Si Jin meminta
izin mengajukan pertanyaan karena mungkin kali ini adalah pertemuan mereka yang
terakhir. Si Jin membahas tentang ciuman kemarin. Mo Yeon langsung memotongnya,
berkata tak perlu membahasnya.
Si Jin bertanya
bingung, apa yang harus ia lakukan? haruskah ia meminta maaf atau mengakui
perasaanya pada Mo Yeon.
Mo Yeon
mengatakan Si Jin memang pria yang menarik dan berbahaya dan ia tidak menyukai
pria yang berbahaya. Meski setiap kali ia menatap Si Jin ia terpesona. Mo Yeon
berharap bisa memiliki waktu yang banyak bersama Si Jin agar ia bisa meluruskan
pikirannya, menyingkirkan ketakutannya dan meluangkan waktu untuk berpikir apa
ia bisa menjadi pacar dari pria yang berbahaya tapi juga menarik ini.
Tetapi Mo Yeon
merasa ditinggalkan terus dan ia tidak bisa marah pada sikap Si Jin ataupun
melarangnya pergi. Ia seperti orang bodoh dengan pikiran kacau. Dan sekarang ia
sungguh tak menyukai Si Jin. Ia pun menyuruh Si Jin meminta maaf.
Si Jin menatap
Mo Yeon tanpa berkedip. Ia pun meminta maaf atas perbuatannya yang mencium Mo
Yeon. Dan berharap Mo Yeon dapat menjaga
diri, lalu memberi hormat dan pergi.
Di kamar Mo Yeon
menyalakan lilin, lalu melamun dengan keputusannya tidak membiarkan Si Jin
menyatakan perasaannya karena takut akan dikecewakan lagi.
Si Jin berbaring
sambil menatap kalung militer dilehernya, pikirannya melayang kerena ditolak Mo
Yeon.
Esok paginya, para
tentara lari pagi. Mo Yeon keluar dari kantor Si Jin melihat hanya Woo Geum
yang menjadi komando di bagian depan. Ki Bum lewat untuk mengambil air dan
menyapa Mo Yoen. Mo Yeon bertanya, “Di mana Kapten Yoo? Dia tidak ada di
kantornya.”
Ki Bum menjawab,
Si Jin sudah pergi semalam untuk mengejar pesawat sipil dan ia memberi hormat
lalu pergi. Mo Yeon kecewa, karena Si Jin tak pernah berpikir dua kali.
Si Jin tersenyum
bahagia melihat foto keluarga masih tertempel di dinding dan memanggil ayahnya
yang sedang merapikan seragam tentaranya, menunjukkan foto itu. Ayahnya merasa
seharusnya Si Jin mengikuti saran ibunya untuk menjadi seorang dokter atau
hakim karena tentara sekarang jarang dihargai.
Si Jin merapikan
kancing baju ayahnya dan mengatakan, bisa saja jika otaknya pintar, tapi hanya
ototnya saja yang pintar. Dan otot itu tak berguna dalam dunia hakim atau
dokter. Ia berharap ayahnya selalu sehat dan panjang umur dan ia akan naik
jabatan agar ayahnya bangga berfoto dengannya.
Ayah Si Jin
menyela, atasan mana yang akan menaikkan jabatan Si Jin begitu saja, bahkan Si
Jin menyia-nyiakkan promosinya.
Ayah Si Jin
bertanya apakah seragamnya sudah rapi, Si Jin mengatakan sudah memasangnya
sesuai seperti yang diajarkan ayahnya dan meminta ayahnya untuk menegapkan
bahunya.
Ayah Si Jin
merapikan baju anaknya dan menyemangatinya, di dalam dunia tentara terkadang
kau lebih bangga menjalankan tugasmu daripada mendapat promosi. “Kau adalah
anak ayah.”
Seseorang
memberitahu semuanya sudah siap jadi mereka bisa masuk sekarang. Si Jinmenyuruh
ayahnya untuk lebih dulu masuk, karena ia mau mengambil foto ibunya.
Di dalam studio
foto, Si Jin memegang foto ibunya yang sudah meninggal dan berfoto bersama
dengan tersenyum, sedangkan ayahnya tampak tegang.
Dae Young yang
berada di atas pundak anak buahnya meniup peluit, tanda perintah untuk trainee
n0 17 bersiap meluncur di tali flying
fox. Trainee alias calon tentara baru itu berteriak ketakutan sampai ke ujung,
menabrak matras, lalu buru-buru memanjat dinding menyelematkan diri. Akhirnya, semuanya
mendapatkan hukuman dengan jongkok berdiri beberapa kali, lalu push up.
Dae Young
mengatakan, sepertinya ada yang salah dengan tubuh, bahkan kepala kalian. Salah
satu menjawab, tidak. Dae Young memrintahkan anak buahnya untuk bergantian
menggendongnya di pundak.
Dae Young
bertanya, apakah kalian mau membunuhnya? Tentara di sampingnya menjawab dengan
tegas “Iya Pak”.
Dae Young
menyela, “Kau tak bisa membunuhku dengan stamina lemah itu.” Dae Young
memberikan waktu 30 menit kepada tentara juniornya untuk kembali ke gerbang. Ia
mengancam, jika ia masi bisa melihat wajahmu nanti, maka ia akan menjadi lawan
bagi tentara junior. Tentara junior itu pun berlari. Ia kembali meniupkan
peluitnya.
“Trainee yang
ganteng…. siap meluncur!” teriak Si Jin dari ujung flying fox tanpa mengunakan
seragam tentaranya. Ia langsung meluncur dengan gagah berani. Bahkan memberi
dua jarinya ketika sampai di ujung lainnya.
Sementara semua tentara junior melonggo takjub melihatnya.
Dae Young
meminta untuk diturunkan. Lalu mengatakan, si trainee tak usah sombong dan
menyuruhnya untuk cepat turun. Si Jin melemparkan tali ke bawah. Dae Young memerintahkan
tentara junior untuk memperhatikan baik-baik karena itu adalah gerakan sempurna
untuk posisi rappel.
Si Jin turun
dengan gaya buggi jumping dari tembok, semua makin takjub melihatnya. Dae Young
bertanya apakah Si Jin sedang dibebas tugaskan dan kenapa ia bisa datang ke
sini. Si Jin mengaku sangat merindukan Dae Young dan bertanya kapan Dae Young
selesai bekerja karena ia ingin minum bir yang banyak bersama Dae Young.
Dae Young
menuangkan bir sambil bertanya apa acara penyambutan ayah Si Jin berjalan
lancar. Si Jin mengatakan sangat mengharukan, bahkan hampir menangis saat ayah
mendapat buket bunga. Dae Young merasa senang melihat Si Jin kembali dengan
selamat. Lalu mereka cheers dengan mengatakan “hormat”
Tiga orang
tentara datang berbicara keras kalau sudah lama tak bertemu, jadi mereka harus
minum dan melakukan permainan. Dae Young langsung memalingkan wajahnya melihat
tentara Si Jin heran dan bertanya apa Dae Young mengenal mereka.
Dae Young
mengaku ia dulu adalah instruktur jahat mereka. Si Jin mengeluh akan sikap Dae
Young. Dae Young mengatakan tak masalah mereka tidak akan mengenalinya karena
tidak memakai seragam tentara. Si Jin malah berpendapat mereka pasti
mengenalinya.
Dan benar saja
mereka langsung menyapa Dae Young. Dae Young merasa sudah ketahuan dan berusaha
menutupi wajahnya dengan rompi. Si Jin bertanya di mana rute memutar balik. Dae
Young menjawab arah jam 5 dari tempat duduk Si Jin.
Si Jin manaruh
uang di atas meja. Tentara itu mendekati keduanya dan menuntut janji yang Dae
Young katakan saat masih sebagai instruktur, bahwa Dae Young akan melawan
mereka sesuai level. Dae Young beralibi jika itu ketemu di luar bukan di dalam.
Lagipula untuk apa ia berkelahi.
Si Jin tertawa
mencairkan suasana, menurutnya ini sangat lucu. Seharusnya mereka menyimpannya
sebagai kenangan indah di dalam hatimu. Tentara itu tidak mau menyimpannya
sebagai kenangan indah. Si Jin berbisik dalam hitungan ketiga, berdirilah. Ia
pun mulai menghitung dari satu, Dae Young malah langsung loncat kehitungan tida
dan melarikan diri duluan.
Dae Young
mendarat di atas meja lantai bawah, lalu Si Jin menyusul turun di sampingnya. Keduanya
tersadar seluruh meja diisi oleh tentara, Si Jin bingung, berpikir hari ini
adalah hari angkatan bersenjata. Tentara yang tadi berteriak menyuruh anak
buahnya menangkap keduanya.
Semua tentara
mulai berdiri dari mejanya, Dae Young memberitahu arah jam 2 dan langsung
menghitung ke angka tiga, menolak Si Jin yang belum siap, berteriak kalau ia
bisa mati jika melawan semua tentara itu. Dae Young dan Si Jin berusaha melawan
dengan teknik tanpa melukai lalu loncat dari balkon dan berlari menyusuri jalan
pertokoan.
Tentara yang
lain dengan jumlah yang banyak mengejar dan Si Jin Dae Young sempat terjebak,
tapi bisa melarikan diri dengan menaiki tangga. Lalu keduanya bersembunyi
dibalik dinding. Setelah semuanya pergi, keduanya baru bisa bernapas lega.
Si Ji protes
pada Dae Young, apa setelah angka 1 itu 3. Dae Young mengaku ia tidak pintar
matematika. Menurutnya, Dae Young
semakin semakin kaku saja. Ia pun teringat kalau Dae Young juga adalah
instruktur jahatnya saat menjadi calon perwira ada di akademi militer.
“Aku ingat.
Jadi, kau mau berkelahi sekarang?”tantang Dae Young.
Si Jin pun
mengatakan ia tidak jadi mengingatnya, karena ia hanya nmengingat masa-masa
indah saja. Ia mengeluh kalau rasa mabuknya jadi hilang setelah berlari.
Dae Young
bertanya apakah Si Jin sudah meminum wine-nya. Si Jin mengaku hanya
mencicipinya. Lalu berpikir Si Jin meminumnya sendirian. Si Jin bilang ia minum
bersama Dr. Kang Mo Yeon. Dae Young
bertanya lagi apakah hubungan keduanya berjalan lancar.
Si Jin merasa
tidak sama sekali dan sepertinya ia selalu dicampakkan pacarnya setiap kali
berlibur. Ia mengaku ia masih meriindukannya tapi yakin akan baik-baik saja
nanti. Dae Young menimpali kalau Si Jin belum melakukan usaha lainnya. Si Jin
membenarkan lalu mengejek Dae Young yang juga sama sekali tidak pernah berusaha
jadi tak pantas jadi penyemangat dalam hal ini.
Dae Young
membela diri, ia bukannya tidak mau berusaha tapi ia sama sekali tak diberikan
kesempatan. Si Jin menyimpulkan kalau mereka berdua memang bodong. Dae Young
membenarkan, mereka merasa bodoh jika sedang bersama.
Keduanya pun tertunduk
mengatur napas. Dae Young pamit pergi untuk pulang ke rumah karena rumahnya itu
berada di sekitar lingkungan itu. Si Jin kesal karena Dae Young sengaja berlari
ke arah sini untuk menghemat ongkos taksi. Dan semakin kesal karena Dae Young
tidak memintanya mampir makan ramen. Dae Young cuek dan tetap berjalan sambil
melambaikan tangan.
Saat berjalan,
Dae Young mendapatkan telepon dari Myeong Ju. Kali ini diangkatnya membuat
Myeong Ju kaget dan berteriak “hallo” tapi Dae Young tak menjawab. Lalu
bertanya kau tak mau berbicara denganku? Dae Young tetap diam saja mendengar
suara Myeong Ju.
Meski begitu
Myeong Ju tetap merasa senang. Ia mengatakan Dae Young hanya perlu mendengarnya
dan jangan menutup teleponnan. Myeong Ju bercerita kalau ia baik-baik saja dan
tetap memakai seragamnya, jadi nyamuk tidak bisa mengingitnya. Kesehatannya
juga stabil dan ia sangat merindukan Dae Young.
Myeong Ju
bertanya apa Dae Young sudah bertemu dengan Si Jin. Ia mengadu kalau Si Jin
mengejeknya karena Ia datang ke sini hanya untuk Dae Young. Si Jin juga mengatakan kecantikkannya hilang
saat kebanggannya hilang. Tapi ia tak peduli karena ia tahu Seo Dae Young
sangat mencintainya.
Dae Young
mengingat saat tangannya mereka saling berpegangan. Ketika Myeong Ju sengaja
manaruh krim di mulutnya agar bisa dicuim, Dae Young malah mengusapnya dengan
tangan. Myeong Ju yang berada di luar café seperti sedang menciun Dae Young dan
mereka langsung selfie bersama. Myeong Ju yang berlari dari rumahnya saat
melihat Dae Young datang ke rumahnya yang lansung mendapatkan pelukkan hangat
dari Myeong Ju.
Myeong Ju
bertanya apa Dae Young masih mendengarnya dan menuntut apa ia tidak bisa
mendengar hembusan napas Dae Young. Dae Young pun mempedengarkan hembusan
napasnya.
Mo Yeon menerima
pesan dari Ji Soo “Kau sudah mau kembali
ke Korea, kan?” aku sudah siapkan wine untukmu.” Mo Yeon membalas, “Aku tak suka minum dengan wanita, kau harus
menyiapkanku pria yang baik.”
“Bagaimana dengan pria yang kau temui di
sana? Apa kau tak menyukainya lagi?” tanya Ji Soo.
“Tidak, dia adalah pria yang terbaik,”
ketik Mo Yeon.
Si Jin membuka
jaketnya dan pergi ke halte, lalu naik bus dengan perasaan sedih karena tak ada
teman yang bisa menemaninya, ia mengeluarkan kepala ke jendela tanpa sadar ada
iklan rumah sakit Mo Yeon tertempel di badan bus.
“Aku
seharusnya tak menerima permintaan maafnya. Seharusnya aku memeluknya dan
mengakui perasaanku. Akulah orang yang melepas kesempatan itu. Dia pasti tidak
menyukai, kan?” Mo Yeon membaca tulisan pesannya tapi akhirnya memilih untuk
menghapusnya.
Si
Jin bermain billiard sendirian, saat mengunyah es batu dalam minumannya. Dae
Young datang denga datang menggunakan baju garis-garis yang sama. Si Jin pun
mengambil gambar Dae Young dengan ponselnya. Dae Young berusaha menutupinya
dengan kemeja.
Myeong
Ju tersenyum sumringah melihat foto yang dikrimakan Si Jin. Chul Ho melirik
ingin tahu. Tanpa sadar Myeong Ju memberi betadine sampai ke bagian lengan
padahal yang terlukan di bagian tangan.
Chi
Hoon memompa air, Mo Yeon mencuci semua wajah anak-anak satu per satu dibantu
oleh Min Ji. Pasien yang keracunan timah datang, memberikan sebuah gambar. Mo
Yeon melihat ada dua orang yang berdiri di bawah pohon.
Falshback
Mo
Yeon menjelaskan pada anak-anak agar jangan menjilati timah dengan cara
memperagakannya. Si Jin menerjemahkan ke dalam
bahasa Urk, “Jika kalian
menjilati benda ini lagi, akan kutembak kalian.” Membuat anak-anak itu tertawa.
Mo Yeon memperagakan lagi untuk mencuci tangan sebelum makan. Si Jin kembali
menerjemahkannya, ”Kalia juga akan kutembak jika kalian tidak mencuci tangan
sebelum makan.”
Anak-anak
kembali tertawa. Mo Yeon heran dan berpikir Si Jin mengatakan sesuatu yang
konyol. Si Jin berdalibi kalau anak-anak biasanya memang sering tertawa.
Flashback End
Si
Jin juga meningat kenangan dengan Mo Yeon. Ia duduk sendirian di tepi danau
dengan memasang tenda. Ia pun menelepon Dae Young meminta untuk datang
menemaninya karena ia merasa bosan sendiri dan takut kerena terdengar suara
burung hantu. Dae Young mah tak peduli dan menutup teleponnya karena ia sedang
sibuk bekerja.
Si
Jin kembali menelepon dengan nada panik kalau ada harimau yang datang. Tapi
gagal Dae Young langsung menutup teleponnya.
Si
Jin menghela napas dan menyandarkan tubuhnya, lalu mengeluarkan batu putih dari
saku baju dan menatapnya dalam-dalam.
Flashback
Saat
di dalam bangkai perahu, Mo Yeon mengembalikan batu putih yang diberi Si Jin,
karena merasa Si Jin lebih memiliki kesempatan yang besar untuk kembali datang
ke sini.
Flashback End
Mo
Yeon berdiri di pinggir tebing, melihat ke bawah pulau tempat bangkai kapal
yang pernah didatanginya bersama Si Jin. Mo Yeon membayakan mereka berdua
mengobrol di atas kapal tanpa Si Jin memakai seragam tentaranya.
Daniel
datang dengan mobil jeep yang pernah terjun ke laut dan sekarang bisa terlihat
seperti semula. Mo Yeon memuji kemampuan bengkel Daniel.
Daniel
mendengar Mo Yeon akan pulang hari ini. Mo Yeon membenarkan dan mengucapkan
terima kasih karena sudah membantunya. Ia pun memberi amplop dan merasa uang
itu tidaklah seberapa. Daniel menolaknya lalu mengeluarkan selembar brosur
untuk membayarnya dengan memberikan sumbangan 10 dolar per bulan. Mo Yeon
menerimanya.
Daniel
juga mengucapkan terimakasih dan berpesan untuk menghubunginya jika ingin
melakukan petualangan penderitaan lagi.
Mo
Yeon merasa petualangannya sudah lebih dari cukup dan sekarang ia ingin kembali
ke dunianya sebenarnya. Ia bertanya apa Daniel akan tetap tinggal di Urk. Daniel
menjawab untuk saat ini, ia akan tetap tinggal di Urk. Mereka pun berjabat
tangan dan menitipkan salam pada Ye Hwa.
Ye
Hwa berjalan di bukit untuk mengambil bunga liar, lalu melihat kupu-kupu yang
terbang sangat dekat denganya.
Tiba-tiba ribuan burung terbang di langit dan
bersuara nyaring.
Mo
Yeon sedang mencatat semua barang medis di rak, Myeong Ju masuk menanyakan
sedang apa Mo Yeon karena semua orang sudah menunggu. Mo Yeon mengatakan ia kan
selesai jam 5 nanti. Myeong Ju menyuruhnya lebih cepat lagi bekerja, Mo Yeon
melirik sinis.
Myeong
Ju berkata karena hari ini terakhir kali mereka bertemu, ia ingin mengajukan
pertanyaan, “Apa kau menyukai Si Jin sunbae?” Mo Yeon terdiam dan menatap
Myeong Ju.
Myeong
Ju mengatakan ekspresi Mo Yeon telah memberitahu jawaban Mo Yeon. Mo Yeon
berkilah ia tidak memberi jawaban. Myeong Ju kukuh, tapi seluruh bagian tubuhmu
menjawab semuanya. Ponsel Myeong Ju bordering dan tak percaya karena kebetulan
itu telepon dari Si Jin. Mo Yeon kaget karena Si Jin menelepon di depannya.
Myeong
Ju mengaku senang Si Jin menelepon dan mengatakan ia tidak tahu harus memanggil
Mo Yun apa. Mo Yeon, Dr. Kang, atau Nn. Kang. Lalu bertanya, “Tapi, apa dia
menyukaimu?” Si Jin terkejut dan langsung berdehem mendengarnya. Mo Yeon
berteriak karena Myeong Ju menanyakan hal itu dan ingin merebut ponselnya.
Si
Jin mengalihkan pembicaraan, “Kenapa kau tak mengatakan hormat padaku?” Myeong
Ju menjawab, memang kau pikir aku ini siapa? Teman atau perwira senior. Si Jin
mengatakan sebagai kakak dari tetangganya dan ia sedang minum kopi dengan Dae
Young. Ia memesan latte, sedangkan Dae Young memesan espresso. Tapi sepertinya
ia tidak tahu bagaimana meminumnya.
Myeong
Ju menjawab, ia sudah tahu karena aku sudah mengajarinya.
Si
Jin bertanya apa yang maksud Myeong Ju tadi, Myeong Ju mengaku ia hanya ingin
membuatnya bingung dan ia sedang berdebat dengan Mo Yeon sekarang. Mo Yeon
makin kesal saja. Si Jin menegur Myeong Ju jangan mengganggu warga sipil.
Myeong
Ju mengatai Si Jin paling suka mengganti topik pembicaraan. Lalu bertanya
apakah Si Jin mau tahu bagaimana reaksi Mo Yeon. Mo Yeon mengumpat Myeong Ju
sudah gila dan menyuruh menutup teleponnya. Si Jin menebak Mo Yeon pasti marah.
Myeong mengiyakan tapi Mo Yeon masih terlihat cantik. Si Jin tersenyum mendengarnya,
lalu memberi semangat Myeong Ju untuk bekerja dan menutup teleponnya.
Setelah
menutup teleponnya, Myeong Ju berkata tadi ia berharap Si Jin mau bicara dengan
Mo Yeon. Sepertinya tadi Si Jin kaget.
"Tentu
saja, dia pasti tidak menyangka pembicaraan yang tadi,” ucap Mo Yeon ketus.
Myeong
Ju mengejek, apa karena sikapmu ini dia bisa menyukaimu?.
Terdengar
teriakan Sang Hyun memanggil tim medis untuk melakukan foto bersama. Myeong Ju
menyuruh Mo Yeon segera keluar karena itu tujuan mereka datang ke sini. Mo Yeon
menegaskan memang itu tujuan mereka tapi bukan hanya itu saja. Mo Yeon
memberikan berkas ke tangan Myeong Ju untuk menghitung jumlah obat, karena tak
bisa menyelesaikan tugasnya akibat gangguan Myeong Ju tadi.
Semua
tim medis berfoto dengan wajah gemberia, kecuali Mo Yeon yang tertunduk sedih.
Woo Geum mengucapkan terima kasih atas kerja keras tim medis dan akan mengantar
tim medis dengan helikopter. Semua menjerit bahagia. Min Ji bertanya, jadi kami tak perlu naik bus
selama 4 jam lagi?
Woo
Geum menjelaskan tim medis akan tiba 30 menit di bandara dank arena ada limit
beratnya, maka tim medis akan dibagi menjadi 2 tim.
Tim
Sang Hyun dan Tim Ja Ae mulai melakukan suit untuk menentukan siapa yang pergi
terlebih dahulu. Mo Yeon tetap diam. Ia tidak peduli siapa yang menang.
Bersambung
ke part 2…
Komentar:
Saya
tahu bagaimana perasaan Mo Yeon, meski sedikit kecewa karena ia menolak cowok
sekeren Kapten Yoo Si Jin. Tapi alasan ia menolaknya bukan karena ia tidak
menyukai Si Jin, melainkan rasa takut dikecewakan lagi, belum lagi pekerjaan Si
Jin yang berbahaya jelas membuatnya khawatir.
Benar
apa yang dikatakan Mo Yeon, seharusnya Si Jin memberikannya waktu lebih banyak
lagi untuk berpikir, menaklukkan semua ketakutannya. Namun Si Jin selalu menjadi
orang yang pergi meninggalkannya. Saya pun jika seperti Mo Yeon akan melakukan
hal yang sama. Secara mereka berdua belum lah cukup lama saling mengenal kan.
Dan ingat cewek itu makhluk yang perlu kepastian cuy…
Adegan yang
paling saya suka itu, saat Si Jin datang ke tempat pelatihan militer. Itu lo
gayanya keren banget. “Trainee yang ganteng……. siap meluncur…….” Dan Si Jin pun
meluncur ke hati saya. Eits… jangan protes ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar