Kenangan itu sangat indah untuk dikenang...
maka simpanlah ia rapi dalam relung...
maka simpanlah ia rapi dalam relung...
Aku Bercerita Padamu
Tahukah engkau kawan,sekarang jiwa ini telah tenggelam dalam lautan sastra. Aku tidak tahu dengan pasti entah sejak kapan mulai mengapung lalu tenggelam. Tapi, jika aku menelisik berdasakan alam bawah sadar, sepertinya sejak KOMA (Komunitas Pecinta Membaca dan Berkarya) menyusup ke rongga sukmaku.
Bagiku KOMA adalah rumah kedua di mana aku bisa melampiaskan rasa haus akan sastra. Bukan hanya itu saja, KOMA adalah keluarga. Sebuah sebutan sederhana tetapi mengandung makna lebih dari sederhana. Sekarang sudah bisakah engkau membaca perasaan ini?
Aku tahu sekarang engkau mulai penasaran bagaimana pertemuan istimewa kami terjadi. Semuanya terjadi mengalir begitu saja. Saat itu di kelas, dosen tidak masuk dengan lampiran alasan yang menurutku itu klise. Nah, di saat itu-lah, malaikat-malaikat KOMA menyusup ke kelas. Mereka membawa kisah yang meletupkan semangat. Aku berdecak kagum akan perjuangan mereka untuk sastra di kampus ini yang kononnya, kering akan sastra. Sungguh mereka berhasil menghipnotis aku. Eh, bukan aku saja, ada dua karibku yang terhipnotis juga Ajeng dan Dina.
Perjuangan pun dimulai kawan, aku Ajeng dan Dina mengikuti seleksi KOMA. Ketika itu diriku dibalut dilema, aku harus memilih antara dua KOMA atau UKM Seni Teater. Setelah menimbang-nimbang(berat ringannya) dan melakukan pertapaan tujuh hari tujuh malam entah di gua mana (he..he..) akhirnya kutemui jawaban.
Hari pertama seleksi KOMA, aku ikuti dengan semangat. Perserta seleksi hanya lima orang termasuk aku, Ajeng dan Dina. Jadi, boleh-lah aku sedikit narsis(ehm). kemungkinan aku bisa diterima menjadi bagian dari KOMA.
Hari pertama seleksi (Kenal-kenalan)
Sebuah sebutan yang tepat untuk agenda hari pertama seleksi ”Suntikan Semangat ke Relung Sukma”. Mau tahu mengapa aku menyebutnya demikan? Begini ceritanya kawan, materi pertama dicecar oleh kak EL-Surya (malaikat KOMA) seuntai kalimat terlantur darinya hingga mengecap di liang sukmaku sampai sekarang “ Menulislah Anda Maka Anda Ada ”. Mungkin di saat itu-lah aku sudah mengapung. Barangkali.
Selanjutnya disusul dengan materi cerpen, dicecar oleh kak si Peramu Mimpi ( malaikat KOMA). Kali ini kami dibawa ke sarang KOMA yang akrab disapa punggung KOMA. Imagine! Tempat yang paling indah dari bagian kampus ini, beratap langit, berdinding hembusan angin. Itu sih menurutku entah-lah menurutmu.
Kak Nanda, Dina dan aku yang lagi menulis. Dan ini merupakan tulisan pertamaku di punggung KOMA # serius banget ya...
Hal yang paling melekat pada dinding jiwaku tentang kak si Peramu Mimpi, sifat juangnya dalam sastra dan semangat mengejar impian membuat aku menggeleng-gelengkan kepala. Sekarang sosoknya telah berhasil meramu mimpi untukku. Tapi, kak Peramu Mimpi jangan dulu berbangga hati karena si Perangkai Mimpi tak kan tinggal diam melihat mimpinya diramu.(he..he..)
Sebelum senja merangkak menuju malam. Kami sebagai peserta seleksi banyak dibebani akan tugas. Dua puisi, satu deskripsi, menentukan ending cerpen dan meresensi cerpen. Wah, biasa mati berdiri engkau, mengerjakan tugas setinggi gunung dalam waktu semalam.
Beratap langit, berdinding angin,
komunitas kita,
dalam kesederhanaan yang bersahaja,
dengan rasa kekeluargaan,
... diisi jiwa-jiwa pemberi,
komunitas kita,
dalam kesederhanaan yang bersahaja,
dengan rasa kekeluargaan,
... diisi jiwa-jiwa pemberi,
Trio ADA (Ayu, Dina, Ajeng)
Sebelum pulang jepret-jepret dulu di punggung KOMA
senyum KOMA
* punggung KOMA
Tenang dulu kawan, aku tak sepanik apa yang engkau bayangkan.No ever, semuanya kukerjakan dengan senyuman. Aku kembali merangkai mimpi, menari-narikan pena di atas kanvas, bergelayut di tengah malam menuntaskan rindu.
Hari kedua seleksi KOMA lebih menguras energi dari pada hari pertama. “Pembantaian” sebutan yang pantas kusematkan untuk hari itu. Ah kawan, jangan langsung tegang wajahmu, dengarkan ceritaku selanjutnya. Maksudnya itu, pembantaian menggali potensi menulis dan rasa loyalitas. Ada tiga posko yang harus kami lalui: posko tunggu, posko interview, dan posko …? Ups aku lupa nama posko terakahir. Sory-lah kawan membuatmu penasaran. Ini di luar dugaanku.
Seleksi Hari ke-2: pengumpulan tugas
melingkar di punggung KOMA
Pembedahan tugas
Ajeng membaca puisi
* Jadi merindu punggung seperti sajak Ajeng Miftahul Ula
Nyanyian Rindu
Kurindu memangku senja
Bersamamu menyelipkan mimpi dibalik lekak-lekuk angin
Bersamamu menerbangkan kata-kata
terbang jauh mengintip diatap langit..
Agar dijabahlah ia oleh Sang Punya
Kurindu mengazamkan asa
Bersamamu menitahkan gejolak jiwa mengoar asa
Retaklah panggung raksasa
Kurindu matahari yang membakar raga
setiap kita melingkar diawang alam itu
Kurindu deru nafasmu saat merenda satu demi Satu
Maksud nyanyian reranting kalbu
Kurindu menjejaki seutuhnya dirimu
Aku merindu
Serindu kerinduan yang terindu
Dunia Koma, September 2011
Di antara tiga posko tersebut, yang sedikit sulit posko interview. Nah kawan, kali ini kan kubunuh penasaranmu. Setelah dari posko tunggu, aku dan Ajeng menuju posko interview. Tebak kawan apa yang terjadi . Kami kesasar . Hal yang yidak diinginkan pun tak terelak. Kami menelusuri kampus hingga akhirnya posko interview ketemu jua. Kak Maya ( malaikat KOMA) dan kak si Peramu Mimpi telah menanti, bersiap melepaskan anak panah dari busur pertanyaan, Pertanyaan pun memecahkan sekat pikiran. Otak jadi berputar ke depan, ke belakang, samping kiri-kanan. Dan mulut kaku menjawab.
Aih, kantuk menderaku. Jadi, maaf-lah kawan bila aku hentikan ceritanya sampai di sini. Tapi, sebagai penawar kecewamu aku bebaskan engkau berargumen sendiri tentang endingnya.Namun, jika engkau tak kuasa akan kurangkai mimpi untukmu di malam selanjutnya.
Dunia KOMA, 3 Januari 2011
Ocehan kakak-kakak KOMA
*hhehe, keren! buatlah di catatn...
*ini testimoni ya??
bagus kok, jujur..ehem...
*lagi2 tanda baca-
hufh!
bagus kok, jujur..ehem...
*lagi2 tanda baca-
hufh!
*mengeja tiap pokok pikiran yang kau rangkai membuat aku "terbang" berenang di antara awan-awan riang.
Tenang,penggambaran yang terang dan cukup memainkan perasaan pembaca-terutama kak.Adek mampu membuat kak penasaran.Ah,ingin rasanya kak membaca kalimat berikutnya
Dek... kalau boleh kak merindu,kak rindu cerpen atau puisimu terbit di media.disaat itu kau akan terbukti bahwa kau adalah SI PERANGKAI MIMPI.
Ingatlah adikku...
LAYANG_LAYANG TERBANG bukan karena mengikuti angin tetapi MELAWAN ARUS ANGIN...
KOMA HANYALAH WADAH DAN DIRIMULAH YANG MENJADIKAN BAHWA WADAH ITU PENUH ARTI...
Tenang,penggambaran yang terang dan cukup memainkan perasaan pembaca-terutama kak.Adek mampu membuat kak penasaran.Ah,ingin rasanya kak membaca kalimat berikutnya
Dek... kalau boleh kak merindu,kak rindu cerpen atau puisimu terbit di media.disaat itu kau akan terbukti bahwa kau adalah SI PERANGKAI MIMPI.
Ingatlah adikku...
LAYANG_LAYANG TERBANG bukan karena mengikuti angin tetapi MELAWAN ARUS ANGIN...
KOMA HANYALAH WADAH DAN DIRIMULAH YANG MENJADIKAN BAHWA WADAH ITU PENUH ARTI...
Bersambung cuy…..
Sumber Foto: Facebook KoMa Medan
Lingkar pelangi sesudah hujan! Hugh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar