Sebenarnyapergi ke Jawa sudah terjadwalkan sebelum hari raya Idul Fitri kemaren. Karena saat itu, saya masih sibuk mengerjakan tugas akhir kuliah, akhirnya ditunda sampai hari wisuda. Acara syukuran wisuda pun berubah menjadi perjalanan yang menyenangkan, menjelajah pulau Jawa sekaligus bersilahturahmi dengan keluarga besar di Jawa, terutama dengan keponakkan-keponakkan saya yang sejak lahir tak pernah jumpa.
Ada yang kurang sih, seharusnya perjalanan ini saya ditemani sahabat dekat saya, tapi sayang ia tak jadi iku. Akibatnya, saya kehilangan fotografer yang profesional. Heheheee...
Ayubi (sebelah kiri di belakang), Fauzan (sebelah kiri di belakang), Habibah (sebelah kiri di depan), Dawiyah (sebelah kanan di depan)
Rute perjalanan: Pengandaran - Klaten - Kebumen - Cilacap - Magelang (Candi Brobudur)
16
Nopember 2014
Bakda
Isya, kami sekeluarga berangkat dari Ciamis menuju pantai Pengandaran yang
terletak di sebelah tenggara Jawa Barat, agar dapat menikmati matahari terbit.
Pantai ini pernah dinobatkan sebagai pantai terbaik di Provinsi Jawa Barat.
Sepanjang
perjalanan hujan ringan mendampingi laju mobil yang kami kendarai. Kira-kira
perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih empat jam. Setiba di Pengandaran
pukul 23.00 WIB, kami menyewa tiga kamar yang cukup nyaman buat istrirahat
sampai besok siang. Harga 1 kamar Rp. 100.000.
Saya menempati kamar nomor dua.
Di pondok ini juga menyediakan berbagai menu makanan dan minuman dengan harga yang cukup terjangkau.
17 Nopember 2014
Dan jika sudah ada di pantai pasti asyiknya bermain air.
Juga tak akan seru bila tak bermain pasir. Duh, Dawiyah kok mandi pasir atu...
Rasanya tak lengkap bila tak menuliskan sebuah huruf atau kata di tubuh pasir.
Kapan lagi coba bisa sarapan di bibir pantai. Pedagang asongan mulai hilir-mudik menjajahkan dagangannya, termasuk makanan ini.
Keistimewaan pantai ini, ada pesisir pasir putih. Kita harus menggunakan perahu kayu untuk menuju ke sana. Selain itu, kita juga dapat melihat pemandangan terumbu karang tanpa harus menyelam karena airnya sangat jernih.
Di pasir putih ini ada kera lepas tapi jinak kok dan saya juga menemukan daun yang berbentuk hati.
Rasanya akan rugi, bila saya tidak meluangkan waktu sejenak untuk menulis di sini, menulis sembari mendengar perpaduan musik yang paling romantis, debur ombak dan hembusan angin. Sekaligus melayarkannya di tengah samudera luas.
Sampai ketemu di kisah perjalanan selanjutnya ya
di Candi Brobudur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar