mo
Yun bilang jadi apa yang mau ditanyakan Shi Jin, sambil mengambil korek api.
“Apa
kau memikirkan aku,” tanya Shi Jin.
“Tentu
saja. Bagaimana denganmu?” ucap Mo Yun sambil menyalakan lilin.
“Aku
sangat memikirkanmu seperti seorang pria yang sejati.”
Mo
Yun tersenyum mendengar jawaban Shi Jin. Mo Yeon berterima kasih karena telah
menunggunya keramas. Mo Yun mengajak minum kopi di luar. Shi Jin mengiyakan dan
menyinggung masalah Mo Yoen yang keramas dengan botol air.
Shi
Jin dan Mo Yoen ada di bioskop dengan canggung. Mo Yoen berkata bagian yang
paling ditunggu saat ada di bioskop adalah tepat sebelum lampunya dimatikan.
Shin membisik menggodan Mo Yun.
“Ini
saat yang paling kutunggu dalam hidupku. Aku bersama wanita cantik dan lampunya
dimatikan.”
“Bukan
kah aku ini orangtua bagimu?” ejek Mo Yun.
“Oh,
aku pasti salah karena lampunya begitu redup.” Balas Shi Jin tersenyum. Mo Yun
memasang wajah cemberut.
“Kau
bicara biasa saja padaku waktu itu, kan?” tanya Shi Jin.
“Kenapa?”
“Berapa
umurmu? Kau pasti tahu umurku dari catatan kesehatanku kan,” ucap Shi Jin.
“Yang
kemarin itu kan karena oppa yang selalu membuatku marah,” kata Mo Yun.
Shi
Jin yang mendengar Mo Yun memanggilnya Oppa mengartikan kalau ia lebih tua. Mo
Yun berkata tidak. kalau ia adalah Nunna. Shi Jin tak percaya meminta memperlihatkan
KTP karena mungkin saja Mo Yun di bawah umur. Mo Yun tertawa begitu juga Shi
Jin.
Ponsel
Shi Jin bordering, wajahnya berubah serius dengan nada seorang tentara
mengatakan ia adalah Kapten Yoo Shi Jin.Mo Yun bertanya ada apa. Shi Jin
berkata sepertinya ia harus pergi. Dengan nada kecewa Mo Yun bilang apa dia
tinggal lagi. Shi Jin sungguh minta maaf. Ia
mengajak menonton lain kali dan akan mengantar Mo Yun pulang. Mo Yun
menolak ia bisa menonton sendiri. Shi
Jin merasa tak enak hati membiarkan Mo Yun sendirian tetapi tetap terpaksa
pergi sekarang. Wajah Mo Yun cemberut.
Mo
Yun mendapatkan telepon dari seniornya di rumah sakit dan bergegas pergi ke
sana. Sang Hyun bertanya apa kau menghubunginya? Chi Hoon berkata iya sudah
jelas kalau dia pasti terpilih. Sang Hyun membantah, kalau jelas terlihat Eun
Ji yang terpilih. Dia dikalahkan sahabatnya bukan seniornya. Dia pasti kesal. Perawat
Ha Ja Ae menambahkan bahkan dia praktis hidup di ruang operasi. Sang Hyun
menambahkan itulah yang menyedihkan. Keluarga Eun Ji adalah pemegang saham
terbesar di Haesung Group. Mo Yun tidak punya apa-apa.
Chi
Hoon membantah bagaimana para dokter mempunyai kemampuan. Sang Hyun bilang
punya kemampuan tapi tidak punya kekuatan. Perawat Ha Ja Ae berkata jadi kau
setuju dengan itu? Sang Hyun cuman ingin menunjukannya saja
Mo
Yun protes kepada kepala rumah sakit yang mengatakan kalau ia akan mendapatkan
posisi prof. dan yakin akan berhasil kali ini. Selain itu dia sudah interview
sebanyak tiga kali, yang pertama karena dia terlalu muda, kedua tak bisa
mengerjakan makalah.
“Apa
aku punya kewajiban meloloskanmu?” ucap kepala rumah sakit marah.
“Aku
tidak bilang anda memiliki kewajiban itu. Aku tahu kalau koneksi di atas
kompetensinya. Tapi siapa itu selanjutnya? Menantu Manteri? Keponakan direktur
rumah sakit? Tak bisakah dalam tida kali sekali saja kompetensi di atas
koneksi?” ujar Mo Yun tak terima.
“Jadi,
kau akan menyerah di kesempatan ke empatnya?”
Terdengar
ketukan pintu dari luar. Eun Ji masuk. Kepala RS. Mengatakan kalau mereka sudah
selesai bicara dan Prof Kim bisa memberi perintah pada Mo Yun soal siaran serta
mengajak makan malam bersama Prof. Park.
Eun
Ji menghentikan Mo Yun yang hendak protes dan bilang kau harus
menggantikan tempatku di siaran besok
karena ia mau makan bersama professor.
“Kau
mau aku menggantikanmu?”
“Tentu
saja. Aku professor sekarang. Kau harus turuti aku. Karena itu siaran langsung,
jangan buat kesalahan. Kau harus mengingat kata demi kata ini. Rumah sakit kita
memberikan uang yang banyak untuk iklan ini.” Ucap Eun Jin sambil meletakan
kertas di tangan Mo Yun.
“Bagaimana
kalau aku menolak?” tantang Mo Yun.
“Kalau
begitu kita lihat apa yang akan terjadi?” ancam Eun Ji.
“Makan
malammu hari ini dan syutingnya besok. Kenapa aku harus lakukan itu?”
“Aku
keluar minum malam ini untuk merayakan aku jadi professor. Aku tidak bangun
cepat besok.”
“Begitu
piciknya kau? Kau tidak merasa terhina? Kau tidak merasa malu?”
“Aku
akui. Walau itu memalukan, setidaknya aku jadi professor. Tapi kau melalui
semua itu dan tidak dapat apa-apa.”
Mo
Yun memaki Eun Ji dan akhirnya mereka berdua saling menjambak. Untung Chi Hoon,
Sang Hyun dan perawat Ha Ja Ae memisahkan mereka.
Mo
Yun sedang menghapal bahan untuk siaran besok sambil menahan tangis di lorong
rumah sakit. Berulang kali ia membacanya tapi otaknya tak bisa dimasukan apa
pun.
Dua
boneka dari permainan tembakan-tembakan bertengger di posko tentara. Shi Jin
memuji anak buahnya yang sudah bekerja keras. Dae Young meminta anak buahnya
memeriksa peralatan sebelum istrirahat. Letnan Yoon masuk ke ruang istrirahat.
Shi Joon langsung menyiapkan pasukannya untuk istrirahat di tempat.
“Kalau
melakukan dengan baik sebagai pengganti Tim Bravo. Ada yang terluka?” ucap
Letnan Yoon. Shi Jin menjawab tidak semua pasukan baik-baik saja.
“Kalian
sudah melakukan banyak operasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi aku
memutuskan untuk mengirim Tim kalian untuk liburan 8 bulan.” Ujar Letnan Yoon.
Semua langsung mengarahkan pandang ke Letnan Yoon. Shi Jin dengan wajah schok
bertanya ke mana mereka akan pergi.
“Ke
Urk. Kalian punya waktu 2 minggu bertemu pacar dan keluarga kalian. Berkemaslah
dan pulanglah secepatnya.
Dae
Young tertunduk sedih, Chul Ho bertanya liburan seperti apa hingga 8 bulan.
Kwang Nam memberitahu “liburan” itu artinya tugas, karena mereka bergabung
denga tentara biasa. Para Junior tampak senang. kecuali Shi Jin dan Dae Young
sedih karena harus meninggalkan orang yang mereka senang.
Shi
Jin pergi ke RS. Haesung sambil menelepon Mo Yun. Tak sengaja ia bertemu Ja Ae
yang menunjukan Mo Yu yang ada di layar TV.
“Aritmia…
atau disebut irama pada jantung akan meningkat seiring dengan meningkatnya
usia,” jelas Mo Yun
“Pengobatan
apa yang tersedia untuk aritmia ini?”
“Saat
diagnosa dan pengobatn aritmia, kita bisa gunakan EPS, itu cara yang cukup
baru. sisi efek sampingnya paling rendah.”
“Begitu
ya. Anda bilang ini pertama kalinya ada di TV. Tapi anda terlihat tidak gugup.
Dan anda menjelaskaan dnegan baik.” Kata host. Mo Yun mengatakan kalau host
tidak melihatnya katena kakinya sekarang sedang gemetar.
Shi Jin yang melihat TV tersenyum bangga
melihat kemampuan Mo Yun.
Bersambung ke part 2...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar