Jumat, 16 Maret 2012

Sebening Cinta


Pernahkah kau mencoba membaca relung hatiku
Apa yang tersembunyi di sana
Di pojoknya ada sepotong ukiran namamu
Terpatri teramat rapi
lengkap dengan semburat cahaya cinta
tapi, mengapa kau acuh
pada seberkas senyum pelangi
yang celahnya kerap memancarkan kerinduan

Pernahkah kau sebentar saja memandang sorot mata ini
Di sudut tersembunyi lukisan wajahmu
Mata yang mengandung impian dan rindu
Tapi, mengapa kau tak peduli
Pada altar yang sudah dipenuhi pijaran kasih

Masih ada waktu untuk kita
menyibak pintu mengail sebening cinta
Dunia KOMA
Kedai Durian, 24 Februari 2012
*Puisi ini dimuat di Harian Analisa edisi 7 Maret 2012

Mis,

 
Mis,
Bagiku gerimis ibarat amisnya rindu
Rintiknya serupa simfonimu
memupuk silahturahmi dan mengikat jarak samudera
saat itulah kita bertemu di ruang gerimis

Terkadang pula gerimis menghadirkan bilur luka yang termat pedih
Seketika puing-puing nanar meracau tiada henti
Kristal pun tak terelak luruh membasahi pipi
Ruang sunyi dan hampa adalah tempat bertemunya aku dengan diriku sendiri
Dunia KOMA
Kedai Durian, 20 Februari 2011

Harus Bagaimana Lagi


Harus bagaimana lagi kujelaskan padamu,
Tentang kegaulan ini yang merambat pada ruang hati
Bukan, bukan ku tak mengerti prihal luka
Aku sangat paham betul

Maka kupinta padamu biarlah aku tetap berada di sini
Tempat yang penuh dengan wajah teduh
Lepaskan aku dalam dekapanmu

Biarlah kita berjalan di jalur yang berbeda
Musabab aku yakin senyummu kerap menyapa kala fajar terbit
Beserta embun yang mengirimkan kesejukkan di padang yang gersang ini
Dan yakinlah bahwa doaku turut menyertaimu 

Bisik lirih bagaikan letupan hidup yang tiada bernamakan
Lihatlah, tak ada yang sempurna semua berdampingan
Aku lebih nyaman berteman dengan sepi daripada mengikuti aralmu
 Dunia KOMA
Kedai Durian, 24 Februari 2012
*Puisi ini dimuat di Harian Analisa edisi 7 Maret 2012

Senin, 05 Maret 2012

Membaringkan Imajinasi di Kereta Tidur


Judul Buku : Kereta Buku
Penulis        : Avianti Armand
Cetakan       :  2011
Tebal           : 136 Halaman
ISBN           : 978-979-22-7098-3
Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama



Bagi Anda penyuka cerita pendek dengan ending cerita yang meletup. Mari kita jenguk sederet cerita yang terbungkus dengan judul “Kereta Tidur” karya Avianti Armand. Buku ini akan membaringkan imajinasi kita dalam rimbun kata yang dirangkai oleh seorang wanita yang berprofesi sebagai arsitek ini.
Cerita dalam buku ini diracik dengan apik. Ini terlihat jelas bagaimana kepiawaian sang penulis dalam menjemput ide, lantas mengeksekusinya menjadi ramuan yang sedap. Avianti Armand mampu menimbulkan pandangan baru kepada pembaca tentang pemaknaaan sebuah masalah yang kerap hadir di ruang kehidupan manusia.
Tiap cerita dalam buku ini memiliki gaya tersendiri yang khas. Penulis sangat piawai mempermainkan alur. Deskripsi yang diciptakan Avianti Armand seolah-olah mengajak kita berada di dalam cerita. Jelas, ini adalah kepintaran penulis dalam membungkus cerita. Hingga pembaca terpikat untuk segera menandaskan tiap cerita. Terbukti, dari banyaknya ending cerita yang membaringkan imajinasi.
Gaya bercerita penulis yang sederhana. Ditambah deskripsi yang kuat tentang sesuatu keadaan maupun lattar dan setting cerita. Tentunya, secara tidak langsung pembaca seakan ikut terlibat dalam dunia yang dijejalkan penulis. Banyaknya teka-teki dalam cerita membuat pembaca setia untuk mengikuti tiap alur cerita. Apalagi didukung dengan adanya dialog antar tokoh yang semakin menghidupkan suasana cerita dan semakin memperuncingkan konflik yang ada.
Dimulai dengan cerita yang berjudul “Perempuan Pertama”. Cerita ini seakan-akan mengajak pembaca berperan menjadi Tuhan, menciptakan alam semesta termasuk isi dan penghuni yang ada di dalamnya. Kisah ini mengupas tentang asal-usul manusia dan eksistensi manusia terhadap Tuhan serta alam.  Ya, cerita ini sedikit mengingatkan kita tentang kisah Adam dan Hawa. Sebuah tanya yang menggelitik pembaca “Apakah aku akan mati?” ya, tanya yang tak perlu dipertanyakan lagi. Tapi, inilah warna baru yang dihadirkan oleh penulis.
Selanjutnya pada “Sempurna”. Pembaca akan disuguhkan oleh kisah yang unik, kreatif dan menarik. Menceritakan tentang masalah keluarga. Dua wanita yang memiliki hubungan kerabat jauh namun sering bertemu dalam acara arisan. Ibunya selalu membandingkan dirinya dengan Lara, seorang anak perempuan yang sempurna. Masa kecil Lara dihabiskan hanya untuk belajar dan mengejar sederet piala yang terpajang di lemarinya. Hingga suatu ketika, ia mengusulkan untuk menukarkan dirinya dengan Lara. Namun, ibunya bilang keluarga tidak bisa ditukar. Lalu, ia menjawab “Sayang sekali, soalnya kalau bisa, aku ingin menukar ibu dengan Nyai Roro Kidul.”
Cerpen ditutup dengan judul yang sama dengan buku ini, “Kereta Tidur” mengisahkan tentang sepasang kekasih, Naomi dan lelaki itu. Kereta Tidur adalah tempat yang mengantarkan lelaki itu menyusuri tapak kenangannya bersama Naomi.  Naomi selalu datang dan pergi menggunakan Kereta Tidur. Kereta Tidur dapat menarik ke masa lalu hingga saat mata tertutup. Tidur. Saat itu, semua akan kembali ke awal. Pulang.
Meski, tiap cerita yang disajikan sulit untuk dipahami terutama bagi orang awam. Apa pun itu, cerita yang tersaji tetap lezat untuk kita ‘ngemil’.
Selamat tertidur pulas bersama Kereta Tidur!

mahasiswi jurusan PBSID Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan dan bergiat di Komunitas Pecinta Membaca dan Berkarya (KOMA) Medan.
* Ini merupakan resensi pertamaku yang dimuat di media Medan Bisnis, 26 Februari 2012