Rabu, 16 Maret 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 3 Part 2




Shi Jin melapor ke markas, “Pukul 09.00 kami menemukan satu mayat dan satu terluka yang kami percaya adalah pasar gelap. Kami mentransfer mereka ke polisi setempat. Laporan selesai.”

Byung Soo mengatakan dia sudah mendapatkan laporan itu dan mereka bukan penjahat skala kecil yang berdagang senjata BB. Tidak ada yang tahu seberapa terhubungnya mereka. Ia tahu Shi Jin dan anak buahnya tidak takut tapi mereka nekat dan tidak mengharga hukum.


Dan benar saja, penjahat itu sekarang diserahkan polisi yang tadi pada bosnya yang bernama Agus beserta barang bukti. Polisi itu memperingati bahwa mereka tidak bisa menyamar sebagai anggota PBB lagi untuk menyeberangi perbatasan. Bahkan tentara Korea yang berpatroli di perbatasan. Agus menembak polisi itu dan berkata bahwa polisi yang satunya lagi dipromosikan.


Byung Soo menasihati lebih baik menjaga jarak terhadap penjahat itu, karena saat mereka kembali ke Korea mereka akan dipromosikan. Byung Soo meminta rincian laporannya membuat wajah Shi Jin berubah. Seperti Shi Jin ini malas menulis laporan.


Byung Soo juga memberi surat tentang transfer Sersan Seo Dae Young. Sementara, Dae Young juga menerima surat itu dari bawahannya. Ia tampak sedih. 

Flashback


Saat para tentara baru sedang makan, Letjen Yoon (Ayah Myeong Jo) ikut makan dan duduk di depan Dae Young. Seseorang memberi nampan pada Letjen Yoon. Letjen Joon pun mulai memakan, tapi Dae Young tidak ikut makan.


Tampaklah dua topi yang saling berhadapan, Topi Letjen Yoon berbintang itu sementara Dae Young tidak ada apa-apa. 


Setelah selesai makan hanya tinggal mereka berdua di kantin. Letjen Yoon bertanya apa Dae Young pacaran dengan putrinya? Dae Young membenarkan. Letjen berkata ia mengkhawatirkan masa depan putrinya. Ia berharap Dae Young mempertimbangkan hal itu. Dae Young bertanya apa itu perintah. Letjen Yoon tidak berharap ia sampai memerintahkan itu tapi jika diperlukan ia akan melakukannya. Semua terserah pada Dae Young apa Dae Young mau hubungan mereka tetap terhormat atau tidak.
Flashback End  


Dae Young membereskan barang-barangnya dari lemarinya. Ia kembali membaca surat dari Myeong Joon yang mengatakan hadiahnya sedang dalam perjalanan dan Myeong Joo sangat merindukannya.


Dalam perjalanan dengan wajah lesuh, Shi Jin tanya apa Mo Yeon sudah mengirimkan uangnya. Mo Yeon menjawab sudah. Mo Yoen balik bertanya apa telah yang terjadi sesuatu? Shi Jin menjawab kalau seorang teman akan ditransfer kembali ke Korea. 

Mo Yoen bertanya lagi apa Shi Jin sedih karena dia akan duluan pulang atau kau akan sendirian? Shi Jin berkata ia kesal dengan perintah tidak adil. Mo Yoen mengingatkan bukanya Shi Jin harus mengikuti perintah? Shi Jin mengatakan kalau perintah ini bukan diberikan oleh seorang Komandan tapi oleh seorang ayah.

Mo Yeon menyahut, melodrama yang dibintangi ayah Myeong Joo sepertinya masih terus berlanjut. Ia jadi penasaran bagaimana Sersan Mayor bisa bertemu dengan Myeong Joo. “Kami diperintah untuk berjalan sejauh 1 mil. Dan pada waktu itu Myeong Joo adalah ahli bedah dari tim medis,” cerita Shi Joon.

Flashback


Dae Young membantu rekannya membawa tas agar teman dapat terus berjalan. Myeong Joo menegur Dae Young yang pedili terhadap sesame rekan tapi sikap itu bisa membuat Dae Young cedera. Myeong Joo membaca bad nama Dae Young. Dae Young membalas, dia tidak akan menyerah meskipun cedera. Myeong Joo menarik baju Dae Young yang mau pergi. Myeong Joo berharap ini bukan untuk membuat Dae Young mendapatkan izin libur untuk menghalangi pernikahan mantan pacarnya. Dae Young membenarkan. 
Flashback End


Mo Yeon terkejut mendengar kisah Dae Young dan Myeong Joo. Shi Jin menyuruh Mo Yoen keluar dari mobil. Mo Yeon heran kenapa berhenti di dermaga? Shi Jin bilang, “Kita akan pergi ke pantai. Kita tidak bisa ke sini saat sibuk nanti.” 

“Bukannya tempatnya jauh?” ucap Mo Yeon.

“Ya, karena tempat jauhlah. Aku ingin lebih lama bersamamu. Ikut aku,” ujar Shi Jin. Dasar Shi Jin pria yang banyak modusnya.

Mo Yeon tidak bergerak mengikuti Shi Jin hingga Shi Jin kembali bercerita tentang Dae Young yang berhasil datang ke pernikahan mantannya bersama Myeong Joo.

“Jika kau ingin mendengar kisah selanjutnya ikuti aku.” Ucap Shi Jin. Itukan Shi Jin pintar banget buat modus supaya Mo Yeon mengikutinya. Mo Yeon yang penasaran jadi mengikuti Shi Jin berjalan.

Flashback

Dae Young hendak pergi ke pernikahan mantannya. Myoeng Joo tiba-tiba masuk ke dalam mobil mem buat Dae Young heran. Myeong Joo mengucapkan selamat karena berkesempatan merusak pernikahan mantannya.

“Nah, kebetulan hari ini aku sedang tak bertugas. Kau pasti merasa beruntung kan?” ujar Myeong Joo.

“Aku bertanya, untuk apa kau ke sini? Apa pertanyaanku terlalu sulit Letnan Myeong Joo.”

“Apa jawabanku juga sulit untuk dimengerti? Jika kau merusak pernikahannya, wanita itu malah akan senang telah memutuskanmu. Tapi jika kau mengajakku, dia akan menyesal sepanjang malam. Itulah masksudku.” Jelas Myeong Joo.

“Ide yang bagus.” Kata Dae Young.

“Tapi dengan satu syarat. Sekarang tolong miringkan cerminnya.” Pinta Myeong Joo.  Myeong Joo mulai mengganti pakaian.
Flashback End  

Mo Yeon bilang Myeong Joo memang ahli perusak hubungan orang lain. Mo Yeon bagaimana selanjutnya? Shin Jin mengatakan saat itulah ia masuk ke dalam drama mereka.

Flashback


Myeong Joo sudah berganti pakaian. Ia bercerita pria yang disukai ayahnya adalah saingannya dalam kenaikan pangkat. Ia adalah seniornya dari akademi militer korea yang bernama Yoo Shi Jin. Dae Young menimpali kalau Shi Jin sudah ada di sini sejak dua hari yang lalu. Myeong berpindah duduk di depan. 

“Kau bisa beritahu dia kalau kau adalah pacarku,” ucap Myeong Joo.

“Kau tak suka dia? Kenapa?” tanya Dae Young.

“Aku tak suka penampilannya. Penampilannya terlalu bergaya. Kau setuju.”

“Setuju. Aku suka dengan alasanmu itu.”

“Kau suka dengan gaunku? Aku suka gaun warna putih. Kau pasti terpesona saat aku mengurai rambutku dan memakai high heels. Aku akan lebih cantik dari pengantin wanita.” Kata Myeong Joo. Ia menguraikan rambutnya dan bertanya pendapat Dae Young tentang penampilannya.

“Jadi konsepmu sekarang… adalah konsep hantu?” tebak Dae Young.

“Konsepku malaikat.” Ucap Myeong Joo sambil mengipas-ngipas kedua tangannya seperti sayap malaikat. Karena tidak ada reaksi dari Dae Young. Myeong Joo kembali normal.
Flashback

Mo Yeong memastikan kalau pria yang disukai ayah Myeong Joo adalah Shi Jin. Shi Jin mengiyakan. Shi Jin melemparkan uang pada pemilik perahu dan meminta Mo Yoen untuk naik. Mo Yeon menegaskan kalau Myeong Joo, sersan Mayor Seo dan Shi Jin terlibat cinta segitiga. Shi Jin mengiyakan.
“Pegang tanganku,” Shi Jin mengulurkan tangannya.

“Sampai sekarang?” tanya Mo Yeon. Shi Jin mengiyakan. “Jadi apa yang kau pikirkan sekarang?”

“Kenapa kau menanyakan itu? Kupikir kau tidak tertarik padaku.” Ucap Shi Jin dan menarik tangan Mo Yeon naik.

“Aku bertanya tanpa alasan. Aku benar-benar bertanya tanpa alasan. Aku tak ingin tahu tentang pedapatmu.” ucap Mo Yeon.


Shi Jin mendekat ke wajah Mo Yeon dengan mengatakan, “Kau tampak seperti penasaran.” Shi Jin mengiring Mo Yeon untuk duduk dan menyuruhnya untuk memegang kuat kalau tidak mau terlempar. 


Shi Jin menghidupkan mesin perahu dan siap untuk berlayar mengarungi lautan nan biru.


Sesampai di pantai, Shi Jin mengelurkan tangan untuk membantu Mo Yeon turun, Mo Yoen malah turun sendiri mengabaikan uluran tangan Shi Jin. Shi Jin peka dong, Mo Yeon itu sedang cemburu tahu. Mo Yeon kagum akan keindahan pantai ini dan juga saya. Shi Jin bilang mereka bisa kok lain waku kembali lagi ke sini.

“Penduduk setempat di sini percaya kau akan kembali ke pantai ini jika kau mengambil batu dari sini.” Ucap Shi Jin sambil mengambil batu putih dan memberinya pada Mo Yoen.

“Kau pasti mengarang kan? Jika itu benar, tidak aka nada batu yang tersisa di sini. Semua orang pasti mengambilnya.” Kata Mo Yoen tak percaya.

“Orang-orang yang kembali harus mengembalikan batu yang mereka ambil.” Jelas Shi Jin.

“Ahh, aku mengerti. Itu kisah yang indah. Dan bangkai kapal itu juga menakjubkan.” Ujar Mo Yeon yang terpesona akan pemandangan yang tersaji di hadapannya. 


Mo Yeon mengajak Shi Jin melihat-lihat. Mo Yeon bertanya, kenapa kapal ini ada di sini? Shi Jin menjelaskan kapal ini sudah disihir. Sesuatu yang terkena sihir akan berakhir menjadi sesuatu yang indah. “Apa kau pernah terkena di sihir?” tanya Mo Yeon.

“Pernah. Kupikir kau akan tahu nanti,” jawab Shi Jin. Dan mereka saling menatap.

“Omong-omong aku belum mendengar jawabanmu. Bagaimana kabarmu? Apa kau masih tetap seksi saat kau berada di ruang operasi?” ujar Shi Jin.

“Sepertinya kau salah. Aku ke sini tidak sepenuh hati untuk menjadi relawan medis. Seseorang yang lebih berkuasa mencoba menyerangku. Dia marah dan mengirimku ke sini. Dan aku tak melakukan operasi lagi. sepertinya kemampuanku tidak diakui di ruang operasi. Aku akan segera kembali, dan setelah itu aku pasti akan mengambil kembali posisiku. Aku wanita yang sibuk,” ujar Mo Yeon.

Shi Jin mengangguk mengerti. Mo Yeon mengenggam batu putih di tangannya.


Sang Hyun memasak masakan khas Korea yang dicampur-campur, bibimbap untuk smeua tim medis kecuali Mo Yeon. Sang Hyun mencicipi dan memuji makanannya sangat enak. Ia menyuruh semuanya mengangkat sendok mereka dan bersiap makan. Tapi sebelum semuanya mulai, Chi Hoon malah menyuruh semuanya berhenti. Karena ia akan mengambil bagiannya sendiri dan menaruh di piring.

Sang Hyun mengambil kuning telur yang diambil Chi Hoon, membuat Chi Hoon kesal karena Sang Hyun memakai sendok Sang Hyun pada makannanya dan memutuskan tidak jadi makan. 


Chi Hoon menceritakan kejadian itu pada calon istrinya lewat telepon. Tiba-tiba Chi Hoon dikejutkan oleh seorang anak yang menyentuhnya. Anak itu mau meminta makanan. Chi Hoon malah menceramahi anak itu supaya jangan sembarangan menyentuh orang lain.


Tiba-tiba anak itu jatuh pingsan dan mulutnya berbusa membuat Chi Hoon panik. Ia membawa anak itu ke medicub. Shi Jin dan Mo Yeon yang baru sampai melihatnya. 


Mo Yeon memeriksa anak itu. Chi Hoon mendiagnosa sepertinya anak itu kekurangan gizi dan bernapas normal. Mo Yeon mengatakan sepertinya bukan gejela pneumonia. Tapi gejala ini terlalu berbahaya untuk penderita gizi buruk. Mo Yeon menyentuh perut anak itu. Anak itu nyeri kesakitan.

Shi Jin berpendapat apa mungkin anak itu keracunan timah hitam. Chi Hoo berkata gejala keracunan timah hitam tidak secepat itu muncul. Mo Yeon itu jadi teringat tadi siang ada anak yang menjilati timah hitam. Mo Yeon bertanya pada Chi Hoon apa dia menjilati sesuatu Chi Hoo bilang dia menjilati jari-jarinya saat meminta sesuatu padanya.

Mo Yeon memutuskan untuk melakukan detoksifikasi dan memrintahkan Chi Hoo untuk memberi anak itu beberapa nutrisi, vitamin C dan EDTA.

“Apa dia keracunan timah hitam?” tanya Chi Hoon

“Dia menderita anemia karena kekurangan gizi. Tapi saat racun itu memasuki tubuhnya, sel darah merahnya menyerap karena mengira racun itu adalah nutrisi. Karena itu racunnya menyebar dan gejalanya cepat muncul.” Jelas Mo Yeon. Chi Hoon memuji Shi Jin yang telah menebak dengan tepat dan ia permisi mengambil obat.

Shi Jin meminta Mo Yeon untuk memanggilnya jika anak itu sudah sadar. Karena ia mengerti sedikit bahasa mereka. Tetapi Mo Yeon menolaknya dengan halus. Ia mengicapkan terima kasih dan tim medis yang akan mengurus anak itu. Shi Jin terlihat agak marah dengan sikap Mo Yeon. Shi Jin mengatakan Jika Mo Yeon merasa tertolong maka ucapkan terima kasih saja. Mo Yeon tidak mengerti apa maksud Shi Jin.

”Kau bilang hidup itu berharga. Dan tidak ada yang lebih berharga daripada kehidupan. Aku merasa sekarang kau sudah berubah. Bukan lagi orang yang kukenal dulu.” Ujar Shi Jin.


Shi Jin beralasan kalau kasus anemia karena kekurangan gizi dan keracunan timah hitam jarang terjadi di Korea. Shi Jin membalas, kalau itu sudah sangat biasa di negara ini. Jadi akan lebih baik jika dokter yang tahu tentang gejela-gejela itu datang ke sini.

“Tentu saja, tapi tidak semua dokter di dunia ini seperti Albert Schweitzer,” ucap Mo Yeon.

“Tentu saja. Beberapa dokter ada yang hanya muncul di TV saja.” Sahut Shi Jin lalu pamit pergi.

Saat Shi Jin kembali ke asrama, terdengar bunyi alarm. Dae Young memberitahukan pada Shi Jin FPCON (Sistem keadaan siaga) level 2 telah diarahkan ke semua medis. Para tentara mengambil senjatanya dan bersiaga di sekitar medicube. Sang Hyun heran, apa terjadi perang? Chi Hoon menyahut dengan semangat kalau begitu ia akan menyelamatkan musuh juga karena itu sumpah dokter. Seorang tentara meminta Song Hyun dan Chi Hoon untuk berkumpul bersama tim medis lainnya.


Shi Jin berbicara dengan markas utama. Markas utama memerintahkan agar semua tim medis harus berkumpul dan area yang harus dilindungi adalah area medicube. Karena seorang pasien VIP sedang dalam perjalanan menuju medicube. 

Seseorang mengatakan nama pasien itu adalah Mubarat Ketua Liga Arab yang sedang melakukan kunjungan tidak resmi ke timur tengah. “Dia adalah orang penting ketiga dalam keluarga Abu Dhabi dan terkenal sebagai politisi terampil. Serta telah berhasil membuat perjanjian perdamaian antar agama dan negara. Dia adalah kandidat kuat untuk hadiah nobel perdamaian tapi banyak musuh yang mengincar dia.

Letjen Yoon juga mendapat laporan itu. Ia meminta stafnya menyiapkan mobil karena hendak pergi ke Blue House (kantor presiden).


Shi Jin memberikan catatan medis pasien VIP pada Mo Yeon. Mereka tampak canggung karena barusan bertengkar Mo Yeon menerima kertas itu dan membacanya. Sang Hyun ikut juga membacanya. Banyak catatan medis yang dicoret. 

“Terlalu banyak data palsu dalam catatan medis pasien VIP ini.” Ucap Mo Yeon. Sang Hyun heran siapa dokter yang berani melakukan itu. 

“Aku dokter yang seperti itu.” Sahut Mo Yeon yang masih melihat catatan itu. Mendengar Mo Yeon bicara seperti itu membuat Shi Jin melihatnya. 

“Pasien yang miskin akan membutuhkandokter seperti Albert Schweitzer dan bagi pasien VIP membutuh dokter khusus. Bagi seorang VIP, catatan medis sama saja kelemahan mereka. Karena itulah catatan seorang presiden bersifat rahasia” tutur Mo Yeon.

Dari kejauhan terdengar suara sirene yang mulai mendekat.


Markas utama terus berkomunikasi dengan Shi Jin, menanyakan bagaimana kondisinya. Shi Jin menjawab semuanya baik-baik saja dan pasien sedang diperiksa. Byung Soo mengatakan Blue House sudah mengetahuinya jadi pastikan kau melaporkan semuanya. Shi Jin menjawab, baiklah.


“Tekanan darah  175, denyut nadinya 100 dan tingkat matanya 70,” ucap Mo Yeon.

“Tekanan darah tinggi, denyut nadi terlalu cepat, dan juga tidak teratur. Sepertinya mengalami hipoglikemia.” tambah Chi Hoon.


“Catatan medis mengatakan dia menderita diabetes. Apa karena insulin?” timpal Sang Hyun.

“Apa pun itu kita harus berhati-hati dalam melangkah.” Ucap Mo Yeon. Ia menyuruh Ja Ae menyiapkan infus 50DW IV.

Tapi pengawal presiden Mubarat memberi obat berdasarkan resep dokter presiden. Ternyata obat itu nitrogliserin. Chi Hoon heran kenapa pasien membutuhkan obat vasorelaxation? Ini kan efek dari insulin.   
Mo Yeon bilang jangan memercayai catatannya. Cukup periksa dan diagnosisnya. Menurut Mo Yeon. Pasien tidak menderita BP tinggi karena hipoglikemia. Pasien memiliki hipoglikemia karena hatinya. Ia pun Ja Ae memberi obat itu. Setelah obat itu dimasukan, tiba-tiba tekanan darah pasien menurun dengan cepat. Mo Yeon menekan perut pasien danm mengatakan pasien mengalami distensi abdomen.

Markas menghubungi Shi Jin menanyakan bagaiman kondisi Mubarat. Shi Jin mendekati Mo Yeon menanyakan keadaan pasiennya.

“Dia mengalami distensi abdomen dan tekanan darahnya menurun,” ucap Mo Yeon. Ia kembali memeriksa perut Mubarat dan yakin Mubarat mengalami hemoperitonrum (pendarahan dalam rongga perut). Mo Yeon mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan dan itu harus melakukan pembedahan. Mo Yeon memerintah pada anak buahnya untuk menyiapkan ruang operasi. Mereka akan melakukan laparotomi.



Pengawal Mubarat mencegah hal itu dan mengatakan dokter presiden akan tiba 1 jam lagi. Mo Yeon bilang presiden tidak akan bisa bertahan 1 jam dan jika tidak dilakukan operasi sekarang, ia akan meninggal tidak sampai 20 menit. Pengawal Mubarat berkata ia tidak bisa sembarangan membiarkan orang menyentuh pemimpin dunia arab dengan pisau.

“Kau tidak dengar. Dia akan mati jika aku tidak melakukan operasi dalam 20 menit.” Ucap Mo Yeon marah.


Pengawal Mubarat menodongkan senjata pada Mo Yeon dan menyuruh untuk lepas tangan. Hanya dokter arabnya yang boleh melakukan operasi. Anak buah Shi Jin juga mau menodongkan senjata, tapi Shi Jin mencegahnya. Tapi ia mulai memegang pistolnya.

“Baik, aku tidak bisa mengubah sejarah di sini. Tapi begitu aku lepas tangan dia akan mati.” Ucap Mo Yeon. Tekanan Mubarat makin menurun.


Markas menghubungi Shi Jin dan mengatakan bahwa hidupnya bukan lah hal yang penting sekarang. yang penting adalah siapa yang akan bertanggung jawab untuk ini. Biarkan orang-orang Arab ini memilih cara mereka. Jika presiden meninggal kita bisa menempatkan tanggung jawab pada dokter yang tidak melakukan operasi pada pasiennya. Pasukan militer tidak boleh terlibat dalam insiden ini. Ini adalah perintah.

Shi Jin dan Dae Young saling melihat. Lalu Shi Jin bertanya pada Mo Yeon “Bisakah kau menyelamatkan dia?” Mo Yeon menjawab kalau ia akan tahu pasti ketika aku membedahnya. Tapi sepertinya ia memiliki… Shi Jin menmotong ia tidak peduli dengan istilah medis.

“Katakan padaku apa kau bisa menyelamatkan dia? Beritahu aku sebagai dokter?” tegas Shi Jin. Markas marah dengan apa yang dilakukan Shi Jin.

“Aku bisa menyelamatkannya,” jawab Mo Yeon.

Shi Jin mematikan saluran komunikasinya dengan markas. Lalu mengeluarkan senjatanya sambil berkata “Kalau begitu selamatkan dia.”

Para tentara dan para pengawal Mubarat saling menondongkan senjata. Suasana pun menjadi tegang.  
Bersambung ke episode 4…

Komentar:  
Couple Dae Young dan Myeong Joo enggak kalah gemasnya dengan couple Shi Jin dan Mo Yeon. Kisah mereka juga sangat manis. Tetapi sayangnya, karena perbedaan pangkat, membuat Dae Young mundur. Berbeda dengan Shi Jin dan Mo Yeon yang memiliki perbedaan idealis tentang bagaimana menyelematkan hidup orang lain. Sepertinya Mo Yeon tidak menyukai profesi Shi Jin. 

Meski Dae Young itu agak pendiam dan kaku daripada Shi Jin. Tapi sebenarnya mereka hampir mempunyai karakter yang sama. Cuman Dae Young baru bisa bercanda dan terbuka dengan orang lain jika orang itu benar-benar dekat dengannya. Buktinya interaksi Dae Young dengan Shi Jin dan Myeong Joo kelihatan santai kok.  


Menurutku Shi Jin mengibaratkan dirinya sebagai bangkai kapal, sedangkan Mo Yeon adalah pantai yang indah. Itu kenapa Shi Jin mengatakan ia pernah terkena sihir. "Sesuatu yang terkena sihir akan berakhir menjadi sesuatu yang indah." Hmmm, semoga ending drama ini berakhir indah juga..   
      
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar