Di
lapangan udara, Si Jin melihat peti mati Argus yang akan dibawa ke negaranya,
Amerika Serikat. Salah satu tentara AS mendekati Si Jin dan mengucapkan terima
kasih atas hadiahnya karena berkat Si Jin lebih dari 200 orang harus menulis
ribuan halaman laporan lagi.
Si
Jin baru menyadarinya akibat dari perbuatannya dan meminta maaf. Tentara AS
mengatakan untung ini berakhir dengan kertas dan bukannya nyawa yang
menghilang, jadi Si Jin tak perlu minta maaf pada siapa pun.
Si
Jin mengucapkan terima kasih karena tidak melaporkannya pada hari itu dan ia
bisa menghindari kekacauan dalam pasukannya. Tentara AS bercanda, ia memang
melaporkannya tapi sedikit terlambat.
Si
Jin melihat peti mati Argus dan merasa Argus itu tampak kesepian, karena tanpa
kehormatan dan tanpa negara yang harus dilayaninya lalu pamit pergi. Tentara AS
memanggil Si Jin, berpesan walaupun mereka tak pernah bertemu lagi, ia berharap
Si Jin bisa bertahan hidup dan menjaga kesehatannya.
Mo
Yeon sedang rapat dengan tim medis, membahas keberangkatan pasien pada hari
Rabu dan mereka pada hari Jum’at ke Korea Selatan. Jadi tim relawan RS. Haesung
dibubarkan pada tengah malam, hari Kamis.
Min
Ji terlihat sedih, karena akan meninggalkan Urk. Sang Hyun mengeluh, sejujurnya
apa tim mereka hanya dibubarkan atau dipecat? Ja Ae merasa Sang Hyun marah
padahal Sang Hyun tidak sabar untuk pulang. Sang Hyun mengatakan, ia merasa
tidak terlalu bersemangat dan bertanya apa dirinya saja yang merasa begitu. Min
Jin dan Ja Ae mengaku merasakan hal yang sama.
“Apa
kita akan mulai sekarang? ini akan menjadi tugas terakhir kita di Urk.” Ucap Mo
Yeon.
Mo
Yeon bersama tim-nya memeriksa pasien satu per satu yang di rawat di ruangan
rawat. Pertama, Myeong Ju yang terlihat sudah pulih dengan cepat. Mo Yeon
menyuruhnya untuk istrirahat dua hari, lalu bisa keluar dari ruangan rawat.
Myeong
Ju menahan tangan Mo Yeon yang hendak pergi, mengatakan ia akan mengobati Mo
Yeon sekarang dan langsung memegang pundak Mo Yeon. Mo Yeon pun menjerit
kesakitan. Myeong Ju menanyakan apa Mo Yeon sudah meminum obat dan menyuruh
untuk mengganti perbannya agar tidak terinfeksi serta tak boleh mandi selama 2
hari, kemudia menyuruh Mo Yeon bisa pergi sekarang. semuanya tersenyum karena
sesame dokter saling memeriksa.
Mo
Yeon memeriksa Manager Jin meminta disediakan bubur untuk besok dan memberikan
obat sefaleksin. Manager Jin sudah bisa membuka mata meski masih terbaring. Mo
Yeon mengatakan manager Jin sudah keluar dari masa kritis, tapi hampir saja
menewaskan banyak orang. Dan memberitahu Manager Jin akan dipindahkan ke Korea,
serta berharap manager Jin mendapatkan ganjaran atas kesalahannya.
Manager
Jin malah masih sempat-sempatnya menanyakan berlian. Mo Yeon sengaja
memberitahukan kalau berlian itu sudah diberikan ke pihak Amerika dan brilian
miliknya telah hilang agar Manager Jin merasa terpuruk. Manager terlihat sedih.
Lalu
mendatangi ruang rawat Min Jae, menanyakan keadaannya. Min Jae duduk dengan
tegap sambil tersenyum lebar. Mo Yeon melihat Min Jae adalah pasien yang paling
sehat. Min Jae menanyakan apakah di Korea sedang musim dingin. Karena ia tidak
menyukai dingin. Mo Yeon hanya tersenyum.
Kim
bum datang memanggil Mo Yeon memberitahu ada kiriman fax untuk Dr. Lee. Menurut
Mo Yeon itu pasti hasil lab. Min Jae bertanya apa tak masalah jika ia yang
melihatnya.
Min
Jae memberikan hasil lab itu pada Chi Hoon. Chi Hoon malah mengkhawatirkan Min
Jae yang datang ke ruang isolasi. Min Jae memberitahu mereka semua akan kembali
ke Korea, termasuk pasien dan dokternya. Dengan gaya jutek, Min Jae merasa Chi
Hoon senang melihat dirinya.
Chi
Hoon bahagia melihat hasilnya negatif dan memberitahukan Min Jae ia tak akan
mati karena virus. Min Jae menyindir Chi Hoon yang terlihat bahagia karena tak
akan mati. Chi Hoon pun diam, merasa bersalah meninggalkan Min Jae dan
membuatnya hampir mati.
Akhirnya,
Min Jae mengaku ia juga bahagia karena Chi Hoon tak akan mati. Mendengar itu
Chi Hoon terimakasih dengan mata
berkaca-kaca. Min Jae mengatakan jangan berterima kasih dan meminta maaf
padanya karena ia tak akan meminta maaf. Dan langsung pergi meninggalkan Chi
Hoon. Chi Hoon pun merasa lega terlepas dari rasa bersalah dan virus.
Chi
Hoon mencuci mukanya dan dikagetkan oleh anak terkena keracunan. Chi Hoon
berjongkok menanyakan kapan anak itu datang dan apa ia berjalan sendirian lagi.
Anak itu memegang kening Chi Hoon, mengatakan dengan bahasa Urk sudah baikan
sekarang. Chi Hoon melepaskan tangan anak itu memberitahu sudah tidak sakit dan
sehat. Kemudian meminta anak itu untuk menunggunya sebentar karena ia ingin
memberikan sesuatu.
Chi
Hoon memberika sepasang sepatu dan meminta untuk dipakai saat dewasa, kalau
memang butuh uang bisa dijual juga dan memberitahu sepetu itu hanya ada 50
pasang di dunia. Si anak malah mengatakan tak membutuhkan sepatu tetapi
kambing.
Chi
Hoo yang tak mengerti bahasa Urk, malah percaya diri, merasa anak itu akan
sangat merindukannya dan membalasnya dirinya juga sangat merindukannya.
Chi
Hoon menanyakan nama asli anak itu karena Blackey adalah nama desa. Anak itu
malah mengatakan ia memerlukan kambing untuk dipelihara. Chi Hoon malah mengira
anak itu menyebut namanya. Si anak tetap meminta Chi Hoon membelikannya
kambing. Chi Hoon malah merasa sangat
mengerti perasaan anak itu. Ia pun memeluk anak itu. *hahhahha…. Lucu yang satu
maksudnya apa, yang satunya lagi mengerti apa.
Mo
Yeon duduk di tangga, mengingat kejadian saat Si Jin menyelematkannya dari
tembakkan peluru Argus. Dan Si Jin yang berpikir ia ingin memutuskan hubungan
mereka.
Flash Back
Sepulang
dari penyanderaan, Mo Yeon melihat Si Jin duduk sendirian. Si Jin mengingat
saat operasi gabungan ia memanggil Argus untuk foto bersama. Keduanya tampak
sangat dekat.
Foto
kenangan terakhir Si Jin bersama Argus sengaja dibakar oleh Si Jin. Airmatanya
teru menerus mengalir. Mo Yeon bersandar dibalik tembok Si Jin bersandar. Si
Jin melihat foto yang dibakarnya, teringat kembali ia membunuh teman dekatnya
dengan tangannya sendiri.
Mo
Yeon mengetahui bagaimana perasaan Si Jin yang sedih, lalu dengan tangannya
menutup mata Si Jin mengatakan hal yang sama kalau Si Jin harus menghapus
kejadian kemarin dari kenangannya. Mo Yeon menangis duduk di dekat tangga.
Si
Jin baru masuk ke ruangan melihat Mo Yeon menghampirinya, Mo Yeon tiba-tiba
mengajak untuk minum kopi bersama dan meminta dibuatkan Si Jin dan ia akan
menunggunya di luar.
Si
Jin membawa dua cangkir kopi buatannya ke tempat biasa mereka bertemu., lalu
memberikan cangkir kopi pada Mo Yeon. Mo Yeon pun berjalan mendekat untuk
memeluk pacarnya. Si Jin terdiam karena tidak menyangka Mo yeon akan
memeluknya.
“Aku
sudah melakukan tugasku tadi sebelum kau kembali. Aku juga senang, Letnan Yoon
bisa pulih dnegan cepat. Dan aku maun mengikat rambutku tadi, tapi aku tak
punya karet gelang. Aku sudah mencari ke mana-mana, tapi tidak ketemu, karet
gelangnya sudah habis,” cerita Mo Yeon dalam pelukkan Si Jin
Mo
Yeon mengatakan mulai sekarang ia akan menceritakan hal-hal kecil seperti ini
pada Si Jin. Maksudnya, ia akan mencoba bertahan di sisi Si Jin. Jadi Si Jin
juga harus mengatakan apapun padanya dan berjanjilah satu hal.
“Izinkan
aku untuk khawatir. Karena saat kau berjam-jam tak bersamaku, maka aku tak bisa
untuk tidak khawatir. Jadi saat kau harus tetap mengatakannya bahkan jika itu
membuatku khawatir. Misalnya, saat kau pergi ke mall, aku akan mengerti bahwa
itu adalah misi yang sulit. Setidaknya saat kau sedang mempertaruhkan hidupmu,
jangan biarkan aku tidak tahu apa-apa,” ucap Mo Yeon. Si Jin mengangguk setuju.
Mo
Yeon berjalan mundur sambil menanyakan, “Kau pilih aku atau negara kita?
Jawablah dengan bijaksana, karena aku hanya bertanya satu kali.”
Si
Jin menjawab untuk sekarang memilih Mo Yoen, Mo Yeon melotot mendengar Si Jin
menambahkan untuk sekarang. Si Jin mengatakan Mo Yeon hanya akan bertanya satu
kali saja. Mo Yeon berkata itu karena belum mendengar jawaban Si Jin, tapi
sekarang ingin bertanya lagi. Si Jin
mengatakan jawabannya tetap Kang Mo Yeon.
Mo
Yeon sedikit percaya sembari menerima cangkir kopinya, bertanya bagaimana dengan
negaranya. Si Jin merasa negaranya itu tak mungkin akan cemburu, lalu menagajak
bersulang dengan gelas kopi. Mo Yeon mengeluh cara pacaran mereka yang sangat
aneh karena prianya menganggap negara sebagai mertuanya.
Tiba-tiba
Si Jin menarik Mo Yeon ke dalam pelukkannya, dan berjanji tak akan membuat
khawatir lagi. Mo Yeon memeluk erat Si Jin, mengatakan kalau ia sudah
mengetahui hal itu. Si Jin mengelus rambut Mo Yeon, memujinya sangat
menggemaskan. Mo Yeon dengan bangga, mengatakan ia tahu itu. Si Jin tersenyum
mendengarnya. Keduanya saling berpelukan erat dengan secangkir kopi di
tangannya.
Dae
Young memegang leher Myeong, mengecek suhu tubuhnya. Myeong Ju memeganga tanga
Dae Young mengatakan keadaannya sudah baikan sekarang karena sudah tidak demam
dan napsu makannya sudah kembali.
Myeong
Ju kepingin makan sup ayam, daging babekyu panggang, soju dan bir. Dae Young
mengejek, sepertinya Mo Yeon memang sudah pulih karena sudah mau minum bir.
Myeong
Ju mengaku ia semua yang ia suka berawal dari huruf ‘S’. Sup ayam (seared)
barbekyu panggang, Soju dan bir, serta Seo Dae Young. Lalu teringat smooth juga
berawal dari ‘S’. Dae Young membalas dasar swindler (penipu).
Myeong
Ju mengembalikan kalung tentara yang dipakainya pada Dae Young, lalu mengatakan
“Saranghae (Aku mencintaimu)”. Keduanya tersenyum bahagia.
Ki
Bum berteriak pada Kaptennya, karena melihat memasukan tutup botol kecap ke
dalam ayam. Si Jin malah menganggap tutup botol itu kurma. Ki Bum memberitahu
makanan itu tak bisa dimakan. Si Jin malah langsung memerintahkan merekan untuk
mulai memasak. Ki Bum kembali berteriak.
Dae
Young mengangkat sendok dan pasti rasanya akan enak. Menurut Si Jin bisa
dimasukan dan Dae Young makan sendiri saja. Ki Bum mengeluh karena mereka
asal-asalan memasak dan meminta agar keluar saja. Dae Young berkata mereka
menuangkan cinta dalam makanan, lalu memasukan ayam yang sudah diisi ginseng ke
dalam air mendidih. Si Jin mengingatkan Dae Young tak lupa memberikan garam.
Seperti seorang chef yang professional menaburkan garamn dalam masakannya. Si
Jin memuji itu sangat bagus.
Dae
Young memberikan sepotong ayang di piring makan, Myeong Ju tak percaya mengaku
merasa terharu dibuatkan makanan oleh Dae Young. Ma Yeon menilai Si Jin memang
cocok dengan celemek yang dipakainya.
Si
Jin duduk di depan Mo Yeon, dengan percaya diri mengatakan ia adalah suami
idaman kan. Dae Young berkata sengaja
memasak karena melihat keduanya sudah banyak menderita tapi tak yakin dengan
rasanya. Mo Yeon berkomentar rasanya enak dan rasa asinnya pas.
Myeong
Ju menimpali, Kopral Kim benar-benar juru masak yang handal dan akan merinduka
masakannya saat pulang ke Korea. Kedua pria itu hanya bisa diam karena ketahuan
makanan itu buatan Ki Bum.
Myeong
Ju bercerita, ia pernah pergi ke resto sup ayam.Mo Yeon tahu Myeong Ju pergi
dengan Min Yun Gi. Si Jin menatap Mo Yeon yang menyebut nama yang asing
baginya.
Myeong
Ju menyangkanya, tapi pria itu yang mengikutinya karena ingin memberitahu
sesuatu dan merasa Mo Yeon masih berpikir dirinya yang merusak hubungan
keduanya. Mo Yeon mengatakan memang seperti itu kan dan ingin tahu apa yang
dikatakan Yun Gi. Myeong Ju memberitahu bahwa Yun Gi mengatakan tak punya
hubungan dengan Mo Yeon.
Mo
Yeon pun marah mendengarnya. Myeong Ju kembali berkata kalau kalian hanya teman
belajar.
“Hanya
teman belajar? Bukan hanya teman, tapi kami pacaran sejak bulan April.” Tegas
Mo Yeon. Si Jin menatap sinis.
“Dia
mengajakku makan saat liburan selesai.” Ucap Myeong Ju tak mau kalah dan Dae
Young juga menatap sinis.
Mo
Yeon kembali menegaskan kalau mereka pacaran dari bulan April tahun sebelumnya.
Myeong Ju mengejek kalau Mo Yeon cinta bertepuk sebelah tangan. Mo Yeon
berteriak kalau ia memang berpacaran dengan Yun Gi. Keduanya pun tersadar
dengan tatapan-tatapan tajam dari pria di depan mereka.
“Apa
karena si Min Yun Gi ini kalian selalu bertengkar?” tanya sinis Dae Young.
Si
Jin merasa akan begadang karena penasaran dengan pria ini. Mo Yeon dan Myeong
Ju bersamaan membela diri, kalau semuanya salah paham.
“Kalian
marah karena satu foto kami, tapi kalian malah pernah pacaran dengan pria lain.
Aku jadi marah,” ucap Si Jin ketus.
“Aku
akan membunuh pria yang berani memermainkan wanita cantik,” timpal Dae Young.
Si
Jin berdiri membuka celemeknya yang merasa pria itu adalah dokter, disusul Dae
Young yang membuka celemeknya juga sambil berkata akan mencari pria itu dan
melakukan FEO. Lalu melemparkan celemek ke atas meja dan langsung pergi
meninggalkan kedua wanita itu.
Si
Jin berteriak, entah reaksi apa yang nanti terjadi jiak melihat pria itu. Dae Young
berpikir menembak ataupun meledakkannya tidak akan pernah cukup.
Kedua
wanita itu hanya diam. Myeong Ju memegang kepalanya tak percaya dengan
kegagalan hubungan semacam ini. Mo Yeon menyalahkan Myeong Ju yang membahas
lebih dulu, Myeong Ju membalas kalau Mo Yeon yang lebih dulu membicarakan Min
Yun Gi.
Mo
Yeon merasa bukan waktunya membahas siapa yang salah. Tapi bagaimana bisa
meyakinkan mereka. Dan mengeluh bagaiman bisa masa lalu terungkap kerena makan
sup ayam. Myeong Ju meminta Mo Yeon tak perlu mengkhawtirkannya, tapi
khawatirkan diri Mo Yeon sendiri, karena ia kan berpura-pura sakit dan yakin
Dae Young bisa memaafkannya. Mo Yeon pun merasa iri.
Mo
Yeon masuk ke ruangan Si Jin dengan terbatuk-batuk, lalu mengatakan ia
baik-baik saja dan hanya demam sedikit. Kemudian memegang kepalanya dan
terkejut karena terasa panas. Ia merasa Si Jin pasti khawatir tapi ia baik-baik
saja. Si Jin dengan acuh mengatakan tahu kalau Mo Yeon baik-baik saja.
Si
Jin menyindir kalau Mo Yeon pasti sedang memikirkan si pria hebat Yun Gi. Mo
Yeon berpikir taktik pura-pura sakitnya gagal, lalu mengajak untuk bicara.
“Denganku?
Ahhh… kau pernah pacaran dengan Yun Gi, tapi kau ingin bicara denganku?” ucap
Si Jin masih marah dan ngambek.
“Tidak
bisa ya?” tanya Mo Yeon.
“Kau
pikir, kau siapa?” ucap Si Jin sinis.
Mo
Yeon mengerti karena mereka membahasnya, ia jadi ingin menelepon Yun Gi. Si Jin
menantang, kalau Mo Yeon berani meneleponnya dan lihat apa hasilnya. Melihat
sikap Si Jin seperti itu membuat Mo Yeon sangat ingin meneleponnya.
Mo
Yeon pun menelepon tapi Si Jin melempar ponsel Mo Yeon seperti pertama kali
bertemu, namun kali ini Mo Yeon lah yang menangkap ponselnya. Si Jin sempat
kaget melihatnya. Mo Yeon meminta Si Jin untuk mendengarkan perkataannya
baik-baik. Si Jin bertanya, mendengarkan apa lagi.
“Di
antara semua pria yang ada di bumi, aku paling menyukai Yoo Si Jin. Kami sudah
merusak 3 mobil, jatuh ke jurang bersama, berjuang melawan penyakit
bersama-sama, dan aku mendapat luka tembak karena dia juga. Meskipun begitu aku
sangat menyukainya. Dan juga karena dia bukanlah pengecut, dia selalu saja
menjadi pria yang terhormat, serta selalu tampan setiap saat. “ akui Mo Yeon
blak-blakkan. Si Jin pun tersenyum senang mendengarnya.
Mo
Yeon bertanya apa Si Jin keberatan dengan ucapannya, Si Jin menjawab tidak
dengan menahan senyumannya.
Mo Yeon mau memberitahu sesuatu apa Si Jin mau
mendengarnya atau tidak. Si Jin langsung duduk dia atas meja dengan jarak yang
berdekatan berkata ia selalu siap mendengarnya. Mo Yeon tak menyangkan sikap Si
Jin berubah setelah dipuji.
Mo
Yeon ingin menjenguk Fatima dan menanyakan apa Daniel dan Ye Hwa bisa menjadi
wali Fatima. Menurut Si Jin Daniel Ye Hwa orang yang selalu berpindah tempat.
Tapi ada satu orang yang bisa dipercayai dan Mo Yeon pasti menyukainya.
Si
pelayan bar kaget ditunjuk sebagai wali. Si Jin mengatakan bahwa pelayan itu
yang telah menyelematkan anak itu. Si pelayan bar bertanya kenapa ia ditunjuk
sebagai wali. Si Jin menjawab, ia percaya pada seseorang yang memberinya
keuntungan. Si pelayan pun setuju dan Si Jin mengucapkan terima kasih pada
Valentine.
Mo
Yeon berpesan agar Fatima mendengarkan ucapan Valentine dan mengirimkan surat
kepada Mo Yeon. Fatima menolaknya. Mo Yeon mengumpat, kalau ia yang membayar
sekolah Fatima, jadi apa yang ia harus mengemis pada Fatima untuk berkabar.
Valentine
menegur Fatima agar menjadi anak yang baik. Fatima pun langsung berubah sopan
pada Mo Yeon. Mo Yeon berpikir Fatima akan menjadi orang yang sukses nantinya
dan akan selalu penasaran apa yang sedang dilakukan Fatima, jadi Fatima tetap
harus menghubunginya.
Si
Jin mengajak Mo Yeon ke sebuah tempat tertinggi di Urk dengan pemandangan rumah
yang berbaris rapi. Si Jin bertanya apa yang ingin dilakukan Mo Yeon saat
kembali ke Korea nanti. Mo Yeon menjawab, ingin mandi air panas dan bertanya
balik apa pada Si Jin apa yang ingin dilakukannya. Si Jin menjawab, ingin
menonton film. Mo Yeon melirik mengejek karena hari itu mereka tidak jadi
menonton.
Si
Ji pun mengajak Mo Yeon untuk menonton film. Mo Yeon setuju dan merasa bisa
melakukan kegiatan biasa daripada diculik dan menjadi sendera.
“Kita
bisa menonton film, makan, minum kopi dan pulang ke rumah bersama,” ucap Mo
Yeon.
“Dan
mengisi air dalam bathtub saat kau pulang,” ucap Si Jin menggoda sambil berjalan
mundur.
Mo
Yeon meminta Si Jin untuk berhenti tapi Si Jin tetap berjalan mundur, menyuruh
Mo Yeon pulang lebih dulu setelah itu batu menyusul dan memperingatkan agar Mo
Yeon tak pergi ke hotel dengan ketua rumah sakit, dan tak boleh berhubungan dengan
Yun Gi. Mo Yeon tetap meminta Si Jin berhenti melangkah.
Lalu
Si Jin melemparkan batu dari pantai kapal terdampar pada Mo Yeon. Mo Yeon
dengan sigap menangkapnya dan tak percaya Si Jin masih menyimpannya.
Flash Back
Si
Jin mengatakan, “Warga di sini percaya bahwa kau mengambil batu ini, maka kau
bisa kembali lagi ke sini.” Lalu memberikannya pada Mo Yeon.
Flashback End
Mo
Yeon berjalan mendekati Si Jin yang berdiri di depannya. Si Jin merasa
sekaranglah waktunya Mo yeon melihat apakah mitos itu sungguhan. Keduanya
tersenyum.
Si Jin mengulurkan tangannya, Mo Yeon pun memberikan tangannya untuk digenggam Si Jin. Si Jin memuji Mo Yeon yang sudah berusaha keras. Mo Yeon membalas, Si Jin juga sudah berusaha keras sebagai kapten.
Si Jin mengulurkan tangannya, Mo Yeon pun memberikan tangannya untuk digenggam Si Jin. Si Jin memuji Mo Yeon yang sudah berusaha keras. Mo Yeon membalas, Si Jin juga sudah berusaha keras sebagai kapten.
Terdengar
bunyi lonceng yang sangat keras, Mo Yeon dan Si Jin berciuman di menara jam
terbesar di Urk.
Seperti
biasa, semua tentara berolahraga pagi. Mo Yeon, Ja Ae dan Min Jae tak ingin
melewatkan momen itu karena ini adalah hari terakhir mereka di Urk. Mo Yeon merasa
melihat tubuh yang asing. Min Ji juga melihatnya di bagian depan. Dan ternyata
pria itu adalah Sang Hyun yang berlari dengan celana pendek.
Min
Ji merasa Sang Hyun melakukannya untuk Ja Ae dan merasa gemas kenapa keduan
tidak jadian saja. Ja Ae langsung pamit masuk karena mau packing barang. Min
Jin panik, apa ia salah ucap. Mo Yeon menjawab tidak dan merasa Ja Ae adalah
wanita yang sama hebatnya dengan Dr. Song karena keduanya seperti pasangan anak
SMA. Min Ji tak mengerti apa yang dikatakan Mo Yeon.
Mo
Yeon malah mengejek, kalau anak-anak masih belum boleh tahu.
Semua
tim medis mengeluarkan koper untuk kembali ke Korea. Terdengar sirine, semua
langsung menghadap bendera Korea yang berkibar lalu menundukan kepala mengenang
kejadian gempa yang pernah terjadi.
Woo
Geum mulai mengambil foto tim medis yang telah menjadi relawan di Urk dan
gempa. Lalu para tentara bergabung dan dikomandoi oleh Si Jin, semua langsung
memberikan hormat. Mo Yeon tersenyum di samping Si Jin, Dae Young terlihat
gagah di samping Myeong Ju yang sudah sembuh. Sang Hyun bahagia di samping Ja
Ae.
Mo
Yeon berjalan untuk masuk kerja, Ja Ae menyapanya dengan senyuman sambil
mengeluh sekarang tempat kerjanya jauh sekali dari rumah, berbeda saat di urk
yang tendanya dekat dengan Medicube. Mo Yeon menambahkan mereka bisa melihat
‘merpati Urk’.
Chi
Hoon dan Min datang ikut bergabung dengan keduanya. Chi Hoon merasa seperti
baru pertama kali masuk kerja. Min Ji juga merasakan hal yang sama. Sang Hyun
sudah di depan menyambut mereka dan mengatakan cuaca Korea sangat dingin. Semuanya menatap gedung rumah sakit, Mo Yeon tak percaya mereka sudah kembali
bekerja di rumah sakit.
Bersambung ke Episode 13…
Komentar:
Episode
ini serasa episode terakhir ya. Semua konflik yang ada di Urk sudah selesai,
konflik Argus, gempa, virus, dan masalah kedua couple kita, yang semakin ke sini semakin so sweet. Apalagi saat
pelukkan kopi, mana sangka Si Jin bakalan dipeluk Mo Yeon. Lalu, saat Si Jin
ngambek karena cemburu dikirai bakalan panjang, tapi nyatanya langsung meleleh
dengan rayuan maut Mo Yeon.
Dan
sekarang kita akan come back to Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar