Shi Jin melapor
ke markas, “Pukul 09.00 kami menemukan satu mayat dan satu terluka yang kami
percaya adalah pasar gelap. Kami mentransfer mereka ke polisi setempat. Laporan
selesai.”
Byung Soo
mengatakan dia sudah mendapatkan laporan itu dan mereka bukan penjahat skala
kecil yang berdagang senjata BB. Tidak ada yang tahu seberapa terhubungnya
mereka. Ia tahu Shi Jin dan anak buahnya tidak takut tapi mereka nekat dan
tidak mengharga hukum.
Dan benar saja,
penjahat itu sekarang diserahkan polisi yang tadi pada bosnya yang bernama Agus
beserta barang bukti. Polisi itu memperingati bahwa mereka tidak bisa menyamar
sebagai anggota PBB lagi untuk menyeberangi perbatasan. Bahkan tentara Korea
yang berpatroli di perbatasan. Agus menembak polisi itu dan berkata bahwa
polisi yang satunya lagi dipromosikan.
Byung Soo
menasihati lebih baik menjaga jarak terhadap penjahat itu, karena saat mereka
kembali ke Korea mereka akan dipromosikan. Byung Soo meminta rincian laporannya
membuat wajah Shi Jin berubah. Seperti Shi Jin ini malas menulis laporan.
Byung
Soo juga memberi surat tentang transfer Sersan Seo Dae Young. Sementara, Dae
Young juga menerima surat itu dari bawahannya. Ia tampak sedih.
Flashback
Saat para
tentara baru sedang makan, Letjen Yoon (Ayah Myeong Jo) ikut makan dan duduk di
depan Dae Young. Seseorang memberi nampan pada Letjen Yoon. Letjen Joon pun
mulai memakan, tapi Dae Young tidak ikut makan.
Tampaklah dua topi yang saling
berhadapan, Topi Letjen Yoon berbintang itu sementara Dae Young tidak ada
apa-apa.
Setelah selesai
makan hanya tinggal mereka berdua di kantin. Letjen Yoon bertanya apa Dae Young
pacaran dengan putrinya? Dae Young membenarkan. Letjen berkata ia
mengkhawatirkan masa depan putrinya. Ia berharap Dae Young mempertimbangkan hal
itu. Dae Young bertanya apa itu perintah. Letjen Yoon tidak berharap ia sampai
memerintahkan itu tapi jika diperlukan ia akan melakukannya. Semua terserah
pada Dae Young apa Dae Young mau hubungan mereka tetap terhormat atau tidak.
Flashback End
Dae Young
membereskan barang-barangnya dari lemarinya. Ia kembali membaca surat dari
Myeong Joon yang mengatakan hadiahnya sedang dalam perjalanan dan Myeong Joo
sangat merindukannya.
Dalam perjalanan
dengan wajah lesuh, Shi Jin tanya apa Mo Yeon sudah mengirimkan uangnya. Mo
Yeon menjawab sudah. Mo Yoen balik bertanya apa telah yang terjadi sesuatu? Shi
Jin menjawab kalau seorang teman akan ditransfer kembali ke Korea.
Mo Yoen
bertanya lagi apa Shi Jin sedih karena dia akan duluan pulang atau kau akan
sendirian? Shi Jin berkata ia kesal dengan perintah tidak adil. Mo Yoen
mengingatkan bukanya Shi Jin harus mengikuti perintah? Shi Jin mengatakan kalau
perintah ini bukan diberikan oleh seorang Komandan tapi oleh seorang ayah.
Mo Yeon
menyahut, melodrama yang dibintangi ayah Myeong Joo sepertinya masih terus
berlanjut. Ia jadi penasaran bagaimana Sersan Mayor bisa bertemu dengan Myeong
Joo. “Kami diperintah untuk berjalan sejauh 1 mil. Dan pada waktu itu Myeong
Joo adalah ahli bedah dari tim medis,” cerita Shi Joon.
Flashback
Dae Young
membantu rekannya membawa tas agar teman dapat terus berjalan. Myeong Joo
menegur Dae Young yang pedili terhadap sesame rekan tapi sikap itu bisa membuat
Dae Young cedera. Myeong Joo membaca bad nama Dae Young. Dae Young membalas,
dia tidak akan menyerah meskipun cedera. Myeong Joo menarik baju Dae Young yang
mau pergi. Myeong Joo berharap ini bukan untuk membuat Dae Young mendapatkan
izin libur untuk menghalangi pernikahan mantan pacarnya. Dae Young membenarkan.
Flashback End
Mo Yeon terkejut
mendengar kisah Dae Young dan Myeong Joo. Shi Jin menyuruh Mo Yoen keluar dari
mobil. Mo Yeon heran kenapa berhenti di dermaga? Shi Jin bilang, “Kita akan
pergi ke pantai. Kita tidak bisa ke sini saat sibuk nanti.”
“Bukannya
tempatnya jauh?” ucap Mo Yeon.
“Ya, karena
tempat jauhlah. Aku ingin lebih lama bersamamu. Ikut aku,” ujar Shi Jin. Dasar
Shi Jin pria yang banyak modusnya.
Mo Yeon tidak
bergerak mengikuti Shi Jin hingga Shi Jin kembali bercerita tentang Dae Young
yang berhasil datang ke pernikahan mantannya bersama Myeong Joo.
“Jika kau ingin
mendengar kisah selanjutnya ikuti aku.” Ucap Shi Jin. Itukan Shi Jin pintar
banget buat modus supaya Mo Yeon mengikutinya. Mo Yeon yang penasaran jadi mengikuti
Shi Jin berjalan.
Flashback
Dae Young hendak
pergi ke pernikahan mantannya. Myoeng Joo tiba-tiba masuk ke dalam mobil mem
buat Dae Young heran. Myeong Joo mengucapkan selamat karena berkesempatan
merusak pernikahan mantannya.
“Nah, kebetulan
hari ini aku sedang tak bertugas. Kau pasti merasa beruntung kan?” ujar Myeong
Joo.
“Aku bertanya,
untuk apa kau ke sini? Apa pertanyaanku terlalu sulit Letnan Myeong Joo.”
“Apa jawabanku
juga sulit untuk dimengerti? Jika kau merusak pernikahannya, wanita itu malah
akan senang telah memutuskanmu. Tapi jika kau mengajakku, dia akan menyesal
sepanjang malam. Itulah masksudku.” Jelas Myeong Joo.
“Ide yang
bagus.” Kata Dae Young.
“Tapi dengan
satu syarat. Sekarang tolong miringkan cerminnya.” Pinta Myeong Joo. Myeong Joo mulai mengganti pakaian.
Flashback End
Mo Yeon bilang
Myeong Joo memang ahli perusak hubungan orang lain. Mo Yeon bagaimana
selanjutnya? Shin Jin mengatakan saat itulah ia masuk ke dalam drama mereka.
Flashback
Myeong Joo sudah
berganti pakaian. Ia bercerita pria yang disukai ayahnya adalah saingannya
dalam kenaikan pangkat. Ia adalah seniornya dari akademi militer korea yang
bernama Yoo Shi Jin. Dae Young menimpali kalau Shi Jin sudah ada di sini sejak
dua hari yang lalu. Myeong berpindah duduk di depan.
“Kau bisa
beritahu dia kalau kau adalah pacarku,” ucap Myeong Joo.
“Kau tak suka
dia? Kenapa?” tanya Dae Young.
“Aku tak suka
penampilannya. Penampilannya terlalu bergaya. Kau setuju.”
“Setuju. Aku
suka dengan alasanmu itu.”
“Kau suka dengan
gaunku? Aku suka gaun warna putih. Kau pasti terpesona saat aku mengurai
rambutku dan memakai high heels. Aku akan lebih cantik dari pengantin wanita.”
Kata Myeong Joo. Ia menguraikan rambutnya dan bertanya pendapat Dae Young
tentang penampilannya.
“Jadi konsepmu
sekarang… adalah konsep hantu?” tebak Dae Young.
“Konsepku
malaikat.” Ucap Myeong Joo sambil mengipas-ngipas kedua tangannya seperti sayap
malaikat. Karena tidak ada reaksi dari Dae Young. Myeong Joo kembali normal.
Flashback
Mo Yeong
memastikan kalau pria yang disukai ayah Myeong Joo adalah Shi Jin. Shi Jin
mengiyakan. Shi Jin melemparkan uang pada pemilik perahu dan meminta Mo Yoen untuk
naik. Mo Yeon menegaskan kalau Myeong Joo, sersan Mayor Seo dan Shi Jin
terlibat cinta segitiga. Shi Jin mengiyakan.
“Pegang
tanganku,” Shi Jin mengulurkan tangannya.
“Sampai
sekarang?” tanya Mo Yeon. Shi Jin mengiyakan. “Jadi apa yang kau pikirkan
sekarang?”
“Kenapa kau
menanyakan itu? Kupikir kau tidak tertarik padaku.” Ucap Shi Jin dan menarik
tangan Mo Yeon naik.
“Aku bertanya
tanpa alasan. Aku benar-benar bertanya tanpa alasan. Aku tak ingin tahu tentang
pedapatmu.” ucap Mo Yeon.
Shi Jin mendekat
ke wajah Mo Yeon dengan mengatakan, “Kau tampak seperti penasaran.” Shi Jin
mengiring Mo Yeon untuk duduk dan menyuruhnya untuk memegang kuat kalau tidak
mau terlempar.
Shi Jin menghidupkan mesin perahu dan siap untuk berlayar
mengarungi lautan nan biru.
Sesampai di
pantai, Shi Jin mengelurkan tangan untuk membantu Mo Yeon turun, Mo Yoen malah
turun sendiri mengabaikan uluran tangan Shi Jin. Shi Jin peka dong, Mo Yeon itu
sedang cemburu tahu. Mo Yeon kagum
akan keindahan pantai ini dan juga saya. Shi Jin bilang mereka bisa kok lain
waku kembali lagi ke sini.
“Penduduk
setempat di sini percaya kau akan kembali ke pantai ini jika kau mengambil batu
dari sini.” Ucap Shi Jin sambil mengambil batu putih dan memberinya pada Mo
Yoen.
“Kau pasti
mengarang kan? Jika itu benar, tidak aka nada batu yang tersisa di sini. Semua
orang pasti mengambilnya.” Kata Mo Yoen tak percaya.
“Orang-orang
yang kembali harus mengembalikan batu yang mereka ambil.” Jelas Shi Jin.
“Ahh, aku
mengerti. Itu kisah yang indah. Dan bangkai kapal itu juga menakjubkan.” Ujar
Mo Yeon yang terpesona akan pemandangan yang tersaji di hadapannya.
Mo Yeon
mengajak Shi Jin melihat-lihat. Mo Yeon
bertanya, kenapa kapal ini ada di sini? Shi Jin menjelaskan kapal ini sudah disihir.
Sesuatu yang terkena sihir akan berakhir menjadi sesuatu yang indah. “Apa kau
pernah terkena di sihir?” tanya Mo Yeon.
“Pernah. Kupikir
kau akan tahu nanti,” jawab Shi Jin. Dan mereka saling menatap.
“Omong-omong aku
belum mendengar jawabanmu. Bagaimana kabarmu? Apa kau masih tetap seksi saat
kau berada di ruang operasi?” ujar Shi Jin.
“Sepertinya kau
salah. Aku ke sini tidak sepenuh hati untuk menjadi relawan medis. Seseorang
yang lebih berkuasa mencoba menyerangku. Dia marah dan mengirimku ke sini. Dan
aku tak melakukan operasi lagi. sepertinya kemampuanku tidak diakui di ruang
operasi. Aku akan segera kembali, dan setelah itu aku pasti akan mengambil
kembali posisiku. Aku wanita yang sibuk,” ujar Mo Yeon.
Shi Jin
mengangguk mengerti. Mo Yeon mengenggam batu putih di tangannya.
Sang Hyun memasak
masakan khas Korea yang dicampur-campur, bibimbap untuk smeua tim medis kecuali
Mo Yeon. Sang Hyun mencicipi dan memuji makanannya sangat enak. Ia menyuruh
semuanya mengangkat sendok mereka dan bersiap makan. Tapi sebelum semuanya
mulai, Chi Hoon malah menyuruh semuanya berhenti. Karena ia akan mengambil
bagiannya sendiri dan menaruh di piring.
Sang Hyun
mengambil kuning telur yang diambil Chi Hoon, membuat Chi Hoon kesal karena
Sang Hyun memakai sendok Sang Hyun pada makannanya dan memutuskan tidak jadi
makan.
Chi Hoon
menceritakan kejadian itu pada calon istrinya lewat telepon. Tiba-tiba Chi Hoon
dikejutkan oleh seorang anak yang menyentuhnya. Anak itu mau meminta makanan. Chi
Hoon malah menceramahi anak itu supaya jangan sembarangan menyentuh orang lain.
Tiba-tiba anak itu
jatuh pingsan dan mulutnya berbusa membuat Chi Hoon panik. Ia membawa anak itu
ke medicub. Shi Jin dan Mo Yeon yang baru sampai melihatnya.
Mo Yeon memeriksa
anak itu. Chi Hoon mendiagnosa sepertinya anak itu kekurangan gizi dan bernapas
normal. Mo Yeon mengatakan sepertinya bukan gejela pneumonia. Tapi gejala ini
terlalu berbahaya untuk penderita gizi buruk. Mo Yeon menyentuh perut anak itu.
Anak itu nyeri kesakitan.
Shi Jin
berpendapat apa mungkin anak itu keracunan timah hitam. Chi Hoo berkata gejala
keracunan timah hitam tidak secepat itu muncul. Mo Yeon itu jadi teringat tadi
siang ada anak yang menjilati timah hitam. Mo Yeon bertanya pada Chi Hoon apa
dia menjilati sesuatu Chi Hoo bilang dia menjilati jari-jarinya saat meminta
sesuatu padanya.
Mo Yeon memutuskan
untuk melakukan detoksifikasi dan memrintahkan Chi Hoo untuk memberi anak itu beberapa
nutrisi, vitamin C dan EDTA.
“Apa dia
keracunan timah hitam?” tanya Chi Hoon
“Dia menderita
anemia karena kekurangan gizi. Tapi saat racun itu memasuki tubuhnya, sel darah
merahnya menyerap karena mengira racun itu adalah nutrisi. Karena itu racunnya
menyebar dan gejalanya cepat muncul.” Jelas Mo Yeon. Chi Hoon memuji Shi Jin yang
telah menebak dengan tepat dan ia permisi mengambil obat.
Shi Jin meminta
Mo Yeon untuk memanggilnya jika anak itu sudah sadar. Karena ia mengerti sedikit
bahasa mereka. Tetapi Mo Yeon menolaknya dengan halus. Ia mengicapkan terima
kasih dan tim medis yang akan mengurus anak itu. Shi Jin terlihat agak marah
dengan sikap Mo Yeon. Shi Jin mengatakan Jika Mo Yeon merasa tertolong maka
ucapkan terima kasih saja. Mo Yeon tidak mengerti apa maksud Shi Jin.
”Kau bilang
hidup itu berharga. Dan tidak ada yang lebih berharga daripada kehidupan. Aku
merasa sekarang kau sudah berubah. Bukan lagi orang yang kukenal dulu.” Ujar
Shi Jin.
Shi Jin
beralasan kalau kasus anemia karena kekurangan gizi dan keracunan timah hitam
jarang terjadi di Korea. Shi Jin membalas, kalau itu sudah sangat biasa di
negara ini. Jadi akan lebih baik jika dokter yang tahu tentang gejela-gejela
itu datang ke sini.
“Tentu saja,
tapi tidak semua dokter di dunia ini seperti Albert Schweitzer,” ucap Mo Yeon.
“Tentu saja. Beberapa
dokter ada yang hanya muncul di TV saja.” Sahut Shi Jin lalu pamit pergi.
Saat Shi Jin
kembali ke asrama, terdengar bunyi alarm. Dae Young memberitahukan pada Shi Jin
FPCON (Sistem keadaan siaga) level 2 telah diarahkan ke semua medis. Para
tentara mengambil senjatanya dan bersiaga di sekitar medicube. Sang Hyun heran,
apa terjadi perang? Chi Hoon menyahut dengan semangat kalau begitu ia akan
menyelamatkan musuh juga karena itu sumpah dokter. Seorang tentara meminta Song
Hyun dan Chi Hoon untuk berkumpul bersama tim medis lainnya.
Shi Jin
berbicara dengan markas utama. Markas utama memerintahkan agar semua tim medis harus
berkumpul dan area yang harus dilindungi adalah area medicube. Karena seorang
pasien VIP sedang dalam perjalanan menuju medicube.
Seseorang
mengatakan nama pasien itu adalah Mubarat Ketua Liga Arab yang sedang melakukan
kunjungan tidak resmi ke timur tengah. “Dia adalah orang penting ketiga dalam
keluarga Abu Dhabi dan terkenal sebagai politisi terampil. Serta telah berhasil
membuat perjanjian perdamaian antar agama dan negara. Dia adalah kandidat kuat
untuk hadiah nobel perdamaian tapi banyak musuh yang mengincar dia.
Letjen Yoon juga
mendapat laporan itu. Ia meminta stafnya menyiapkan mobil karena hendak pergi
ke Blue House (kantor presiden).
Shi Jin
memberikan catatan medis pasien VIP pada Mo Yeon. Mereka tampak canggung karena
barusan bertengkar Mo Yeon menerima kertas itu dan membacanya. Sang Hyun ikut
juga membacanya. Banyak catatan medis yang dicoret.
“Terlalu banyak
data palsu dalam catatan medis pasien VIP ini.” Ucap Mo Yeon. Sang Hyun heran
siapa dokter yang berani melakukan itu.
“Aku dokter yang
seperti itu.” Sahut Mo Yeon yang masih melihat catatan itu. Mendengar Mo Yeon
bicara seperti itu membuat Shi Jin melihatnya.
“Pasien yang
miskin akan membutuhkandokter seperti Albert Schweitzer dan bagi pasien VIP
membutuh dokter khusus. Bagi seorang VIP, catatan medis sama saja kelemahan
mereka. Karena itulah catatan seorang presiden bersifat rahasia” tutur Mo Yeon.
Dari kejauhan
terdengar suara sirene yang mulai mendekat.
Markas utama
terus berkomunikasi dengan Shi Jin, menanyakan bagaimana kondisinya. Shi Jin
menjawab semuanya baik-baik saja dan pasien sedang diperiksa. Byung Soo
mengatakan Blue House sudah mengetahuinya jadi pastikan kau melaporkan
semuanya. Shi Jin menjawab, baiklah.
“Tekanan darah 175, denyut nadinya 100 dan tingkat matanya
70,” ucap Mo Yeon.
“Tekanan darah
tinggi, denyut nadi terlalu cepat, dan juga tidak teratur. Sepertinya mengalami
hipoglikemia.” tambah Chi Hoon.
“Catatan medis
mengatakan dia menderita diabetes. Apa karena insulin?” timpal Sang Hyun.
“Apa pun itu
kita harus berhati-hati dalam melangkah.” Ucap Mo Yeon. Ia menyuruh Ja Ae
menyiapkan infus 50DW IV.
Tapi pengawal
presiden Mubarat memberi obat berdasarkan resep dokter presiden. Ternyata obat
itu nitrogliserin. Chi Hoon heran kenapa pasien membutuhkan obat
vasorelaxation? Ini kan efek dari insulin.
Mo Yeon bilang
jangan memercayai catatannya. Cukup periksa dan diagnosisnya. Menurut Mo Yeon.
Pasien tidak menderita BP tinggi karena hipoglikemia. Pasien memiliki hipoglikemia
karena hatinya. Ia pun Ja Ae memberi obat itu. Setelah obat itu dimasukan,
tiba-tiba tekanan darah pasien menurun dengan cepat. Mo Yeon menekan perut
pasien danm mengatakan pasien mengalami distensi abdomen.
Markas
menghubungi Shi Jin menanyakan bagaiman kondisi Mubarat. Shi Jin mendekati Mo
Yeon menanyakan keadaan pasiennya.
“Dia mengalami
distensi abdomen dan tekanan darahnya menurun,” ucap Mo Yeon. Ia kembali
memeriksa perut Mubarat dan yakin Mubarat mengalami hemoperitonrum (pendarahan
dalam rongga perut). Mo Yeon mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan dan itu
harus melakukan pembedahan. Mo Yeon memerintah pada anak buahnya untuk
menyiapkan ruang operasi. Mereka akan melakukan laparotomi.
Pengawal Mubarat
mencegah hal itu dan mengatakan dokter presiden akan tiba 1 jam lagi. Mo Yeon
bilang presiden tidak akan bisa bertahan 1 jam dan jika tidak dilakukan operasi
sekarang, ia akan meninggal tidak sampai 20 menit. Pengawal Mubarat berkata ia
tidak bisa sembarangan membiarkan orang menyentuh pemimpin dunia arab dengan
pisau.
“Kau tidak
dengar. Dia akan mati jika aku tidak melakukan operasi dalam 20 menit.” Ucap Mo
Yeon marah.
Pengawal Mubarat
menodongkan senjata pada Mo Yeon dan menyuruh untuk lepas tangan. Hanya dokter
arabnya yang boleh melakukan operasi. Anak buah Shi Jin juga mau menodongkan
senjata, tapi Shi Jin mencegahnya. Tapi ia mulai memegang pistolnya.
“Baik, aku tidak
bisa mengubah sejarah di sini. Tapi begitu aku lepas tangan dia akan mati.”
Ucap Mo Yeon. Tekanan Mubarat makin menurun.
Markas
menghubungi Shi Jin dan mengatakan bahwa hidupnya bukan lah hal yang penting
sekarang. yang penting adalah siapa yang akan bertanggung jawab untuk ini.
Biarkan orang-orang Arab ini memilih cara mereka. Jika presiden meninggal kita
bisa menempatkan tanggung jawab pada dokter yang tidak melakukan operasi pada
pasiennya. Pasukan militer tidak boleh terlibat dalam insiden ini. Ini adalah
perintah.
Shi Jin dan Dae
Young saling melihat. Lalu Shi Jin bertanya pada Mo Yeon “Bisakah kau
menyelamatkan dia?” Mo Yeon menjawab kalau ia akan tahu pasti ketika aku
membedahnya. Tapi sepertinya ia memiliki… Shi Jin menmotong ia tidak peduli
dengan istilah medis.
“Katakan padaku
apa kau bisa menyelamatkan dia? Beritahu aku sebagai dokter?” tegas Shi Jin. Markas
marah dengan apa yang dilakukan Shi Jin.
“Aku bisa
menyelamatkannya,” jawab Mo Yeon.
Shi Jin
mematikan saluran komunikasinya dengan markas. Lalu mengeluarkan senjatanya
sambil berkata “Kalau begitu selamatkan dia.”
Para tentara dan
para pengawal Mubarat saling menondongkan senjata. Suasana pun menjadi tegang.
Bersambung ke
episode 4…
Komentar:
Couple Dae Young
dan Myeong Joo enggak kalah gemasnya dengan couple Shi Jin dan Mo Yeon. Kisah
mereka juga sangat manis. Tetapi sayangnya, karena perbedaan pangkat, membuat
Dae Young mundur. Berbeda dengan Shi Jin dan Mo Yeon yang memiliki perbedaan
idealis tentang bagaimana menyelematkan hidup orang lain. Sepertinya Mo Yeon
tidak menyukai profesi Shi Jin.
Meski Dae Young
itu agak pendiam dan kaku daripada Shi Jin. Tapi sebenarnya mereka hampir
mempunyai karakter yang sama. Cuman Dae Young baru bisa bercanda dan terbuka
dengan orang lain jika orang itu benar-benar dekat dengannya. Buktinya
interaksi Dae Young dengan Shi Jin dan Myeong Joo kelihatan santai kok.
Menurutku Shi Jin mengibaratkan dirinya sebagai bangkai kapal, sedangkan Mo Yeon adalah pantai yang indah. Itu kenapa Shi Jin mengatakan ia pernah terkena sihir. "Sesuatu yang terkena sihir akan berakhir menjadi sesuatu yang indah." Hmmm, semoga ending drama ini berakhir indah juga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar