Senin, 29 Februari 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 1 Part 2




Myung Joo terpaku melihat Dae Young yang baik-baik saja. Mereka saling berhadapan. Perawat bergegas membawa Ki Boem yang terluka dari Dae Young dan Shi Jin. Shi Jin menemani Ki Beom dan meninggalkan Myung Joo dan Dae Young. 

Myung Joo berjalan mendekat, “Apa yang terjadi? Kau sepertinya baik-baik saja setelah kecelakaan. IKut aku.”


Mo Yun datang memeriksa Ki Boem. Mo Yun bertanya apa yang terjadi pada pasien ini? Shi Jin menjawab, dia tadi mengalami kecelakaan. Dia terlibat dalam kecelakaan yang menyedihkan. Mo Yun bilang, luka ini pasti dari hasil perkelahian. Apa kalian berdua yang memukulnya? Shi Jin tak percaya dituduh seperti itu. Mo Yun langsung bertanya pada Ki Boem siapa yang melakukannya? Apa dia yang memukulmu?

“Bukan dia. Malah dia yang telah menyelamatkanku.” Jawab Ki Boem.

“Kau sudah ada di rumah sakit. Jadi kau tak perlu khawatir. Kami punya satpam, kau bisa mengatakan yang sebenarnya. Apa dia memukulnya?” tanya Mu Yun sekali lagi.

“Bukan dia. Aku tak berbohong.”

“Kau tak percaya pada apa yang dia katakana, kan?” ucap Shi Jin dengan tatapan dan senyuman yang mematikan.

Mo Yun malas berdebat dan lebih mementingkan pemeriksaan pada pasiennya. Setelah itu dia meminta pada perawat untuk menyuruh security memeriksa CCTV. Mo Yun keluar dan Shi Jin menyusulnya. Mo Yun meminta untuk melepaskan tangannya. Shi Jin bilang baiklah, setelah aku meluruskan masalah ini.

“Dia mengatakan yang sebenarnya. Anak itu…” ucap Shi Jin.

“Apakah dia adalah anakmu?” potong Mo Yun. Shin terdiam.

“Pasienmu itu, mencuri ponsel temanku, karena itulah kami ke sini mencarinya. Kamii melihatnya dipukuli oleh sekumpulan geng dan kami membantunya.” Jelas Shi Jin.

“Kau membantu pencuri yang telah mencuri ponsel temanmu?” tanya Mo Yun yang tak percaya. Shi Jin mengangguk.



“Aku lebih percaya bahwa kaulah geng itu.”  Ucap Mo Yun sambil menekan nomor di ponselnya untuk menelepon polisi. Shi Jin yang mendengar itu langsung merampas ponsel Mo Yun dengan cara yang super keren. *aku suka bangen scene ini. Shi Jin menjatuhkan ponsel itu dari Mo Yun yang sedang telepon lalu menangkapnya.

Shi Jin bilang dia tidak mau berurusan dengan polisi dan itu semakin membuat Mo Yun curiga. Shi Jin menjelaskan kalau sebenarnya mereka adalah tentara yang saat ini sedang berlibur. Dia tak mau terlibat dengan polisi karena itu akan mereporkan. Akan banyak dokumen yang harus diisi. Shi Jin memohoin kerja sama.

Mo Yun tak peduli mau Shi Jin itu tentara atau gangster. Mo Yun meminta kembalikan ponsel yang direbut Shi Jin. Shi Jin menunjukan kalung tag tentara dan mengeluarkan kartu identitasnya. Tapi Shi Jin bilang itu bisa saja tiruan mungkin saking kesalnya, karena bagaimana pun Mo Yun tidak akan percaya.

“Kau lulusan mana? Karena ini adalah RS. Haesung , apa kau alumni universitas Myungin?” tanya Shi Jin.

“Untuk apa kau bertanya?”

“Apa kau mengenla Yoon Myung Joo? Mungkin kalian seangkatan.”

“Bagaimana kau bisa mengenalnya? Apa kau… si Kopral atau yang lebih tinggi atau semacamnya itu.”

“Yang kau maksud Busagwan.”

“Ya Busagwan. Apa itu kau?”

“Bukan aku, tapi kau harus ikut denganku. Aku bisa mengenal seseorang yang bisa membuktikan identitasku. 
***
Myung Joon mengatakan pasti sulit bagi Dae Young menghindarinya. Dae Young mengiyakan dengan bahasa formal. Myung Joon kesal karena Dae Young tidak bisa berbahasa santai padanya tanpa melihat  pangkat. Myung Joon menembak mungkin Dae Young akan mengabaikannya kalau bukan tentang pangkat yang lebih tinggi. Lagi-lagi Dae Young mengiyakan. Myung Joo kesal dan mengeluarkan semua unek-uneknya. Myung Joon bertanya kenapa Dae Young terus menghindarinya. Dae Young bilang aku berharap kau tidak berpikir, aku menghindarimu demi kebaikanmu letnan Yoon. Hatiku sudah berubah. Dan tidak bisa menjelaskan apa pun yang berhubungan dengan hati.


Myung Joon tidak percaya. Dae Young permisi pergi. Myung Joon menggunakan kekuasaannya untuk mencegah Dae Young untuk pergi. Dae Young malah menghadap memberi hormat. Myung Joon jalan mendekat dan bilang dia tidak menerima hormat dan teruslah begitu sampai besok pagi. Untung Shi Jin datang menurunkan tangan Dae Young yang memberi hormat.


“Kau ini. Kau sudah menyalahgunakan pangkatmu.” Ucap Shi Jin.

“Ini adalah pelajaran untuk tentara yang pengecut,” jawab Myung Joon dan bertanya ada (urusan) apa (Shi Jin ke sini)?

“Aku ke sini untuk menyembuhkan kehormatan prajurit kami. Aku ingin kau mengkonfirmasi identitas kami padanya.” Ujar Shi Jin.

“Dia tak akan percaya padaku,” balas Myung Joon

“Aku lebih percaya dengan orang kenalanku daripada orang yang baru kutemui. Beritahu aku” timpal Mo Yun.

“Begitu ya? kalau begitu kau harus melaporkan mereka berdua. Mereka adalah tentara yang melarikan diri.” Kata Myung Joon yang langsung pergi.

Dae Young meminta Mo Yun mengembalikan ponselnya. Mo Yun menyuruh Shi Jin memberikan ponse itu. Shi Jin menggurutu melihat kejadian hari ini. Dia jadi penasaran dengan file di ponsel.

Lalu Shi Jin bertanya pada Mo Yun, “apa urusan kita sudah selesai?”

“Identitasmu memang benar. Tapi serangan itu adalah masalah yang berbeda. Iku aku,” ucap Mo Yun ketus. Shi Jin berkacak pinggang dan  menghela napas melihat Mo Yun yang terus mencurigainya.

 Security meminta Mo Yun dan Shi Jin menunggu 5 menit. Tinggallah mereka di koridor RS. Mo Yun menyandar ke dinding begitu juga Shi Jin tapi tanpa sengaja tangannya tersentuh tangan Mo Yun. Membuat Mo Yun melipat tangan di pinggang. Suasana jadi canggung sampai akhirnya Mo Yun memulai percakapan.

“Jadi bagaimana kau bisa mengenal Myung Joon?”


“Kami masuk di akademi militer yang sama.” Jawab Shi Joon. “Apa  kau mau mengkonfirmasinya setelah tahu identitasku tadi? Apa aku terlihat seperti pembohong?” ucap Shi Jin sambil melihat Mo Yun.

Mo Yun tertawa kecil, “Pembunuh biasanya memang terlihat ramah.”

“Benar juga sih,” kata Shin Jin.

“Kau membuatku takut sekarang. Hanya ada kita berdua di sini.”

“Jangan khawatir. Aku selalu melindungi wanita cantik, orangtua dan anak-anak. Itulah prinsipku.”

“Baguslah. Aku salah satu dari prinsipmu.”

“Tidak kok.”

“Yang kumaksud aku ini orangtua. Big Boss siapa namamu?”

“Namaku Yoo Shi Jin. Siapa namamu?”

“Kang Mo Yun.”

“Senang bertemu denganmu.” Ucap Shi Jin sambil mengulurkan tangannya. Tapi Mo Yun tidak mau berjabat tangan dan mengatakan tak usah berlebihan.
***   
Dae Young menemani Ki Boem yang sedang berbaring di tempat tidur.  Ki Boem pun terbangun.

“Sepertinya kau sudah sadar. Kau suka olahraga apa? Aku dulu suka main judo sampai aku masuk SMA.  Kenapa kau diam saja dipukuli?”

“Agar masalah cepat selesai. Tapi bagaiman kau tahu aku suka olahraga?”

“Saat kau dipukuli tadi. Karena dalam olahraga kita belajar bukan untuk menghajar orang lain.”

“Aku dulu pemain taekwondo sampai aku masuk SMA.”

“Kau menguasainya?”

“Aku pernah meraih Medali emas dan…”

Pembicaraan mereka terputus karena perawat datang untuk mengkonfirmasi data Ki Boem tentang keluarga. Ki Boem bilang dia tidak punya keluarga.

“Aku keluarganya,” ucap Dae Young.
***


Di ruang security CCTV, Mo Yun heboh sendiri melihat aksi Shi Jin menyerang para preman yang memukul Ki Boem. Diam-diam Shi Jin menatap dan tersenyum melihat Mo Yun.

Mo Yun meminta maaf atas kesalah pahamannya. Shin mengambil kesempatan untuk membuat Mo Yun mengobati lukanya. Mo Yun bertanya di mana? Shi Jin pun menunjukan perutnya. Mo Yun malah menusuk perutnya dengan jari membuat Shi Jin kesakitan. Mo Yun bilang Shi Jin jago acting juga ya.
Shin Jin mengelak kalau dia tidak berakting. Shi Jin membuka baju dan menunjukan lukanya. Tentu Mo Yun kaget. Mo Yun pun memeriksa luka itu dengan serius.  Diam-Diam Shi Jin tersenyum. *owalah dasar itu cuman modusnya Shi Jin doang. Itu kan luka lama waktu tergores pisau tentara Korut di awal episode.


Di ruang pengobatan, Mo Yun mengobati luka Shi Jin.

“Sepertinya lukamu terluka saat melawan mereka. Kapan kau terluka?” tanya Mo Yun.

“Beberapa hari yang lalu.”

“Kenapa bisa?”

“Aku terluka saat menjalankan beberapa tugas buruh. Begitulah tentara melakukan tugas buruh.”

“Begitu ya? pekerjaan yang aneh ya? kau terkena luka tembakan, saat kau melakukan tugas buruh.” Kata Mo Yun. Shin kaget kok Mo Yun bisa tahu. “Ini adalah luka tembak.”

“Apa kau pernah melihat luka tembak?”

“Aku belum pernah melihatnya di Korea, tapi saat aku jadi suka relawan di luar negeri Afrika.”

“Karena kau sudah tahu. Ini lukaku saat perang di Normandia. Tembakan itu jatuh seperti hujan, tapi aku harus melewatinya untuk menyelamatkan temanku.”

“Apakan namanya tentara Ryan?” tanya Mo Yun. Shi Jin tersenyum kecil.

“Aku sudah menjahitnya. Kau bisa melepasnya minggu depan. Dan kau harus tetap mensterilkan setiap hari. Ada rumah sakit kan di sana?” tanya Mo Yun.

“Atau kah aku harus ke sini saja?” potong Shi Jin.

“Bukan kah di sini terlalu jauh?” tanya Mo Yun heran

“Memang. Apa aku bisa datang ke sini setiap hari?”

“Tidak perlu. Kau bisa datang tiga atau empat kali seminggu jika kau ingin cepat sembuh.”

“Apa kau mau menjadi dokterku?” tanya Shi Jin.

“Hanya untuk sterilisasi saja. Tak perlu dokter pribadi untuk itu.”

“Tapi aku perlu. Terutama jika dokternya cantik.

“Jika kau memilih dokter berdasarkan penampilan mereka. Kau tidak salah pilih. Aku akan mengobatimu  pukul siang.”


“Dokter biasanya tak punya pacar. Karena mereka terlalu sibuk.” Ucap Shi Jin sambil mendekati Mo Yun.  

“Tentara biasanya tak punya pacar. Karena mereka selalu perang.” Balas Mo Yun.

“ Siapa yang tahu?” kata Shi Jin.
***          

Shi Jin sibuk memilih seragam mana yang akan dipakainya. Dia pun bertanya pada Dae Young yang baru saja datang dari berolahraga. Dae Young heran memang Shi Jin mau ke mana. Shi Jin bilang dia mau ke Rs. Haesung untuk mensterilkan lukanya. Teman Shi Jin berkata dia tetap mau pergi jauh-jauh meski di sini ada klinik. Shi Jin menjawab dia harus cepat sehat agar bisa melindungi negara karena di sana mempunyai staf dan peralatan yang terbaik. Dae Young pun menerka pasti karena dokternya cantik kan?


Shi Jin bilang dokter di sini tak begitu cantik. Dae Young menjawab ada satu. Si kawan yang memegan kaca menimpali kalau dia tahu. Pasti letnan Myung Joon kan? Si kawan yang tak tahu apa-apa malah terus memuji Myung Joon dan membicarakan pacar yang sudah memutuskan Myung Joon.  Hahhah teman-teman yang lain buru-buru menutup mulutnya dengan kaca. Shin Jin bilang karena rasa ingin tahumu itu. Kau akhirnya mati.

Dae Young juga mau ikut ke RS. Haesung. Shi Jin heran ada urusan apa. Ternyata urusan membayar pengobatan Ki Boem. Shin Jin mengomel, gaji kita kan tidak banyak. Shi Jin menasihati Ki Boem untuk bersikap baik mulai sekarang. lalu Shi Jin permisi untuk menemui dokter alias Mo Yun.

Dae Young memberi resep dokter dan berpesan setelah makan minum obatnya. Ki Boem mengucapkan terimakasih karena sudah membayar biaya pengobatannya tapi dia tidak bisa kembali membayar Dae Young dan jangan menceramahinya lagi. Dae Young bilang tidak akan dan pergilah. Dae Young hendak pergi tapi dihentikan Ki Boem. Dia meminta maaf soal ponsel. Dae Young menerima maafnya Ki Boem.
Lagi-lagi Ki Boem menghentikan langkah Dae Young. Ki Boem bilang dipukul atau membayar, mereka tidak akan berhasil. Bagaimana kau bisa lepas dari gengster? Dae Young menjawab kalau dia pergi ke tempat di mana yang tidak bisa diikuti mereka. Ki Boem bertanya di mana itu?

Shi Jin mencari Mo Yun dan menemukan Mo Yun yang sedang duduk di atas pasien sambil menekan dada pasien. Mo Yun berkata kita lebih membutuhkan banyak darah. Perawat membalas dia akan mengambil 5 kantong. Mo Yun terus meminta lebih cepatlah lagi mendorong tempat tidur pasien.


Diam-diam Shi Jin membantu mendorong sambil tersenyum manis. Dan nampak lah bintang tiga milik Shi Jin.


Tiba sampai di ruang operasi, tertulis Mo Yun sebagai dokter bedah yang akan melakukan operasi. Shi Jin menunggu di luar.  Operasi itu selesai sampai malam. Mo Yun pun sadar kalau tadi Shi Jin datang.

Shi Jin sedang berolahraga dan terhenti oleh dering ponsel. Shi Jin pun mengangkatnya.

"Hallo?" ucap Shi Jin.

"Yoon Shi Jin? Ini aku Kang  Mo Yun."  Terbitlah segaris senyum manis Shi Jin lagi mendengar itu.

"Apa operasimu sudah selesai?" tanya Shi Jin.

"Ya, ku dengar tadi kau datang."

"Baru kali ini dokterku tidak meladeniku." keluh Shi Jin.

"Yang tadi adalah operasi darurat."

"Apa dia selamat?"

"Apa?"

"Pasien itu."

"Ya, aku menyelematkannya."

"Syukurlah. Jadi ini nomor ini?" tanya Shi Jin.

"Ya."

"Jadi kau mendapatkan nomorku?"

"Kau juga bisa menyimpan nomorku."


"Aku ingin menemuimu besok." kata Shi Jin

"Apa kau ini memang pria yang blak-blakan?" tanya Mo Yun sambil tersenyum.

"Yang kumaksud adalah berobat." ngeles Shi Jin.

"Iya. itu juga yang kumaksudkan." ujar Mo Yun.

"Sepertinya bukan." balas Shi Jin.

"Kau harus percaya pada doktermu. Kau sudah minum obat?"

"Apa akan bahaya jika aku tak minumnya? apa aku akan dirawat inap nantinya?

"Jam berapa kau datang?" tanya Mo Yun.

"Lupakan itu. Kita bisa bertemu sekarang saja. Kau tak mau?" ucap Shi Jin serius.

"Tidak, kok. Datanglah," jawab Mo Yun. (cie...cie pasangan yang berterus terang.
***

Shi Jin pun sekarang sudah ada di koridor rumah sakit tepat di depan televisi besa sambil browsing film bioskop. Mo Yun sibuk merias diri di lift. Televisi memberitakan bahwa dua karyawan PBB diculik. Shi Jin melihat berita itu. Teleponnya berdering. Shi Jin mengabarkan dia ada di RS Haesung. Saat Shi Jin masuk lift, Mo Yun pun keluar dari lif di sebelahnya.


Shi Jin menelepon Mo Yun memberitahukan kalau dia ada urusan dan harus pergi. Mo Yun bertanya sekarang Shi Jin ada di mana. Shi Jin jawab, di atap RS Haesung. MoYun pun menyusul Shi Jin ke atap. Mo Yun bertanya apa yang kau lakukan di sini. Shi Jin minta maaf sepertinya dia tidak bisa menepati janji.


Perhatian Mo Yun teralih pada helikopter yang datang. Mo Yun bilang sepertinya keadaan darurat. Shi Jin sepertinya harus ke bawah. Shi Jin bilang tidak.  Mereka akan ke sini menjemputku. Mo Yun bertanya khawatir  kenapa? apa ada perang? Shi Jin tersenyum melihat wajah kekhawatiran itu. Shi Jin bilang perang setiap hari terjadi. Tapi kali ini bukan di Korea. Mo Yun membalas, lalu kenapa helikopter itu mau menjemputmu?

Shi Jin berkata akan menjelaskannya nanti. Tapi berjanjilah satu hal. Mo Yun melihat helikopter yang sudah mendarat.

 "Kita harus bertemu di akhir pekan nanti. Di suatu tempat selain di sini." kata Shi Jin.

"Bagaimana dengan lukamu?"

"Luka itu pasti akan sembuh. Dan menonton film bersama. Aku sudah tak punya waktu, aku butuh jawabanmu. Iya atau tidak." ucap Shi Jin sambil memegang bahu Mo Yun.

"Iya."

Shi Jin tersenyum, "Kau sudah berjanji padaku." kata Shi Jin tegas dan langsung pergi menuju helikopter.

Mo Yun melihatnya dengan raut khawatir. Shi Jin sempat bicara dulu dnegan bawahannya. Sebelum Shi Jin naik, dia kembali melihat Mo Yun.


Mo Yun terus melihat helikopter yang telah terbang jauh. Di dalam helikopter, Shi Jin lagi-lagi tersenyum manis.

Shin Jin bersama tim nya ada di dalam pesawat tempur. Pilot memberitahukan sekarang mereka tiba di TKP. Penerbangan dimulai. Shi Jin bertanya berapa lama? Dae Young menjawab sekitar 7 jam. Mereka mencopot kalung tag identitas. Salah satu bertanya kenapa harus melepas kalung tag identitas. Dae Young bilang, saat kita mati saat bertugas, mayat kita harus tidak teridentifikasi.


Pintu bawah pesawat tempur terbuka. Salah satu bertanya kita ada di mana? Shi Jin menjawab, Afghanistan. Pesawat menuju tempat yang penuh dengan api.
 Bersambung ke episode 2...

Komentar:
Di sini Shi Jin Itu banyak tersenyum ya.

Drama ini berbeda dengan ciri khas drama Korea biasanya. Biasanya itu pemeran utamanya benci-bencian dulu baru jadi suka. Tetapi di sini Shi Jin dan Mo Yun sudah berterus terang saling tertarik.

Menurut saya drama ini rasanya komplit. Ada aroma bromance, romance, komedi, action, dan menegangkan. Setiap scene-nya benar-benar dinikmati. Sesuai prediksi banyak orang termasuk saya, dram aini meraih rating tertinggi dan menjadi trending topic dunia pendramaan dalam sepekan..


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar