Selasa, 29 Maret 2016

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 6 Part 1





Si Jin meminta izin mengajukan pertanyaan karena mungkin kali ini adalah pertemuan mereka yang terakhir. Si Jin membahas tentang ciuman kemarin. Mo Yeon langsung memotongnya, berkata tak perlu membahasnya. 

Si Jin bertanya bingung, apa yang harus ia lakukan? haruskah ia meminta maaf atau mengakui perasaanya pada Mo Yeon.

Mo Yeon mengatakan Si Jin memang pria yang menarik dan berbahaya dan ia tidak menyukai pria yang berbahaya. Meski setiap kali ia menatap Si Jin ia terpesona. Mo Yeon berharap bisa memiliki waktu yang banyak bersama Si Jin agar ia bisa meluruskan pikirannya, menyingkirkan ketakutannya dan meluangkan waktu untuk berpikir apa ia bisa menjadi pacar dari pria yang berbahaya tapi juga menarik ini.

Tetapi Mo Yeon merasa ditinggalkan terus dan ia tidak bisa marah pada sikap Si Jin ataupun melarangnya pergi. Ia seperti orang bodoh dengan pikiran kacau. Dan sekarang ia sungguh tak menyukai Si Jin. Ia pun menyuruh Si Jin meminta maaf.

Si Jin menatap Mo Yeon tanpa berkedip. Ia pun meminta maaf atas perbuatannya yang mencium Mo Yeon.  Dan berharap Mo Yeon dapat menjaga diri, lalu memberi hormat dan pergi.

Di kamar Mo Yeon menyalakan lilin, lalu melamun dengan keputusannya tidak membiarkan Si Jin menyatakan perasaannya karena takut akan dikecewakan lagi.


Si Jin berbaring sambil menatap kalung militer dilehernya, pikirannya melayang kerena ditolak Mo Yeon.



Esok paginya, para tentara lari pagi. Mo Yeon keluar dari kantor Si Jin melihat hanya Woo Geum yang menjadi komando di bagian depan. Ki Bum lewat untuk mengambil air dan menyapa Mo Yoen. Mo Yeon bertanya, “Di mana Kapten Yoo? Dia tidak ada di kantornya.”

Ki Bum menjawab, Si Jin sudah pergi semalam untuk mengejar pesawat sipil dan ia memberi hormat lalu pergi. Mo Yeon kecewa, karena Si Jin tak pernah berpikir dua kali.

Si Jin tersenyum bahagia melihat foto keluarga masih tertempel di dinding dan memanggil ayahnya yang sedang merapikan seragam tentaranya, menunjukkan foto itu. Ayahnya merasa seharusnya Si Jin mengikuti saran ibunya untuk menjadi seorang dokter atau hakim karena tentara sekarang jarang dihargai.


Si Jin merapikan kancing baju ayahnya dan mengatakan, bisa saja jika otaknya pintar, tapi hanya ototnya saja yang pintar. Dan otot itu tak berguna dalam dunia hakim atau dokter. Ia berharap ayahnya selalu sehat dan panjang umur dan ia akan naik jabatan agar ayahnya bangga berfoto dengannya.

Ayah Si Jin menyela, atasan mana yang akan menaikkan jabatan Si Jin begitu saja, bahkan Si Jin menyia-nyiakkan promosinya.

Ayah Si Jin bertanya apakah seragamnya sudah rapi, Si Jin mengatakan sudah memasangnya sesuai seperti yang diajarkan ayahnya dan meminta ayahnya untuk menegapkan bahunya.

Ayah Si Jin merapikan baju anaknya dan menyemangatinya, di dalam dunia tentara terkadang kau lebih bangga menjalankan tugasmu daripada mendapat promosi. “Kau adalah anak ayah.”

Seseorang memberitahu semuanya sudah siap jadi mereka bisa masuk sekarang. Si Jinmenyuruh ayahnya untuk lebih dulu masuk, karena ia mau mengambil foto ibunya.

Di dalam studio foto, Si Jin memegang foto ibunya yang sudah meninggal dan berfoto bersama dengan tersenyum, sedangkan ayahnya tampak tegang.

Dae Young yang berada di atas pundak anak buahnya meniup peluit, tanda perintah untuk trainee n0 17 bersiap meluncur  di tali flying fox. Trainee alias calon tentara baru itu berteriak ketakutan sampai ke ujung, menabrak matras, lalu buru-buru memanjat dinding menyelematkan diri. Akhirnya, semuanya mendapatkan hukuman dengan jongkok berdiri beberapa kali, lalu push up. 

Dae Young mengatakan, sepertinya ada yang salah dengan tubuh, bahkan kepala kalian. Salah satu menjawab, tidak. Dae Young memrintahkan anak buahnya untuk bergantian menggendongnya di pundak.

Dae Young bertanya, apakah kalian mau membunuhnya? Tentara di sampingnya menjawab dengan tegas “Iya Pak”.

Dae Young menyela, “Kau tak bisa membunuhku dengan stamina lemah itu.” Dae Young memberikan waktu 30 menit kepada tentara juniornya untuk kembali ke gerbang. Ia mengancam, jika ia masi bisa melihat wajahmu nanti, maka ia akan menjadi lawan bagi tentara junior. Tentara junior itu pun berlari. Ia kembali meniupkan peluitnya.

“Trainee yang ganteng…. siap meluncur!” teriak Si Jin dari ujung flying fox tanpa mengunakan seragam tentaranya. Ia langsung meluncur dengan gagah berani. Bahkan memberi dua jarinya ketika sampai di ujung lainnya.  Sementara semua tentara junior melonggo takjub melihatnya. 



Dae Young meminta untuk diturunkan. Lalu mengatakan, si trainee tak usah sombong dan menyuruhnya untuk cepat turun. Si Jin melemparkan tali ke bawah. Dae Young memerintahkan tentara junior untuk memperhatikan baik-baik karena itu adalah gerakan sempurna untuk posisi rappel.

Si Jin turun dengan gaya buggi jumping dari tembok, semua makin takjub melihatnya. Dae Young bertanya apakah Si Jin sedang dibebas tugaskan dan kenapa ia bisa datang ke sini. Si Jin mengaku sangat merindukan Dae Young dan bertanya kapan Dae Young selesai bekerja karena ia ingin minum bir yang banyak bersama Dae Young.
Dae Young menuangkan bir sambil bertanya apa acara penyambutan ayah Si Jin berjalan lancar. Si Jin mengatakan sangat mengharukan, bahkan hampir menangis saat ayah mendapat buket bunga. Dae Young merasa senang melihat Si Jin kembali dengan selamat. Lalu mereka cheers dengan mengatakan “hormat”

Tiga orang tentara datang berbicara keras kalau sudah lama tak bertemu, jadi mereka harus minum dan melakukan permainan. Dae Young langsung memalingkan wajahnya melihat tentara Si Jin heran dan bertanya apa Dae Young mengenal mereka.


Dae Young mengaku ia dulu adalah instruktur jahat mereka. Si Jin mengeluh akan sikap Dae Young. Dae Young mengatakan tak masalah mereka tidak akan mengenalinya karena tidak memakai seragam tentara. Si Jin malah berpendapat mereka pasti mengenalinya.

Dan benar saja mereka langsung menyapa Dae Young. Dae Young merasa sudah ketahuan dan berusaha menutupi wajahnya dengan rompi. Si Jin bertanya di mana rute memutar balik. Dae Young menjawab arah jam 5 dari tempat duduk Si Jin.

Si Jin manaruh uang di atas meja. Tentara itu mendekati keduanya dan menuntut janji yang Dae Young katakan saat masih sebagai instruktur, bahwa Dae Young akan melawan mereka sesuai level. Dae Young beralibi jika itu ketemu di luar bukan di dalam. Lagipula untuk apa ia berkelahi.

Si Jin tertawa mencairkan suasana, menurutnya ini sangat lucu. Seharusnya mereka menyimpannya sebagai kenangan indah di dalam hatimu. Tentara itu tidak mau menyimpannya sebagai kenangan indah. Si Jin berbisik dalam hitungan ketiga, berdirilah. Ia pun mulai menghitung dari satu, Dae Young malah langsung loncat kehitungan tida dan melarikan diri duluan. 


Dae Young mendarat di atas meja lantai bawah, lalu Si Jin menyusul turun di sampingnya. Keduanya tersadar seluruh meja diisi oleh tentara, Si Jin bingung, berpikir hari ini adalah hari angkatan bersenjata. Tentara yang tadi berteriak menyuruh anak buahnya menangkap keduanya.

Semua tentara mulai berdiri dari mejanya, Dae Young memberitahu arah jam 2 dan langsung menghitung ke angka tiga, menolak Si Jin yang belum siap, berteriak kalau ia bisa mati jika melawan semua tentara itu. Dae Young dan Si Jin berusaha melawan dengan teknik tanpa melukai lalu loncat dari balkon dan berlari menyusuri jalan pertokoan.


Tentara yang lain dengan jumlah yang banyak mengejar dan Si Jin Dae Young sempat terjebak, tapi bisa melarikan diri dengan menaiki tangga. Lalu keduanya bersembunyi dibalik dinding. Setelah semuanya pergi, keduanya baru bisa bernapas lega.


Si Ji protes pada Dae Young, apa setelah angka 1 itu 3. Dae Young mengaku ia tidak pintar matematika.  Menurutnya, Dae Young semakin semakin kaku saja. Ia pun teringat kalau Dae Young juga adalah instruktur jahatnya saat menjadi calon perwira ada di akademi militer.

“Aku ingat. Jadi, kau mau berkelahi sekarang?”tantang Dae Young.

Si Jin pun mengatakan ia tidak jadi mengingatnya, karena ia hanya nmengingat masa-masa indah saja. Ia mengeluh kalau rasa mabuknya jadi hilang setelah berlari.

Dae Young bertanya apakah Si Jin sudah meminum wine-nya. Si Jin mengaku hanya mencicipinya. Lalu berpikir Si Jin meminumnya sendirian. Si Jin bilang ia minum bersama Dr. Kang Mo Yeon. Dae Young  bertanya lagi apakah hubungan keduanya berjalan lancar.

Si Jin merasa tidak sama sekali dan sepertinya ia selalu dicampakkan pacarnya setiap kali berlibur. Ia mengaku ia masih meriindukannya tapi yakin akan baik-baik saja nanti. Dae Young menimpali kalau Si Jin belum melakukan usaha lainnya. Si Jin membenarkan lalu mengejek Dae Young yang juga sama sekali tidak pernah berusaha jadi tak pantas jadi penyemangat dalam hal ini.

Dae Young membela diri, ia bukannya tidak mau berusaha tapi ia sama sekali tak diberikan kesempatan. Si Jin menyimpulkan kalau mereka berdua memang bodong. Dae Young membenarkan, mereka merasa bodoh jika sedang bersama.

Keduanya pun tertunduk mengatur napas. Dae Young pamit pergi untuk pulang ke rumah karena rumahnya itu berada di sekitar lingkungan itu. Si Jin kesal karena Dae Young sengaja berlari ke arah sini untuk menghemat ongkos taksi. Dan semakin kesal karena Dae Young tidak memintanya mampir makan ramen. Dae Young cuek dan tetap berjalan sambil melambaikan tangan.


Saat berjalan, Dae Young mendapatkan telepon dari Myeong Ju. Kali ini diangkatnya membuat Myeong Ju kaget dan berteriak “hallo” tapi Dae Young tak menjawab. Lalu bertanya kau tak mau berbicara denganku? Dae Young tetap diam saja mendengar suara Myeong Ju.

Meski begitu Myeong Ju tetap merasa senang. Ia mengatakan Dae Young hanya perlu mendengarnya dan jangan menutup teleponnan. Myeong Ju bercerita kalau ia baik-baik saja dan tetap memakai seragamnya, jadi nyamuk tidak bisa mengingitnya. Kesehatannya juga stabil dan ia sangat merindukan Dae Young.

Myeong Ju bertanya apa Dae Young sudah bertemu dengan Si Jin. Ia mengadu kalau Si Jin mengejeknya karena Ia datang ke sini hanya untuk Dae Young.  Si Jin juga mengatakan kecantikkannya hilang saat kebanggannya hilang. Tapi ia tak peduli karena ia tahu Seo Dae Young sangat mencintainya.



Dae Young mengingat saat tangannya mereka saling berpegangan. Ketika Myeong Ju sengaja manaruh krim di mulutnya agar bisa dicuim, Dae Young malah mengusapnya dengan tangan. Myeong Ju yang berada di luar café seperti sedang menciun Dae Young dan mereka langsung selfie bersama. Myeong Ju yang berlari dari rumahnya saat melihat Dae Young datang ke rumahnya yang lansung mendapatkan pelukkan hangat dari Myeong Ju.

Myeong Ju bertanya apa Dae Young masih mendengarnya dan menuntut apa ia tidak bisa mendengar hembusan napas Dae Young. Dae Young pun mempedengarkan hembusan napasnya.

Mo Yeon menerima pesan dari Ji Soo “Kau sudah mau kembali ke Korea, kan?” aku sudah siapkan wine untukmu.” Mo Yeon membalas, “Aku tak suka minum dengan wanita, kau harus menyiapkanku pria yang baik.”

“Bagaimana dengan pria yang kau temui di sana? Apa kau tak menyukainya lagi?” tanya Ji Soo.

“Tidak, dia adalah pria yang terbaik,” ketik Mo Yeon.

Si Jin membuka jaketnya dan pergi ke halte, lalu naik bus dengan perasaan sedih karena tak ada teman yang bisa menemaninya, ia mengeluarkan kepala ke jendela tanpa sadar ada iklan rumah sakit Mo Yeon tertempel di badan bus.

“Aku seharusnya tak menerima permintaan maafnya. Seharusnya aku memeluknya dan mengakui perasaanku. Akulah orang yang melepas kesempatan itu. Dia pasti tidak menyukai, kan?” Mo Yeon membaca tulisan pesannya tapi akhirnya memilih untuk menghapusnya.


Si Jin bermain billiard sendirian, saat mengunyah es batu dalam minumannya. Dae Young datang denga datang menggunakan baju garis-garis yang sama. Si Jin pun mengambil gambar Dae Young dengan ponselnya. Dae Young berusaha menutupinya dengan kemeja. 


Myeong Ju tersenyum sumringah melihat foto yang dikrimakan Si Jin. Chul Ho melirik ingin tahu. Tanpa sadar Myeong Ju memberi betadine sampai ke bagian lengan padahal yang terlukan di bagian tangan.

Chi Hoon memompa air, Mo Yeon mencuci semua wajah anak-anak satu per satu dibantu oleh Min Ji. Pasien yang keracunan timah datang, memberikan sebuah gambar. Mo Yeon melihat ada dua orang yang berdiri di bawah pohon.

Falshback

Mo Yeon menjelaskan pada anak-anak agar jangan menjilati timah dengan cara memperagakannya. Si Jin menerjemahkan ke dalam
bahasa Urk, “Jika kalian menjilati benda ini lagi, akan kutembak kalian.” Membuat anak-anak itu tertawa. Mo Yeon memperagakan lagi untuk mencuci tangan sebelum makan. Si Jin kembali menerjemahkannya, ”Kalia juga akan kutembak jika kalian tidak mencuci tangan sebelum makan.”

Anak-anak kembali tertawa. Mo Yeon heran dan berpikir Si Jin mengatakan sesuatu yang konyol. Si Jin berdalibi kalau anak-anak biasanya memang sering tertawa.
Flashback End


Si Jin juga meningat kenangan dengan Mo Yeon. Ia duduk sendirian di tepi danau dengan memasang tenda. Ia pun menelepon Dae Young meminta untuk datang menemaninya karena ia merasa bosan sendiri dan takut kerena terdengar suara burung hantu. Dae Young mah tak peduli dan menutup teleponnya karena ia sedang sibuk bekerja.

Si Jin kembali menelepon dengan nada panik kalau ada harimau yang datang. Tapi gagal Dae Young langsung menutup teleponnya. 


Si Jin menghela napas dan menyandarkan tubuhnya, lalu mengeluarkan batu putih dari saku baju dan menatapnya dalam-dalam.

Flashback
Saat di dalam bangkai perahu, Mo Yeon mengembalikan batu putih yang diberi Si Jin, karena merasa Si Jin lebih memiliki kesempatan yang besar untuk kembali datang ke sini.
Flashback End

Mo Yeon berdiri di pinggir tebing, melihat ke bawah pulau tempat bangkai kapal yang pernah didatanginya bersama Si Jin. Mo Yeon membayakan mereka berdua mengobrol di atas kapal tanpa Si Jin memakai seragam tentaranya.


Daniel datang dengan mobil jeep yang pernah terjun ke laut dan sekarang bisa terlihat seperti semula. Mo Yeon memuji kemampuan bengkel Daniel.

Daniel mendengar Mo Yeon akan pulang hari ini. Mo Yeon membenarkan dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantunya. Ia pun memberi amplop dan merasa uang itu tidaklah seberapa. Daniel menolaknya lalu mengeluarkan selembar brosur untuk membayarnya dengan memberikan sumbangan 10 dolar per bulan. Mo Yeon menerimanya.

Daniel juga mengucapkan terimakasih dan berpesan untuk menghubunginya jika ingin melakukan petualangan penderitaan lagi.

Mo Yeon merasa petualangannya sudah lebih dari cukup dan sekarang ia ingin kembali ke dunianya sebenarnya. Ia bertanya apa Daniel akan tetap tinggal di Urk. Daniel menjawab untuk saat ini, ia akan tetap tinggal di Urk. Mereka pun berjabat tangan dan menitipkan salam pada Ye Hwa.



Ye Hwa berjalan di bukit untuk mengambil bunga liar, lalu melihat kupu-kupu yang terbang sangat dekat denganya. 


Tiba-tiba ribuan burung terbang di langit dan bersuara nyaring.

Mo Yeon sedang mencatat semua barang medis di rak, Myeong Ju masuk menanyakan sedang apa Mo Yeon karena semua orang sudah menunggu. Mo Yeon mengatakan ia kan selesai jam 5 nanti. Myeong Ju menyuruhnya lebih cepat lagi bekerja, Mo Yeon melirik sinis.

Myeong Ju berkata karena hari ini terakhir kali mereka bertemu, ia ingin mengajukan pertanyaan, “Apa kau menyukai Si Jin sunbae?” Mo Yeon terdiam dan menatap Myeong Ju.

Myeong Ju mengatakan ekspresi Mo Yeon telah memberitahu jawaban Mo Yeon. Mo Yeon berkilah ia tidak memberi jawaban. Myeong Ju kukuh, tapi seluruh bagian tubuhmu menjawab semuanya. Ponsel Myeong Ju bordering dan tak percaya karena kebetulan itu telepon dari Si Jin. Mo Yeon kaget karena Si Jin menelepon di depannya. 



Myeong Ju mengaku senang Si Jin menelepon dan mengatakan ia tidak tahu harus memanggil Mo Yun apa. Mo Yeon, Dr. Kang, atau Nn. Kang. Lalu bertanya, “Tapi, apa dia menyukaimu?” Si Jin terkejut dan langsung berdehem mendengarnya. Mo Yeon berteriak karena Myeong Ju menanyakan hal itu dan ingin merebut ponselnya.

Si Jin mengalihkan pembicaraan, “Kenapa kau tak mengatakan hormat padaku?” Myeong Ju menjawab, memang kau pikir aku ini siapa? Teman atau perwira senior. Si Jin mengatakan sebagai kakak dari tetangganya dan ia sedang minum kopi dengan Dae Young. Ia memesan latte, sedangkan Dae Young memesan espresso. Tapi sepertinya ia tidak tahu bagaimana meminumnya.

Myeong Ju menjawab, ia sudah tahu karena aku sudah mengajarinya.

Si Jin bertanya apa yang maksud Myeong Ju tadi, Myeong Ju mengaku ia hanya ingin membuatnya bingung dan ia sedang berdebat dengan Mo Yeon sekarang. Mo Yeon makin kesal saja. Si Jin menegur Myeong Ju jangan mengganggu warga sipil.

Myeong Ju mengatai Si Jin paling suka mengganti topik pembicaraan. Lalu bertanya apakah Si Jin mau tahu bagaimana reaksi Mo Yeon. Mo Yeon mengumpat Myeong Ju sudah gila dan menyuruh menutup teleponnya. Si Jin menebak Mo Yeon pasti marah. Myeong mengiyakan tapi Mo Yeon masih terlihat cantik. Si Jin tersenyum mendengarnya, lalu memberi semangat Myeong Ju untuk bekerja dan menutup teleponnya.

Setelah menutup teleponnya, Myeong Ju berkata tadi ia berharap Si Jin mau bicara dengan Mo Yeon. Sepertinya tadi Si Jin kaget.

"Tentu saja, dia pasti tidak menyangka pembicaraan yang tadi,” ucap Mo Yeon ketus.

Myeong Ju mengejek, apa karena sikapmu ini dia bisa menyukaimu?.

Terdengar teriakan Sang Hyun memanggil tim medis untuk melakukan foto bersama. Myeong Ju menyuruh Mo Yeon segera keluar karena itu tujuan mereka datang ke sini. Mo Yeon menegaskan memang itu tujuan mereka tapi bukan hanya itu saja. Mo Yeon memberikan berkas ke tangan Myeong Ju untuk menghitung jumlah obat, karena tak bisa menyelesaikan tugasnya akibat gangguan Myeong Ju tadi.


Semua tim medis berfoto dengan wajah gemberia, kecuali Mo Yeon yang tertunduk sedih. Woo Geum mengucapkan terima kasih atas kerja keras tim medis dan akan mengantar tim medis dengan helikopter. Semua menjerit bahagia.  Min Ji bertanya, jadi kami tak perlu naik bus selama 4 jam lagi?  

Woo Geum menjelaskan tim medis akan tiba 30 menit di bandara dank arena ada limit beratnya, maka tim medis akan dibagi menjadi 2 tim.

Tim Sang Hyun dan Tim Ja Ae mulai melakukan suit untuk menentukan siapa yang pergi terlebih dahulu. Mo Yeon tetap diam. Ia tidak peduli siapa yang menang.
Bersambung ke part 2…

Komentar:
Saya tahu bagaimana perasaan Mo Yeon, meski sedikit kecewa karena ia menolak cowok sekeren Kapten Yoo Si Jin. Tapi alasan ia menolaknya bukan karena ia tidak menyukai Si Jin, melainkan rasa takut dikecewakan lagi, belum lagi pekerjaan Si Jin yang berbahaya jelas membuatnya khawatir.
Benar apa yang dikatakan Mo Yeon, seharusnya Si Jin memberikannya waktu lebih banyak lagi untuk berpikir, menaklukkan semua ketakutannya. Namun Si Jin selalu menjadi orang yang pergi meninggalkannya. Saya pun jika seperti Mo Yeon akan melakukan hal yang sama. Secara mereka berdua belum lah cukup lama saling mengenal kan. Dan ingat cewek itu makhluk yang perlu kepastian cuy…                                                              
Adegan yang paling saya suka itu, saat Si Jin datang ke tempat pelatihan militer. Itu lo gayanya keren banget. “Trainee yang ganteng……. siap meluncur…….” Dan Si Jin pun meluncur ke hati saya. Eits… jangan protes ya.          
  
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar