Myung Joo
terpaku melihat Dae Young yang baik-baik saja. Mereka saling berhadapan. Perawat
bergegas membawa Ki Boem yang terluka dari Dae Young dan Shi Jin. Shi Jin
menemani Ki Beom dan meninggalkan Myung Joo dan Dae Young.
Myung Joo
berjalan mendekat, “Apa yang terjadi? Kau sepertinya baik-baik saja setelah
kecelakaan. IKut aku.”
Mo Yun datang
memeriksa Ki Boem. Mo Yun bertanya apa yang terjadi pada pasien ini? Shi Jin
menjawab, dia tadi mengalami kecelakaan. Dia terlibat dalam kecelakaan yang
menyedihkan. Mo Yun bilang, luka ini pasti dari hasil perkelahian. Apa kalian
berdua yang memukulnya? Shi Jin tak percaya dituduh seperti itu. Mo Yun
langsung bertanya pada Ki Boem siapa yang melakukannya? Apa dia yang memukulmu?
“Bukan dia. Malah
dia yang telah menyelamatkanku.” Jawab Ki Boem.
“Kau sudah ada
di rumah sakit. Jadi kau tak perlu khawatir. Kami punya satpam, kau bisa
mengatakan yang sebenarnya. Apa dia memukulnya?” tanya Mu Yun sekali lagi.
“Bukan dia. Aku tak
berbohong.”
“Kau tak percaya
pada apa yang dia katakana, kan?” ucap Shi Jin dengan tatapan dan senyuman yang
mematikan.
Mo Yun malas
berdebat dan lebih mementingkan pemeriksaan pada pasiennya. Setelah itu dia
meminta pada perawat untuk menyuruh security memeriksa CCTV. Mo Yun keluar dan
Shi Jin menyusulnya. Mo Yun meminta untuk melepaskan tangannya. Shi Jin bilang
baiklah, setelah aku meluruskan masalah ini.
“Dia mengatakan
yang sebenarnya. Anak itu…” ucap Shi Jin.
“Apakah dia
adalah anakmu?” potong Mo Yun. Shin terdiam.
“Pasienmu itu, mencuri ponsel temanku, karena itulah kami ke sini mencarinya. Kamii melihatnya dipukuli oleh sekumpulan geng dan kami membantunya.” Jelas Shi Jin.
“Kau membantu pencuri yang telah mencuri ponsel temanmu?” tanya Mo Yun yang tak percaya. Shi Jin mengangguk.
“Aku lebih
percaya bahwa kaulah geng itu.” Ucap Mo
Yun sambil menekan nomor di ponselnya untuk menelepon polisi. Shi Jin yang
mendengar itu langsung merampas ponsel Mo Yun dengan cara yang super keren.
*aku suka bangen scene ini. Shi Jin menjatuhkan ponsel itu dari Mo Yun yang
sedang telepon lalu menangkapnya.
Shi Jin bilang
dia tidak mau berurusan dengan polisi dan itu semakin membuat Mo Yun curiga.
Shi Jin menjelaskan kalau sebenarnya mereka adalah tentara yang saat ini sedang
berlibur. Dia tak mau terlibat dengan polisi karena itu akan mereporkan. Akan
banyak dokumen yang harus diisi. Shi Jin memohoin kerja sama.
Mo Yun tak
peduli mau Shi Jin itu tentara atau gangster. Mo Yun meminta kembalikan ponsel
yang direbut Shi Jin. Shi Jin menunjukan kalung tag tentara dan mengeluarkan
kartu identitasnya. Tapi Shi Jin bilang itu bisa saja tiruan mungkin saking
kesalnya, karena bagaimana pun Mo Yun tidak akan percaya.
“Kau lulusan
mana? Karena ini adalah RS. Haesung , apa kau alumni universitas Myungin?”
tanya Shi Jin.
“Untuk apa kau
bertanya?”
“Apa kau
mengenla Yoon Myung Joo? Mungkin kalian seangkatan.”
“Bagaimana kau
bisa mengenalnya? Apa kau… si Kopral atau yang lebih tinggi atau semacamnya
itu.”
“Yang kau maksud
Busagwan.”
“Ya Busagwan.
Apa itu kau?”
“Bukan aku, tapi
kau harus ikut denganku. Aku bisa mengenal seseorang yang bisa membuktikan
identitasku.
***
Myung Joon
mengatakan pasti sulit bagi Dae Young menghindarinya. Dae Young mengiyakan
dengan bahasa formal. Myung Joon kesal karena Dae Young tidak bisa berbahasa
santai padanya tanpa melihat pangkat.
Myung Joon menembak mungkin Dae Young akan mengabaikannya kalau bukan tentang
pangkat yang lebih tinggi. Lagi-lagi Dae Young mengiyakan. Myung Joo kesal dan
mengeluarkan semua unek-uneknya. Myung Joon bertanya kenapa Dae Young terus
menghindarinya. Dae Young bilang aku berharap kau tidak berpikir, aku
menghindarimu demi kebaikanmu letnan Yoon. Hatiku sudah berubah. Dan tidak bisa
menjelaskan apa pun yang berhubungan dengan hati.
Myung Joon tidak
percaya. Dae Young permisi pergi. Myung Joon menggunakan kekuasaannya untuk
mencegah Dae Young untuk pergi. Dae Young malah menghadap memberi hormat. Myung
Joon jalan mendekat dan bilang dia tidak menerima hormat dan teruslah begitu
sampai besok pagi. Untung Shi Jin datang menurunkan tangan Dae Young yang
memberi hormat.
“Kau ini. Kau
sudah menyalahgunakan pangkatmu.” Ucap Shi Jin.
“Ini adalah
pelajaran untuk tentara yang pengecut,” jawab Myung Joon dan bertanya ada
(urusan) apa (Shi Jin ke sini)?
“Aku ke sini
untuk menyembuhkan kehormatan prajurit kami. Aku ingin kau mengkonfirmasi
identitas kami padanya.” Ujar Shi Jin.
“Dia tak akan
percaya padaku,” balas Myung Joon
“Aku lebih percaya
dengan orang kenalanku daripada orang yang baru kutemui. Beritahu aku” timpal
Mo Yun.
“Begitu ya?
kalau begitu kau harus melaporkan mereka berdua. Mereka adalah tentara yang
melarikan diri.” Kata Myung Joon yang langsung pergi.
Dae Young
meminta Mo Yun mengembalikan ponselnya. Mo Yun menyuruh Shi Jin memberikan
ponse itu. Shi Jin menggurutu melihat kejadian hari ini. Dia jadi penasaran
dengan file di ponsel.
Lalu Shi Jin
bertanya pada Mo Yun, “apa urusan kita sudah selesai?”
“Identitasmu
memang benar. Tapi serangan itu adalah masalah yang berbeda. Iku aku,” ucap Mo
Yun ketus. Shi Jin berkacak pinggang dan
menghela napas melihat Mo Yun yang terus mencurigainya.
Security meminta
Mo Yun dan Shi Jin menunggu 5 menit. Tinggallah mereka di koridor RS. Mo Yun
menyandar ke dinding begitu juga Shi Jin tapi tanpa sengaja tangannya tersentuh
tangan Mo Yun. Membuat Mo Yun melipat tangan di pinggang. Suasana jadi canggung
sampai akhirnya Mo Yun memulai percakapan.
“Jadi bagaimana
kau bisa mengenal Myung Joon?”
“Kami masuk di
akademi militer yang sama.” Jawab Shi Joon. “Apa kau mau mengkonfirmasinya setelah tahu
identitasku tadi? Apa aku terlihat seperti pembohong?” ucap Shi Jin sambil
melihat Mo Yun.
Mo Yun tertawa
kecil, “Pembunuh biasanya memang terlihat ramah.”
“Benar juga
sih,” kata Shin Jin.
“Kau membuatku
takut sekarang. Hanya ada kita berdua di sini.”
“Jangan
khawatir. Aku selalu melindungi wanita cantik, orangtua dan anak-anak. Itulah
prinsipku.”
“Baguslah. Aku
salah satu dari prinsipmu.”
“Tidak kok.”
“Yang kumaksud
aku ini orangtua. Big Boss siapa namamu?”
“Namaku Yoo Shi
Jin. Siapa namamu?”
“Kang Mo Yun.”
“Senang bertemu
denganmu.” Ucap Shi Jin sambil mengulurkan tangannya. Tapi Mo Yun tidak mau
berjabat tangan dan mengatakan tak usah berlebihan.
***
Dae Young
menemani Ki Boem yang sedang berbaring di tempat tidur. Ki Boem pun terbangun.
“Sepertinya kau
sudah sadar. Kau suka olahraga apa? Aku dulu suka main judo sampai aku masuk
SMA. Kenapa kau diam saja dipukuli?”
“Agar masalah
cepat selesai. Tapi bagaiman kau tahu aku suka olahraga?”
“Saat kau
dipukuli tadi. Karena dalam olahraga kita belajar bukan untuk menghajar orang
lain.”
“Aku dulu pemain
taekwondo sampai aku masuk SMA.”
“Kau
menguasainya?”
“Aku pernah
meraih Medali emas dan…”
Pembicaraan mereka
terputus karena perawat datang untuk mengkonfirmasi data Ki Boem tentang
keluarga. Ki Boem bilang dia tidak punya keluarga.
“Aku
keluarganya,” ucap Dae Young.
***
Di ruang
security CCTV, Mo Yun heboh sendiri melihat aksi Shi Jin menyerang para preman
yang memukul Ki Boem. Diam-diam Shi Jin menatap dan tersenyum melihat Mo Yun.
Mo Yun meminta
maaf atas kesalah pahamannya. Shin mengambil kesempatan untuk membuat Mo Yun
mengobati lukanya. Mo Yun bertanya di mana? Shi Jin pun menunjukan perutnya. Mo
Yun malah menusuk perutnya dengan jari membuat Shi Jin kesakitan. Mo Yun bilang
Shi Jin jago acting juga ya.
Shin Jin
mengelak kalau dia tidak berakting. Shi Jin membuka baju dan menunjukan
lukanya. Tentu Mo Yun kaget. Mo Yun pun memeriksa luka itu dengan serius. Diam-Diam Shi Jin tersenyum. *owalah dasar
itu cuman modusnya Shi Jin doang. Itu kan luka lama waktu tergores pisau
tentara Korut di awal episode.
Di ruang
pengobatan, Mo Yun mengobati luka Shi Jin.
“Sepertinya
lukamu terluka saat melawan mereka. Kapan kau terluka?” tanya Mo Yun.
“Beberapa hari
yang lalu.”
“Kenapa bisa?”
“Aku terluka
saat menjalankan beberapa tugas buruh. Begitulah tentara melakukan tugas
buruh.”
“Begitu ya?
pekerjaan yang aneh ya? kau terkena luka tembakan, saat kau melakukan tugas buruh.”
Kata Mo Yun. Shin kaget kok Mo Yun bisa tahu. “Ini adalah luka tembak.”
“Apa kau pernah
melihat luka tembak?”
“Aku belum
pernah melihatnya di Korea, tapi saat aku jadi suka relawan di luar negeri
Afrika.”
“Karena kau
sudah tahu. Ini lukaku saat perang di Normandia. Tembakan itu jatuh seperti
hujan, tapi aku harus melewatinya untuk menyelamatkan temanku.”
“Apakan namanya
tentara Ryan?” tanya Mo Yun. Shi Jin tersenyum kecil.
“Aku sudah
menjahitnya. Kau bisa melepasnya minggu depan. Dan kau harus tetap mensterilkan
setiap hari. Ada rumah sakit kan di sana?” tanya Mo Yun.
“Atau kah aku
harus ke sini saja?” potong Shi Jin.
“Bukan kah di
sini terlalu jauh?” tanya Mo Yun heran
“Memang. Apa aku
bisa datang ke sini setiap hari?”
“Tidak perlu.
Kau bisa datang tiga atau empat kali seminggu jika kau ingin cepat sembuh.”
“Apa kau mau
menjadi dokterku?” tanya Shi Jin.
“Hanya untuk
sterilisasi saja. Tak perlu dokter pribadi untuk itu.”
“Tapi aku perlu.
Terutama jika dokternya cantik.
“Jika kau
memilih dokter berdasarkan penampilan mereka. Kau tidak salah pilih. Aku akan
mengobatimu pukul siang.”
“Dokter biasanya
tak punya pacar. Karena mereka terlalu sibuk.” Ucap Shi Jin sambil mendekati Mo
Yun.
“Tentara
biasanya tak punya pacar. Karena mereka selalu perang.” Balas Mo Yun.
“ Siapa yang
tahu?” kata Shi Jin.
***
Shi Jin sibuk
memilih seragam mana yang akan dipakainya. Dia pun bertanya pada Dae Young yang
baru saja datang dari berolahraga. Dae Young heran memang Shi Jin mau ke mana.
Shi Jin bilang dia mau ke Rs. Haesung untuk mensterilkan lukanya. Teman Shi Jin
berkata dia tetap mau pergi jauh-jauh meski di sini ada klinik. Shi Jin
menjawab dia harus cepat sehat agar bisa melindungi negara karena di sana
mempunyai staf dan peralatan yang terbaik. Dae Young pun menerka pasti karena
dokternya cantik kan?
Shi Jin bilang
dokter di sini tak begitu cantik. Dae Young menjawab ada satu. Si kawan yang
memegan kaca menimpali kalau dia tahu. Pasti letnan Myung Joon kan? Si kawan
yang tak tahu apa-apa malah terus memuji Myung Joon dan membicarakan pacar yang
sudah memutuskan Myung Joon. Hahhah
teman-teman yang lain buru-buru menutup mulutnya dengan kaca. Shin Jin bilang
karena rasa ingin tahumu itu. Kau akhirnya mati.
Dae Young juga
mau ikut ke RS. Haesung. Shi Jin heran ada urusan apa. Ternyata urusan membayar
pengobatan Ki Boem. Shin Jin mengomel, gaji kita kan tidak banyak. Shi Jin menasihati
Ki Boem untuk bersikap baik mulai sekarang. lalu Shi Jin permisi untuk menemui
dokter alias Mo Yun.
Dae Young memberi resep dokter dan berpesan setelah makan minum obatnya. Ki Boem mengucapkan terimakasih karena sudah membayar biaya pengobatannya tapi dia tidak bisa kembali membayar Dae Young dan jangan menceramahinya lagi. Dae Young bilang tidak akan dan pergilah. Dae Young hendak pergi tapi dihentikan Ki Boem. Dia meminta maaf soal ponsel. Dae Young menerima maafnya Ki Boem.
Lagi-lagi Ki Boem menghentikan langkah Dae Young. Ki Boem bilang dipukul atau membayar, mereka tidak akan berhasil. Bagaimana kau bisa lepas dari gengster? Dae Young menjawab kalau dia pergi ke tempat di mana yang tidak bisa diikuti mereka. Ki Boem bertanya di mana itu?
Shi Jin mencari Mo Yun dan menemukan Mo Yun yang sedang duduk di atas pasien sambil menekan dada pasien. Mo Yun berkata kita lebih membutuhkan banyak darah. Perawat membalas dia akan mengambil 5 kantong. Mo Yun terus meminta lebih cepatlah lagi mendorong tempat tidur pasien.
Diam-diam Shi Jin membantu mendorong sambil tersenyum manis. Dan nampak lah bintang tiga milik Shi Jin.
Diam-diam Shi Jin membantu mendorong sambil tersenyum manis. Dan nampak lah bintang tiga milik Shi Jin.
Tiba sampai di ruang operasi, tertulis Mo Yun sebagai dokter bedah yang akan melakukan operasi. Shi Jin menunggu di luar. Operasi itu selesai sampai malam. Mo Yun pun sadar kalau tadi Shi Jin datang.
Shi Jin sedang berolahraga dan terhenti oleh dering ponsel. Shi Jin pun mengangkatnya.
"Hallo?" ucap Shi Jin.
"Yoon Shi Jin? Ini aku Kang Mo Yun." Terbitlah segaris senyum manis Shi Jin lagi mendengar itu.
"Apa operasimu sudah selesai?" tanya Shi Jin.
"Ya, ku dengar tadi kau datang."
"Baru kali ini dokterku tidak meladeniku." keluh Shi Jin.
"Yang tadi adalah operasi darurat."
"Apa dia selamat?"
"Apa?"
"Pasien itu."
"Ya, aku menyelematkannya."
"Syukurlah. Jadi ini nomor ini?" tanya Shi Jin.
"Ya."
"Jadi kau mendapatkan nomorku?"
"Kau juga bisa menyimpan nomorku."
"Aku ingin menemuimu besok." kata Shi Jin
"Apa kau ini memang pria yang blak-blakan?" tanya Mo Yun sambil tersenyum.
"Yang kumaksud adalah berobat." ngeles Shi Jin.
"Iya. itu juga yang kumaksudkan." ujar Mo Yun.
"Sepertinya bukan." balas Shi Jin.
"Kau harus percaya pada doktermu. Kau sudah minum obat?"
"Apa akan bahaya jika aku tak minumnya? apa aku akan dirawat inap nantinya?
"Jam berapa kau datang?" tanya Mo Yun.
"Lupakan itu. Kita bisa bertemu sekarang saja. Kau tak mau?" ucap Shi Jin serius.
"Tidak, kok. Datanglah," jawab Mo Yun. (cie...cie pasangan yang berterus terang.
***
Shi Jin pun sekarang sudah ada di koridor rumah sakit tepat di depan televisi besa sambil browsing film bioskop. Mo Yun sibuk merias diri di lift. Televisi memberitakan bahwa dua karyawan PBB diculik. Shi Jin melihat berita itu. Teleponnya berdering. Shi Jin mengabarkan dia ada di RS Haesung. Saat Shi Jin masuk lift, Mo Yun pun keluar dari lif di sebelahnya.
Shi Jin menelepon Mo Yun memberitahukan kalau dia ada urusan dan harus pergi. Mo Yun bertanya sekarang Shi Jin ada di mana. Shi Jin jawab, di atap RS Haesung. MoYun pun menyusul Shi Jin ke atap. Mo Yun bertanya apa yang kau lakukan di sini. Shi Jin minta maaf sepertinya dia tidak bisa menepati janji.
Perhatian Mo Yun teralih pada helikopter yang datang. Mo Yun bilang sepertinya keadaan darurat. Shi Jin sepertinya harus ke bawah. Shi Jin bilang tidak. Mereka akan ke sini menjemputku. Mo Yun bertanya khawatir kenapa? apa ada perang? Shi Jin tersenyum melihat wajah kekhawatiran itu. Shi Jin bilang perang setiap hari terjadi. Tapi kali ini bukan di Korea. Mo Yun membalas, lalu kenapa helikopter itu mau menjemputmu?
Shi Jin berkata akan menjelaskannya nanti. Tapi berjanjilah satu hal. Mo Yun melihat helikopter yang sudah mendarat.
"Kita harus bertemu di akhir pekan nanti. Di suatu tempat selain di sini." kata Shi Jin.
"Bagaimana dengan lukamu?"
"Luka itu pasti akan sembuh. Dan menonton film bersama. Aku sudah tak punya waktu, aku butuh jawabanmu. Iya atau tidak." ucap Shi Jin sambil memegang bahu Mo Yun.
"Iya."
Shi Jin tersenyum, "Kau sudah berjanji padaku." kata Shi Jin tegas dan langsung pergi menuju helikopter.
Mo Yun melihatnya dengan raut khawatir. Shi Jin sempat bicara dulu dnegan bawahannya. Sebelum Shi Jin naik, dia kembali melihat Mo Yun.
Mo Yun terus melihat helikopter yang telah terbang jauh. Di dalam helikopter, Shi Jin lagi-lagi tersenyum manis.
Shin Jin bersama tim nya ada di dalam pesawat tempur. Pilot memberitahukan sekarang mereka tiba di TKP. Penerbangan dimulai. Shi Jin bertanya berapa lama? Dae Young menjawab sekitar 7 jam. Mereka mencopot kalung tag identitas. Salah satu bertanya kenapa harus melepas kalung tag identitas. Dae Young bilang, saat kita mati saat bertugas, mayat kita harus tidak teridentifikasi.
Pintu bawah pesawat tempur terbuka. Salah satu bertanya kita ada di mana? Shi Jin menjawab, Afghanistan. Pesawat menuju tempat yang penuh dengan api.
Bersambung ke episode 2...
Komentar:
Di sini Shi Jin Itu banyak tersenyum ya.
Drama ini berbeda dengan ciri khas drama Korea biasanya. Biasanya itu pemeran utamanya benci-bencian dulu baru jadi suka. Tetapi di sini Shi Jin dan Mo Yun sudah berterus terang saling tertarik.
Menurut saya drama ini rasanya komplit. Ada aroma bromance, romance, komedi, action, dan menegangkan. Setiap scene-nya benar-benar dinikmati. Sesuai prediksi banyak orang termasuk saya, dram aini meraih rating tertinggi dan menjadi trending topic dunia pendramaan dalam sepekan..
Shi Jin tersenyum, "Kau sudah berjanji padaku." kata Shi Jin tegas dan langsung pergi menuju helikopter.
Mo Yun melihatnya dengan raut khawatir. Shi Jin sempat bicara dulu dnegan bawahannya. Sebelum Shi Jin naik, dia kembali melihat Mo Yun.
Mo Yun terus melihat helikopter yang telah terbang jauh. Di dalam helikopter, Shi Jin lagi-lagi tersenyum manis.
Shin Jin bersama tim nya ada di dalam pesawat tempur. Pilot memberitahukan sekarang mereka tiba di TKP. Penerbangan dimulai. Shi Jin bertanya berapa lama? Dae Young menjawab sekitar 7 jam. Mereka mencopot kalung tag identitas. Salah satu bertanya kenapa harus melepas kalung tag identitas. Dae Young bilang, saat kita mati saat bertugas, mayat kita harus tidak teridentifikasi.
Pintu bawah pesawat tempur terbuka. Salah satu bertanya kita ada di mana? Shi Jin menjawab, Afghanistan. Pesawat menuju tempat yang penuh dengan api.
Bersambung ke episode 2...
Komentar:
Di sini Shi Jin Itu banyak tersenyum ya.
Drama ini berbeda dengan ciri khas drama Korea biasanya. Biasanya itu pemeran utamanya benci-bencian dulu baru jadi suka. Tetapi di sini Shi Jin dan Mo Yun sudah berterus terang saling tertarik.
Menurut saya drama ini rasanya komplit. Ada aroma bromance, romance, komedi, action, dan menegangkan. Setiap scene-nya benar-benar dinikmati. Sesuai prediksi banyak orang termasuk saya, dram aini meraih rating tertinggi dan menjadi trending topic dunia pendramaan dalam sepekan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar