Mentari beranjak dari ranjangnya. Merangkul hangat penuh
semangat. Aku, mamak, ayah, uwak, bang Rizal dan kak Bety menuju pelabuhan Belawan. Ya,
kami sekeluarga akan berlayar menuju pulau Jawa. Rute pelayaran Tanjung Balai Karimun - Batam - Tanjung Priok.
Pagi itu pelabuhan tidak terlalu ramai seperti sepuluh tahun silam, saat aku melakukan pelayaran yang pertama. Tepat pukul 14.00 kapal mulai bergerak (terlambat dua jam dari jadwal). Di sini kutemukan berbagai macam 'pemandangan'. Pemandangan yang terkadang membuat hati miris, tersenyum haru, dan takjub.
Pemandangan para kuli yang masih memikul barang-barang milik pedagang di detik-detik terakhir membuatku terenyuh. Bagaimana tidak? Tangga kapal telah dinaikan dan aba-aba pluit panjang keberangkatan pun sudah terdengar. Tetapi para pemikul seeakan tidak menghiraukan itu. Tangga kapal yang dinaikan dan diturunkan bolak-balik membuatku frustasi. Seolah-olah memberi harapan kepada pemikul.Kalau mau berangkat ya berangkat, kalau mau menunggu ya menunggu. Kenapa harus mempermainkan perasaan orang coba.
Para kuli yang memikul barang milik pedagang
Salah satu pulau kecil yang eksotis, Tanjung Balai Karimu. Kapal mulai mendekat tapi tak merapat pada dermaga. Justru berhenti di tengah Laut menunggu kapal kecil merapat pada bedan kapal. Sebuah tangga berjaring diturunkan di kapal kecil untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Pemandangan yang agak riskan.
Pulau Tanjung Balai Karimun yang eksotis
Kapal kecil yang merapat pada badan kapal
Para Penumpang yang turun dan naik
Sebelum tiba di Batam, kita sempat melihat betapa megahnya negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Di Batam kapal merapat selama enam jam. Waktu yang cukup lama untuk pelesiran di kota Batam, tapi aku tak melakukan itu. Sangat disayangkan.
Gedung-gedung pecakar langit, Malaysia & Singapura
Pelabuhan Si Kupang, Batam
Dan sama seperti sepuluh tahun yang lalu, aku menahan lapar. Sambal yang telah kusiapkan tertinggal di rumah. Hanya mie instan, roti, dan nasi ala kadarnya mengisi perut.
sarapan pagi
makan siang
makan malam
Dan inilah wajah-wajah orang kelaparan :(
Meski lapar menyerang, harus tetap tersenyum sambil berkata "hai lapar, terimakasih karna setia menemaniku" LOL
sampai jumpa di cerita berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar