Senin, 29 Februari 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 1 Part 2




Myung Joo terpaku melihat Dae Young yang baik-baik saja. Mereka saling berhadapan. Perawat bergegas membawa Ki Boem yang terluka dari Dae Young dan Shi Jin. Shi Jin menemani Ki Beom dan meninggalkan Myung Joo dan Dae Young. 

Myung Joo berjalan mendekat, “Apa yang terjadi? Kau sepertinya baik-baik saja setelah kecelakaan. IKut aku.”


Mo Yun datang memeriksa Ki Boem. Mo Yun bertanya apa yang terjadi pada pasien ini? Shi Jin menjawab, dia tadi mengalami kecelakaan. Dia terlibat dalam kecelakaan yang menyedihkan. Mo Yun bilang, luka ini pasti dari hasil perkelahian. Apa kalian berdua yang memukulnya? Shi Jin tak percaya dituduh seperti itu. Mo Yun langsung bertanya pada Ki Boem siapa yang melakukannya? Apa dia yang memukulmu?

“Bukan dia. Malah dia yang telah menyelamatkanku.” Jawab Ki Boem.

“Kau sudah ada di rumah sakit. Jadi kau tak perlu khawatir. Kami punya satpam, kau bisa mengatakan yang sebenarnya. Apa dia memukulnya?” tanya Mu Yun sekali lagi.

“Bukan dia. Aku tak berbohong.”

“Kau tak percaya pada apa yang dia katakana, kan?” ucap Shi Jin dengan tatapan dan senyuman yang mematikan.

Mo Yun malas berdebat dan lebih mementingkan pemeriksaan pada pasiennya. Setelah itu dia meminta pada perawat untuk menyuruh security memeriksa CCTV. Mo Yun keluar dan Shi Jin menyusulnya. Mo Yun meminta untuk melepaskan tangannya. Shi Jin bilang baiklah, setelah aku meluruskan masalah ini.

“Dia mengatakan yang sebenarnya. Anak itu…” ucap Shi Jin.

“Apakah dia adalah anakmu?” potong Mo Yun. Shin terdiam.

“Pasienmu itu, mencuri ponsel temanku, karena itulah kami ke sini mencarinya. Kamii melihatnya dipukuli oleh sekumpulan geng dan kami membantunya.” Jelas Shi Jin.

“Kau membantu pencuri yang telah mencuri ponsel temanmu?” tanya Mo Yun yang tak percaya. Shi Jin mengangguk.



“Aku lebih percaya bahwa kaulah geng itu.”  Ucap Mo Yun sambil menekan nomor di ponselnya untuk menelepon polisi. Shi Jin yang mendengar itu langsung merampas ponsel Mo Yun dengan cara yang super keren. *aku suka bangen scene ini. Shi Jin menjatuhkan ponsel itu dari Mo Yun yang sedang telepon lalu menangkapnya.

Shi Jin bilang dia tidak mau berurusan dengan polisi dan itu semakin membuat Mo Yun curiga. Shi Jin menjelaskan kalau sebenarnya mereka adalah tentara yang saat ini sedang berlibur. Dia tak mau terlibat dengan polisi karena itu akan mereporkan. Akan banyak dokumen yang harus diisi. Shi Jin memohoin kerja sama.

Mo Yun tak peduli mau Shi Jin itu tentara atau gangster. Mo Yun meminta kembalikan ponsel yang direbut Shi Jin. Shi Jin menunjukan kalung tag tentara dan mengeluarkan kartu identitasnya. Tapi Shi Jin bilang itu bisa saja tiruan mungkin saking kesalnya, karena bagaimana pun Mo Yun tidak akan percaya.

“Kau lulusan mana? Karena ini adalah RS. Haesung , apa kau alumni universitas Myungin?” tanya Shi Jin.

“Untuk apa kau bertanya?”

“Apa kau mengenla Yoon Myung Joo? Mungkin kalian seangkatan.”

“Bagaimana kau bisa mengenalnya? Apa kau… si Kopral atau yang lebih tinggi atau semacamnya itu.”

“Yang kau maksud Busagwan.”

“Ya Busagwan. Apa itu kau?”

“Bukan aku, tapi kau harus ikut denganku. Aku bisa mengenal seseorang yang bisa membuktikan identitasku. 
***
Myung Joon mengatakan pasti sulit bagi Dae Young menghindarinya. Dae Young mengiyakan dengan bahasa formal. Myung Joon kesal karena Dae Young tidak bisa berbahasa santai padanya tanpa melihat  pangkat. Myung Joon menembak mungkin Dae Young akan mengabaikannya kalau bukan tentang pangkat yang lebih tinggi. Lagi-lagi Dae Young mengiyakan. Myung Joo kesal dan mengeluarkan semua unek-uneknya. Myung Joon bertanya kenapa Dae Young terus menghindarinya. Dae Young bilang aku berharap kau tidak berpikir, aku menghindarimu demi kebaikanmu letnan Yoon. Hatiku sudah berubah. Dan tidak bisa menjelaskan apa pun yang berhubungan dengan hati.


Myung Joon tidak percaya. Dae Young permisi pergi. Myung Joon menggunakan kekuasaannya untuk mencegah Dae Young untuk pergi. Dae Young malah menghadap memberi hormat. Myung Joon jalan mendekat dan bilang dia tidak menerima hormat dan teruslah begitu sampai besok pagi. Untung Shi Jin datang menurunkan tangan Dae Young yang memberi hormat.


“Kau ini. Kau sudah menyalahgunakan pangkatmu.” Ucap Shi Jin.

“Ini adalah pelajaran untuk tentara yang pengecut,” jawab Myung Joon dan bertanya ada (urusan) apa (Shi Jin ke sini)?

“Aku ke sini untuk menyembuhkan kehormatan prajurit kami. Aku ingin kau mengkonfirmasi identitas kami padanya.” Ujar Shi Jin.

“Dia tak akan percaya padaku,” balas Myung Joon

“Aku lebih percaya dengan orang kenalanku daripada orang yang baru kutemui. Beritahu aku” timpal Mo Yun.

“Begitu ya? kalau begitu kau harus melaporkan mereka berdua. Mereka adalah tentara yang melarikan diri.” Kata Myung Joon yang langsung pergi.

Dae Young meminta Mo Yun mengembalikan ponselnya. Mo Yun menyuruh Shi Jin memberikan ponse itu. Shi Jin menggurutu melihat kejadian hari ini. Dia jadi penasaran dengan file di ponsel.

Lalu Shi Jin bertanya pada Mo Yun, “apa urusan kita sudah selesai?”

“Identitasmu memang benar. Tapi serangan itu adalah masalah yang berbeda. Iku aku,” ucap Mo Yun ketus. Shi Jin berkacak pinggang dan  menghela napas melihat Mo Yun yang terus mencurigainya.

 Security meminta Mo Yun dan Shi Jin menunggu 5 menit. Tinggallah mereka di koridor RS. Mo Yun menyandar ke dinding begitu juga Shi Jin tapi tanpa sengaja tangannya tersentuh tangan Mo Yun. Membuat Mo Yun melipat tangan di pinggang. Suasana jadi canggung sampai akhirnya Mo Yun memulai percakapan.

“Jadi bagaimana kau bisa mengenal Myung Joon?”


“Kami masuk di akademi militer yang sama.” Jawab Shi Joon. “Apa  kau mau mengkonfirmasinya setelah tahu identitasku tadi? Apa aku terlihat seperti pembohong?” ucap Shi Jin sambil melihat Mo Yun.

Mo Yun tertawa kecil, “Pembunuh biasanya memang terlihat ramah.”

“Benar juga sih,” kata Shin Jin.

“Kau membuatku takut sekarang. Hanya ada kita berdua di sini.”

“Jangan khawatir. Aku selalu melindungi wanita cantik, orangtua dan anak-anak. Itulah prinsipku.”

“Baguslah. Aku salah satu dari prinsipmu.”

“Tidak kok.”

“Yang kumaksud aku ini orangtua. Big Boss siapa namamu?”

“Namaku Yoo Shi Jin. Siapa namamu?”

“Kang Mo Yun.”

“Senang bertemu denganmu.” Ucap Shi Jin sambil mengulurkan tangannya. Tapi Mo Yun tidak mau berjabat tangan dan mengatakan tak usah berlebihan.
***   
Dae Young menemani Ki Boem yang sedang berbaring di tempat tidur.  Ki Boem pun terbangun.

“Sepertinya kau sudah sadar. Kau suka olahraga apa? Aku dulu suka main judo sampai aku masuk SMA.  Kenapa kau diam saja dipukuli?”

“Agar masalah cepat selesai. Tapi bagaiman kau tahu aku suka olahraga?”

“Saat kau dipukuli tadi. Karena dalam olahraga kita belajar bukan untuk menghajar orang lain.”

“Aku dulu pemain taekwondo sampai aku masuk SMA.”

“Kau menguasainya?”

“Aku pernah meraih Medali emas dan…”

Pembicaraan mereka terputus karena perawat datang untuk mengkonfirmasi data Ki Boem tentang keluarga. Ki Boem bilang dia tidak punya keluarga.

“Aku keluarganya,” ucap Dae Young.
***


Di ruang security CCTV, Mo Yun heboh sendiri melihat aksi Shi Jin menyerang para preman yang memukul Ki Boem. Diam-diam Shi Jin menatap dan tersenyum melihat Mo Yun.

Mo Yun meminta maaf atas kesalah pahamannya. Shin mengambil kesempatan untuk membuat Mo Yun mengobati lukanya. Mo Yun bertanya di mana? Shi Jin pun menunjukan perutnya. Mo Yun malah menusuk perutnya dengan jari membuat Shi Jin kesakitan. Mo Yun bilang Shi Jin jago acting juga ya.
Shin Jin mengelak kalau dia tidak berakting. Shi Jin membuka baju dan menunjukan lukanya. Tentu Mo Yun kaget. Mo Yun pun memeriksa luka itu dengan serius.  Diam-Diam Shi Jin tersenyum. *owalah dasar itu cuman modusnya Shi Jin doang. Itu kan luka lama waktu tergores pisau tentara Korut di awal episode.


Di ruang pengobatan, Mo Yun mengobati luka Shi Jin.

“Sepertinya lukamu terluka saat melawan mereka. Kapan kau terluka?” tanya Mo Yun.

“Beberapa hari yang lalu.”

“Kenapa bisa?”

“Aku terluka saat menjalankan beberapa tugas buruh. Begitulah tentara melakukan tugas buruh.”

“Begitu ya? pekerjaan yang aneh ya? kau terkena luka tembakan, saat kau melakukan tugas buruh.” Kata Mo Yun. Shin kaget kok Mo Yun bisa tahu. “Ini adalah luka tembak.”

“Apa kau pernah melihat luka tembak?”

“Aku belum pernah melihatnya di Korea, tapi saat aku jadi suka relawan di luar negeri Afrika.”

“Karena kau sudah tahu. Ini lukaku saat perang di Normandia. Tembakan itu jatuh seperti hujan, tapi aku harus melewatinya untuk menyelamatkan temanku.”

“Apakan namanya tentara Ryan?” tanya Mo Yun. Shi Jin tersenyum kecil.

“Aku sudah menjahitnya. Kau bisa melepasnya minggu depan. Dan kau harus tetap mensterilkan setiap hari. Ada rumah sakit kan di sana?” tanya Mo Yun.

“Atau kah aku harus ke sini saja?” potong Shi Jin.

“Bukan kah di sini terlalu jauh?” tanya Mo Yun heran

“Memang. Apa aku bisa datang ke sini setiap hari?”

“Tidak perlu. Kau bisa datang tiga atau empat kali seminggu jika kau ingin cepat sembuh.”

“Apa kau mau menjadi dokterku?” tanya Shi Jin.

“Hanya untuk sterilisasi saja. Tak perlu dokter pribadi untuk itu.”

“Tapi aku perlu. Terutama jika dokternya cantik.

“Jika kau memilih dokter berdasarkan penampilan mereka. Kau tidak salah pilih. Aku akan mengobatimu  pukul siang.”


“Dokter biasanya tak punya pacar. Karena mereka terlalu sibuk.” Ucap Shi Jin sambil mendekati Mo Yun.  

“Tentara biasanya tak punya pacar. Karena mereka selalu perang.” Balas Mo Yun.

“ Siapa yang tahu?” kata Shi Jin.
***          

Shi Jin sibuk memilih seragam mana yang akan dipakainya. Dia pun bertanya pada Dae Young yang baru saja datang dari berolahraga. Dae Young heran memang Shi Jin mau ke mana. Shi Jin bilang dia mau ke Rs. Haesung untuk mensterilkan lukanya. Teman Shi Jin berkata dia tetap mau pergi jauh-jauh meski di sini ada klinik. Shi Jin menjawab dia harus cepat sehat agar bisa melindungi negara karena di sana mempunyai staf dan peralatan yang terbaik. Dae Young pun menerka pasti karena dokternya cantik kan?


Shi Jin bilang dokter di sini tak begitu cantik. Dae Young menjawab ada satu. Si kawan yang memegan kaca menimpali kalau dia tahu. Pasti letnan Myung Joon kan? Si kawan yang tak tahu apa-apa malah terus memuji Myung Joon dan membicarakan pacar yang sudah memutuskan Myung Joon.  Hahhah teman-teman yang lain buru-buru menutup mulutnya dengan kaca. Shin Jin bilang karena rasa ingin tahumu itu. Kau akhirnya mati.

Dae Young juga mau ikut ke RS. Haesung. Shi Jin heran ada urusan apa. Ternyata urusan membayar pengobatan Ki Boem. Shin Jin mengomel, gaji kita kan tidak banyak. Shi Jin menasihati Ki Boem untuk bersikap baik mulai sekarang. lalu Shi Jin permisi untuk menemui dokter alias Mo Yun.

Dae Young memberi resep dokter dan berpesan setelah makan minum obatnya. Ki Boem mengucapkan terimakasih karena sudah membayar biaya pengobatannya tapi dia tidak bisa kembali membayar Dae Young dan jangan menceramahinya lagi. Dae Young bilang tidak akan dan pergilah. Dae Young hendak pergi tapi dihentikan Ki Boem. Dia meminta maaf soal ponsel. Dae Young menerima maafnya Ki Boem.
Lagi-lagi Ki Boem menghentikan langkah Dae Young. Ki Boem bilang dipukul atau membayar, mereka tidak akan berhasil. Bagaimana kau bisa lepas dari gengster? Dae Young menjawab kalau dia pergi ke tempat di mana yang tidak bisa diikuti mereka. Ki Boem bertanya di mana itu?

Shi Jin mencari Mo Yun dan menemukan Mo Yun yang sedang duduk di atas pasien sambil menekan dada pasien. Mo Yun berkata kita lebih membutuhkan banyak darah. Perawat membalas dia akan mengambil 5 kantong. Mo Yun terus meminta lebih cepatlah lagi mendorong tempat tidur pasien.


Diam-diam Shi Jin membantu mendorong sambil tersenyum manis. Dan nampak lah bintang tiga milik Shi Jin.


Tiba sampai di ruang operasi, tertulis Mo Yun sebagai dokter bedah yang akan melakukan operasi. Shi Jin menunggu di luar.  Operasi itu selesai sampai malam. Mo Yun pun sadar kalau tadi Shi Jin datang.

Shi Jin sedang berolahraga dan terhenti oleh dering ponsel. Shi Jin pun mengangkatnya.

"Hallo?" ucap Shi Jin.

"Yoon Shi Jin? Ini aku Kang  Mo Yun."  Terbitlah segaris senyum manis Shi Jin lagi mendengar itu.

"Apa operasimu sudah selesai?" tanya Shi Jin.

"Ya, ku dengar tadi kau datang."

"Baru kali ini dokterku tidak meladeniku." keluh Shi Jin.

"Yang tadi adalah operasi darurat."

"Apa dia selamat?"

"Apa?"

"Pasien itu."

"Ya, aku menyelematkannya."

"Syukurlah. Jadi ini nomor ini?" tanya Shi Jin.

"Ya."

"Jadi kau mendapatkan nomorku?"

"Kau juga bisa menyimpan nomorku."


"Aku ingin menemuimu besok." kata Shi Jin

"Apa kau ini memang pria yang blak-blakan?" tanya Mo Yun sambil tersenyum.

"Yang kumaksud adalah berobat." ngeles Shi Jin.

"Iya. itu juga yang kumaksudkan." ujar Mo Yun.

"Sepertinya bukan." balas Shi Jin.

"Kau harus percaya pada doktermu. Kau sudah minum obat?"

"Apa akan bahaya jika aku tak minumnya? apa aku akan dirawat inap nantinya?

"Jam berapa kau datang?" tanya Mo Yun.

"Lupakan itu. Kita bisa bertemu sekarang saja. Kau tak mau?" ucap Shi Jin serius.

"Tidak, kok. Datanglah," jawab Mo Yun. (cie...cie pasangan yang berterus terang.
***

Shi Jin pun sekarang sudah ada di koridor rumah sakit tepat di depan televisi besa sambil browsing film bioskop. Mo Yun sibuk merias diri di lift. Televisi memberitakan bahwa dua karyawan PBB diculik. Shi Jin melihat berita itu. Teleponnya berdering. Shi Jin mengabarkan dia ada di RS Haesung. Saat Shi Jin masuk lift, Mo Yun pun keluar dari lif di sebelahnya.


Shi Jin menelepon Mo Yun memberitahukan kalau dia ada urusan dan harus pergi. Mo Yun bertanya sekarang Shi Jin ada di mana. Shi Jin jawab, di atap RS Haesung. MoYun pun menyusul Shi Jin ke atap. Mo Yun bertanya apa yang kau lakukan di sini. Shi Jin minta maaf sepertinya dia tidak bisa menepati janji.


Perhatian Mo Yun teralih pada helikopter yang datang. Mo Yun bilang sepertinya keadaan darurat. Shi Jin sepertinya harus ke bawah. Shi Jin bilang tidak.  Mereka akan ke sini menjemputku. Mo Yun bertanya khawatir  kenapa? apa ada perang? Shi Jin tersenyum melihat wajah kekhawatiran itu. Shi Jin bilang perang setiap hari terjadi. Tapi kali ini bukan di Korea. Mo Yun membalas, lalu kenapa helikopter itu mau menjemputmu?

Shi Jin berkata akan menjelaskannya nanti. Tapi berjanjilah satu hal. Mo Yun melihat helikopter yang sudah mendarat.

 "Kita harus bertemu di akhir pekan nanti. Di suatu tempat selain di sini." kata Shi Jin.

"Bagaimana dengan lukamu?"

"Luka itu pasti akan sembuh. Dan menonton film bersama. Aku sudah tak punya waktu, aku butuh jawabanmu. Iya atau tidak." ucap Shi Jin sambil memegang bahu Mo Yun.

"Iya."

Shi Jin tersenyum, "Kau sudah berjanji padaku." kata Shi Jin tegas dan langsung pergi menuju helikopter.

Mo Yun melihatnya dengan raut khawatir. Shi Jin sempat bicara dulu dnegan bawahannya. Sebelum Shi Jin naik, dia kembali melihat Mo Yun.


Mo Yun terus melihat helikopter yang telah terbang jauh. Di dalam helikopter, Shi Jin lagi-lagi tersenyum manis.

Shin Jin bersama tim nya ada di dalam pesawat tempur. Pilot memberitahukan sekarang mereka tiba di TKP. Penerbangan dimulai. Shi Jin bertanya berapa lama? Dae Young menjawab sekitar 7 jam. Mereka mencopot kalung tag identitas. Salah satu bertanya kenapa harus melepas kalung tag identitas. Dae Young bilang, saat kita mati saat bertugas, mayat kita harus tidak teridentifikasi.


Pintu bawah pesawat tempur terbuka. Salah satu bertanya kita ada di mana? Shi Jin menjawab, Afghanistan. Pesawat menuju tempat yang penuh dengan api.
 Bersambung ke episode 2...

Komentar:
Di sini Shi Jin Itu banyak tersenyum ya.

Drama ini berbeda dengan ciri khas drama Korea biasanya. Biasanya itu pemeran utamanya benci-bencian dulu baru jadi suka. Tetapi di sini Shi Jin dan Mo Yun sudah berterus terang saling tertarik.

Menurut saya drama ini rasanya komplit. Ada aroma bromance, romance, komedi, action, dan menegangkan. Setiap scene-nya benar-benar dinikmati. Sesuai prediksi banyak orang termasuk saya, dram aini meraih rating tertinggi dan menjadi trending topic dunia pendramaan dalam sepekan..


  

Minggu, 28 Februari 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 1 Part 1




Kemilau ribuan bintang menghiasi langit menembus gelapnya malam. Pemandangan yang berbanding terbalik dengan keadaan yang mencekam di bawah langit. Segerombolan tentara khusus Korea Selatan (Korsel) berjalan menyusuri padang ilalang, yaitu daerah Zona Demiliterasasi, Garis Demarkasi Militer (DMZ). Selatan, point 690 M.   



Di tempat berbeda, para petinggi militer dan penjabat mengadakan rapat membicarakan tentara Korea (Korut) Utara yang melewati garis DMZ dan menyandera dua tentara Korea Selatan untuk memancing Korea Selatan untuk menyerang agar bisa menjadikan alasan negoisasi perjanjian internasional.
 
Salah satu penjabat bertanya lalu apa yang harus dilakukan agar tidak terjebak perangkap dan menyelamatkan dua tentara mereka. Salah satu pentinggi tentara menjawab bahwa ia telah mengirimkan pasukan khusus, Tim Alpha.


Tim Alpha menyelinap membuat tentara Korea Selatan yang sudah berada di TKP waspada dengan menodong senjata dan bertanya siapa? Seorang tentara paling depan mengenalkan dirinya. Ia bernama Yoo Shi Jin (Song Joong Ki) yang diutus sebagai Kapten Tim Alpha dan memimpin operasi hari ini.


Yoo Shi Jin dan Seo Dae Young (Jin Goo) melepaskan semua senjata dari tubuhnya. Membuat tentara yang lain heran. Shi Jin berkata saat ini mereka berada di DMZ. Jadi jalan terbaik adalah berunding. Mereka pun menuju ke markas tentara Korea Utara dengan tangan kosong yang diangkat.


Shi Jin berusaha membujuk mereka untuk berdamai. Tapi Dae Young bilang tidak mungkin tentara Korea Utara menerimanya dengan mudah. Mereka pun terus maju. Shi Jin mengabari lewat headshet pada kelompoknya mengatakan perintah Big Boss dan mereka akan masuk ke dalam markas. Shi Jin menamai dirinya Big Boss.

Anak buah Shi Jin pun merespon kalau semuanya sudah siap siaga. Baik yang bagian penembak yang dinamai Piccolo dan bagian bom yang dinamai Harry Potter. 


Tentara Utara membuka pintu dan menyuruh mereka masuk. Sesampainya di dalam tentara Korut mengatakan mereka harus membunuh salah satu pasukan khusus. 


Shi Jin menyetujuinya dan pertarungan sengit terjadi hingga Shi Jin terluka di perut tapi pisau milik Shi Jin tempat berhenti tepat di leher lawannya.  Melihat itu, lawannya berkata, “Sepertinya kamu tidak bisa membunuhku. Karena Korea Selatan akan terguncang. Jadi kamu tak bisa melakukan serangan. Tapi kami berbeda.”



Shi Jin ditodong pistol oleh tentara Korut lainnya. Shi Jin bersikap tenang dan bilang “ Selama lebih dari 70 tahun, sepertinya masih terjadi kesalapahaman. Kami akan selalu siap menyerang duluan untuk menjaga perdamaian.” Ternyata selasar panjang tepat memeter kepala tentara Korut yang menodong senjata pada Shi Jin.  

“Jangan melakukan kesalahan lain. Aku tidak akan menyerang, jika kau mundur,” nasihat Shi Jin.

“Aku datang ke sini sebagia prajurit dan aku tak akan kembali sebagai korban,” jawab prajurit Korut dan menyuruh bawahan menurunkan senjata. “ Senang bertemu denganmu, Kapten Yoo Shi Jin.”

“Aku tahu itu, tapi sebaiknya kita tak perlu bertemu lagi, Letnan Ahn Jung Joon.”

Tentara Korut mundur. Si Jin melapor. “Aku adalah Bing Boss. Tim Alpha sudah menyelesaikan misi.” 

Descendants of the Sun
Episode 1


Di tempat permainan seperti Time Zone, Shi Jin dan Dae Young bermain tembak-tembakkan dengan hasil peringkat rendah. LOL. Mereka justru menyalahkan senjatanya yang bengkok. Lee Kwang So yang menjadi comeo berperan sebagai pemilik Tim Zone protes. Ia bilang senjata itu Delta pasukan AS saat perang gurun.  


Di luar terjadi keributan karena ada pencurian. Dae Young pun mengajak Shi Jin meringkus pencuri itu dengan menggunakan senjata mainan. Shin Jin protes kalau mereka sedang tidak bertugas. Tapi tetap juga ikut.

Dae Young berkata senjata mainan ini mempunyai tembakan pendek yang cukup bagus. Mungkin sejauh 5 M.

Shi Jin menimpali, posisinya sekarang 10 M. 

Dae Young membalas, sudah 7 M.

Shin Jin kembali menimpali, jarak 5 M.


Mereka pun bersiap dan menembak si pencuri. Peluru mainan itu cukup ampuh melumpuhkan si pencuri. pencuri itu terjatuh dari keretanya.


Sang pemilik pun mengambil keretanya. Dae Young menghampiri dan bertanya "Apa sudah memanggil polisi?" Sang pemilik menjawab tidak usah karena dia malas berurusan dengan polisi. Lagipula pencuri itu sudah terluka.  Dae Young pun menelepon ambulans.


Shi Jin melihat kondisi pencuri itu. Si pencuri bilang dia baik-baik saja. Shi Jin melinting telinganya dengan kesal.

"Kau diam saja. Jika kau terus bergerak, tulang belakang akan terluka," ucap Shi Jin. Shin Jin melepaskan dari celana pencuri.

"Apa lagi yang mau kau lakukan?" tanya si pencuri.

"Ini untuk membuat masyarakat lebih baik. Dan sekarang aku sedang memberikan pertolongan pertama." jawab Shi Jin.

Shi Jin bertanya pada Lee Kwang So apa yang ia bisa membeli boneka yang dipajang itu. Lee Kwang So bilang itu tidak dijual. Shi Jin menjawab dia tahu. Shi Jin mengancam kalau tidak dia akan memenangkan semua boneka itu. Shi Jin juga meminta pulpen.


Shin Jin dan Dae Young duduk di kafe dengan menaruh sebuah boneka di samping mereka duduk. Sampai-sampai membuat dua wanita tertawa melihat mereka. Mereka malah bercanda.

"Pacarmu cantik sekali," ucap Shi Jin.

"Iya, dia tipe idealku. Pacarmu juga cantik."

"Dia (Laki-laki) teman seperjuanganku (sambil merangkul boneka di sebelahnya). Tapi.... kenapa kau menerimanya?"

"Dia memaksaku untuk menerimanya dan melarangku ke sana lagi, aku harus bagimana?"

"Bagaimana kau bisa terjun ke dunia perang dengan hati mellow gitu? kau memang sulit dimengerti."


Dae Young khawatir terhadap pencuri itu, apa dia akan baik-baik saja. Menurut Shi Jin anak itu adalah anak yang kuat dan tahan banting. Dia akan baik-baik saja. Dae Young pun teringat akan dirinya dulu saat menjadi Gangster, kau haru memiliki mentor yang baik untuk menjadi atlet yang baik.


Shi Jin tanya, apa peristiwa tadi mengingatkanmu pada masa lalumu yang kelam itu? Dae Young menjawab, dia hanya kasihan pada anak itu. Shi Jin menembak, saat kau seusia itu, kau pasti sering melakukan kesalahan kan? Dae Young menanggapi, justru dia lah yang memerintah. Shi Jin menyindir, kau adalah karakter utama dalam film Noir. Dan kau ketua geng yang memaksa anak-anak mencuri. Kau memang kejam. Dae Young nyatai saja mengunyah makanan. Shi Jin menggurutu, lihatlah ekspresimu.



Ponsel Shi Jin berdering. Dae Young menembak, apa itu dari batalyon. Shi Jin menunjukan layar ponselnya. Memang iya, tapi bukan dari batalyon kita. Dae Young langsung meminta jangan diangkat. Shi Jin jailnya kuman, aku akan mengangkatnya dan memintanya kemari. Kau harus jantan. Temui dia dan putuskan dia.


“Aku akan mentraktirmu makan, steak.” Bujuk Dae Young.

“Aku masih punya gaji untuk beli makanan sendiri.” Jawab Shi Jin.

“Aku akan mentraktirmu wiski usia 17 tahun.”

“Usia 17 tahun? Wiski itu kan murah?” kata Shi Jin.

“Kau bisa blind date dengan sepupuku dari angkatan udara.”

“Angkatan udara?” Shin mulai goyah.

“Dia adalah pramugari dan memiliki banyak teman.”

“Kenapa kau tak pernah memberitahuku tentang sepupumu?” keluh Shi Jin sambil memberi ponselnya pada Dae Young. Shin meminta ponsel Dae Young. Dae Young meraba kantong mencari ponselnya. Shi Jin mengumpat untuk apa meraba kantong yang memang kosong. 

 Ternyata ponselnya dicuri oleh si pencuri saat Dae Young memberi pertolongan pertama. Shi Jin tak menyangka, jangan bilang kau dirampok? Dae Young kesal, akan kubunuh bocah sial itu. Shi Jin menyindir, bukankah kau kasihan pada dia tadi?


Si pencuri tiba di rumah sakit. Dia meminta untuk melepaskan boneka yang diikat di kepalanya. Perawat tak peduli dan segera membawanya masuk. Dan ponsel Dae Young pun terjatuh. Petugas ambulans menitipkannya pada perawat.  Yoon Myung Joo (Kim Ji Won) menelepon dan diangkat oleh perawat. 

Perawat itu mengabari kalau pemilik ponsel ini mengalami kecelakan dan dibawa ke rumah sakit Haesung.
Dr. Kang Mo Yun (Song Hye Kyo) memeriksa si pencuri. Di lengan pencuri tertulis diagnosa, dia mungkin mengalami patah tulang rusuk dan keseleo pada pergelangan kaki. Mo Yun bertanya siapa yang menuliskan ini? Si pencuri menjawab orang yang menolongku. Si pencuri mengeluh untuk segera melepaskan boneka ini.
 Mo Yun memuji orang yang memberi pertolongan pertama ini. Lalu Mo Yun menyentuh perutnya dan kakinya. Tentu membuat si pencuri kesakitan. Mo Yun bertanya, apa kau seorang pencuri? Mo Yun menunjukan tulisan yang bilang dia seorang pencuri dan berikanlah perawatan yang menyakitkan. Si pencuri menyangkal, karena dia korban. Mo Yun menyuruh si pencuri segera mengurus asuransinya. Dan pada perawat segera lakukan x-ray untuk memeriksa kondisi tubuhnya.



Perawat bilang Mo Yun dipanggil oleh kepala. Perawat itu juga mengembalikan ponsel pada si pencuri dan mengatakan kalau tadi ada yang menelepon. 



Si pencuri menerima telepon dan meminta untuk dijemput ke rumah sakit. Dan dia pun melarikan diri.


Mo Yun memberi bahan tesis yang dikumpulkan pada kepala RS. Kepala RS berharap ini juga berguna untuk Mo Yun. Mo Yun mengiyakan. Mo Yun melihat pasien kabur. Kepala RS bertanya apa dia kabur sebelum membayar pengobatan. Mo Yun bilang dia belum menerima pengobatan apa pun. Kapala RS menyuruh Mo Yun untuk membawa pasiennya karena sebagai tim medis kita harus peduli antar sesama.


Mo Yun kembali membawa pasiennya dengan kursi roda. Pasiennya terus mengeluh kalau dia terusa ada di sini akan ada banyak masalah nanti. Pasiennya mengeluh. Jika aku tertangkap, aku tak akan berbaring di IGD melainkan di kamar mayat. Apa hak kalian melarangku pulang? Bukan kah aku yang memutuskannya?

Mo Yun bilang ini bukanlah hak tapi kewajiban. Perawat menimpali, jika kau mau pergi. Kau harus mendatangani menolak pengobatan.  Dan membayar konsultasi. Pasien protes, karena belum diobati, bagaimana bisa membayar. Perawat mengata kau sudah diperiksa dokter. Pasien ngotot bagaiamana kalau dia tak mau membayar. Perawat bilang dia akan memanggil polisi.


Mendengar kata polisi membuat pasien itu terdiam. Dia bilang temannya akan datang sebentar lagi. lalu pasien itu mau pergi. Mo Yun mencegah. Pasien itu bersikeras mau ke kamar mandi. Mo Yun  tak percaya. 

Pasien itu meyakinkan kalau dia tidak akan kabur dan menyerahkan ponsel Dae Young sebagai jaminannya.
Ponsel Dae Young bedering dari Big Boss. Mo Yun tidak mengangkatnya malah kesal seharusnya mereka wajib militer agar bisa berpikiran dewasa. 



Shin Jin dan Dae Young tiba di RS. Haesung. Shi Jin bilang ponsel tidak diangkat. Dae Young yang kesal dan bilang dia akan membunuhnya. Shi Jin yang melihat ada persiapan pemakam pun berkata, jadi kau sudah menyiapkan pemakaman untuk bocah itu? Kau memang teliti sekali.  Mereka pun menuju ke IGD. Dan si pasien alias pencuri ponsel keluar dari RS. 


Shi Jin mencoba lagu menghubungi ponsel Dae Young dan terdengar lah suara dering dari kantong Mo Yun. Shi Jin dan Dae Young pun mendekati Mo Yun yang sedang menyuntik pasien. Mo Yun pun mengangkat ponselnya dan tahulah Mo Yun kalau Big Boss itu adalah Shi Jin. Shi Jin bertanya kenapa ponsel itu bisa ada padanya. Mo Yun menjawab pasien yang menitipkannya. 

“Apa kau keluarganya?” tanya Mo Yun.

“Tidak, tapi ponsel itu milik kami.”        

Mo Yun sibuk tidak mempedulikan Shi Jin. Dia justru khawatir pasiennya menghilang lagi. Shi Jin pun kesal.

“Apa kau tuli?” tanya Shi Jin.

“Kau orang-orang yang mau mengirimkannya ke kamar mayat kan?” tuduh Mo Yun.

“Kamar mayat?” Shi Jin menoleh ke Dae Young karena dokter ini kok tahu niat Dae Young tadi. 
“Sepertinya kau salah orang.”

 Mo Yun tak mau dengar dan menyuruh perawat Min Ji untuk menyuruh mereka menunggu di luar dan hubungi security jika mereka melakukan keributan.  Tirai pun ditutup perawan. Shi Jin dan Mo Yun sempat saling memandang.


Menurut Dae Youn si pencuri itu meninggalkan ponselnya di sini dan kabur. Shi Jin mengiyakan. Dae Yong mengajak Shi Jin mencarinya karena pasti dia belum pergi jauh.  Tapi justru Shi Jin menyuruh Dae Young mencarinya sendiri. Shi Jin tiba-tiba memegang perutnya. Dia pura-pura sakit karna usus buntu. Dae Youn yang tahu Shi Jin cuman berpura-pura mengatakan bukan di situ tempat sakitnya. Shi Jin yang ketahuan bohong, langsung mengajak mencari si pencuri ponsel.

Perawat Min Jin menembak mungkin mereka gangster. Mo Yun menenangka, kalau dia lebih mahir memegang pisau daripada mereka. Sampai-sampai pasien yang sedang dijahit ketakutan.


Shin Jin dan Dae Young menemukan si pencuri yang sedang diajar oleh para gangster. Shin Jin menahan Dae Young, apa kau benar-benar masih butuh ponselnya. Mereka tampak sangat kuat. Dae Young mengiyakan. Shi Jin menggoda, apa di ponsel itu ada file yang tidak boleh dilihat orang lain? Dae Young mengiyakan.

Shin berteriak meminta para gangster untuk berhenti. Salah satu mereka menasihat kalian jangan sok jago. Dae Young bilang dia ada urusan sama bocah itu. Bocah itu minta tolong diselamatkan sama Dae Young. Shi Jin menyela apa kau juga mencuri ponsel mereka? Dae Young bertanya pada bocah itu. Kenapa kau dihajar? Bocah itu berjanji akan mengembalikan ponsel Dae Young tapi tolong selamatkan dirinya.


Shi Jin bilang lihatlah berapa banyak lawanmu ini. Apa kau pikir itu kesepakatan yang adil? Teman bocah itu yang menjawab, itu karna Ki Boem mau keluar dari geng. Dia diminta membayar pada boss. Mereka meminta 5000 dolar. Shi Jin terkejut memangnya harus bayar kalau mau keluar dan dia segera mengkonfirmasikannya pada Dae Young, apakah itu benar?

Dae Young menantang kalau mereka bisa mengambil uang yang ada di dompetnya, mereka boleh memilikinya. Shi Jin kaget. Dae Young meminta Shi Jin tak usah ikut campur. Shi Jin pun diam dan hanya jadi penonton saja. Dae Young bilang karna dia adalah hyuang Ki Boem. Hanya satu jurus preman-preman itu kalah. Shi Jin memungut pisau yang terjatuh dan kagum ternyata kalian membawa senjata. Geng ini lemah sekali. Kita harus menghentikannya. Keluarkan semua senjata kalian. 

Preman itu mengingatkan kalau jumlah mereka jauh lebih banyak dan semuanya pun mengeluarkan pisau. Dae Young mengeluh karena Shi Jin menambah pekerjaan saja. Sambil tertawa Shi Jin bilang dia baru saja menyesal. Setidaknya mereka tidak punya pistol.


Perawat Min Jin melapor pada Mo Yun kalau ada orang yang mencari pasien kecelakan motor dan pasien itu kabur lagi.


Ternyata yang menjenguknya adalah Myung Joo dan sepertinya Mo Yun mengenalnya juga. Myung Joo bertanya ke mana pasiennya. Bisakah dia melihat hasil pemeriksaannya. Mo Yun menjawab kalau ini bukanlah tempat kerja Myung Joo dan pasien itu bukan pasienya.  Myung Joo merasa lucu karena mereka selalu saja berhubungan dengan pria yang sama. 

“Aku tak punya waktu untuk bercanda, perlihatkan aku hasilnya. Dia adalah orang yang berharga bagiku.” ucap Myung Joo.

Myung Joo marah bagaimana Mo Yun bisa kehilangan pasiennya. Mo Yun membalas pasien itu kabur sebelum membayar. Jadi kenapa bukan kau saja yang bayar. Mo Yun meminta pada perawat Min Jin untuk memanggil security mencari seseorang di toilet pria. Myung Joo bertanya di mana toiletnya dan memeriksa sendiri. 


Mo Yun bercerita pada teman sesame dokter. Kalau Myung Joo ada di IGD. Mo Yun terus mengumpat Myung Joo sebagai gadis tak sopan. Kawannya mengiyak tapi dia cantik dari angkatan militer dan mencuri orang yang kau suka. Mo Yun bilang dia cantik karna memakai make up. Lagipula sunbae tak pacaran dengannya. MO Yun bilang pacarnya berumur 20 tahuanan. 

Teman Mo Yun membantah, pacarnya kan tentara. Kisah cintah mereka sangat terkenal di kalangan militer. Pacarnya adalah busagwan (bintara). Mo Yun tanya pangkat apa itu. Temannya menjawa pangkat yang jelas lebih tinggi dari Kopral Kepala. Mo Yun jadi heran siapa pria yang menitip ponsel.
Bersambung ke part 2...

Komentar:  


Tuntas sudah penantian panjangku mau menonton drama ini. Pasalnya drama ini melakukan pembacaan naskah sekitar Mei tahun lalu setelah oppa Jong Ki keluar wamil hingga syuting terakhir sampai Desember. Jadi bisa dibilang drama ini tidak diproduksi secara kejar tayang. 

Keren, oppa Song Joong Ki keren banget. Apalagi aksi laganya. Pulang WAMIL ee… malah main ngedrama jadi tentara yang tampan. Bromance-nya sudah terasa di awal episode ini. Oya, Shi Jin tampaknya sudah tertarik pada Mo Yun pada pandangan pertama. Sampai-sampai dia berbohong sama Dae Young soal sakit perut.