Hye
Jin berada di salon untuk meluruskan rambutnya. Ahjumma yang akan melayani Hye
Jin takjub melihat rambut Hye Jin, bagaimana kau bisa hidup dengan penampilan
seperti ini?
Hye Jin meminta untuk meluruskan rambutnya.
Ahjumma berkata meski itu terlihat sulit tapi selama dia ada, dia bisa
mengurusnya. Hye Jin bertanya berapa
biayanya? Ahjumma menjawab untuk perawatan dasar meluruskan rambut 300 ribu Won
dan berhubung harus memakai nutrisi, biayanya 400 ribu Won.
Hye Jin terkejut dan hendak pergi. Tapi ia melihat penampilannya di kaca dna duduk kembali.
“Iya, tolong lakukan. Aku ingin awal yang baru.”
Hye Jin pergi ke mall dan melihat sepasang pakaian yang digunakan manekin. Hye Jin menyukainya dan membeli pakaian itu, lalu memakainya.
Kemudian Hye Jin melihat event make over. Di saat host meminta para pengunjung yang ingin di-make over mengacungkan tangan, Hye Jin justru langsung duduk di depan dan memaksa untuk di make over.
Hye Jin melangkah masuk ke dalam kantor. Kepala manajer yang juga baru masuk terpesona melihat Hye Jin melintas. Dia merasa tak asing dengan aroma Hye Jin.
Hye Jin masuk ke ruangan bertepatan dengan bunyi dering telepon dan Joo Young yang meminta seseorang menjawabnya. Hye Jin mengangkat telepon itu. “Ya, dengan Tim Editing The Most, saya Kim Hye Jin.” Semua orang menoleh terkejut.
“Jackson?” Sjin Hyuk memastikan.
“Kau Hye Jin?” Ah Reum ikut memastikan. “Oh, melihart tas itu, itu memang seperti dia.”
“Ya, aku kembali! Mohon maaf telah membuat semua khawatir.” Hye Jin membungkuk pada semua orang.
Saking senangnya, Joon Woo langsung berlari memeluk Hye Jin. Shin Hyuk protes. Han Sul pun langsung menarik Joon Woo. Semuanya merasa senang dan memuji penampilan baru Hye Jin. Sung Joon melihatnya dari dalam ruangan dan tersenyum.
Joo Young menegur mereka, apa mau seharian menyambut kedatangan Hye Jin? Joo Young menyuruh semuanya kembali kerja. Joo Young juga senang dengan kedatangan Hye Jin dan tersenyum padanya.
“Kau apain rambutmu? Tanya Shin Hyuk heran. “Oh, sebentar kau pakai meke up? Bintik merahmu itu tak kelihatan. Pipi yang macam dikasih taburan wijen itu ciri khasnya Jackson.
”Ah, enggak cocok, enggak cocok. Jackson yang dulu lebih cantik.” Protes Shin Hyuk.
“Kenapa? semua orang bilang aku makin cantik,” ucap Hye Jin sambil mendorong kursi Shin Hyuk, menyuruhnya kembali kerja.
Han Sul mendekat dan memuji penampilan Hye Jin. Han Sul juga memanggil Hye Jin ‘unni’. Hye Jin terkejut karena tak seperti biasanya “Kenapa Unni?” Han Sul berkilah, apakah ia harus memanggil Hye Jin Oppa?
Lalu Han Sul pergi. Dia merasa bersalah pada Hye Jin, karena dia pikir Hye Jin dipecat karena dirinya. Saat itu kan Han Sul menyuruh Hye Jin pergi ke parkiran mobil dan meninggalkan gaunnya.
Kemudian, Hye Jin melihat bawangn bombaynya yang sudah makin panjang rambutnya. Hye Jin menebak bahwa ada seseorang mengganti airnya saat dia tidak ada. Hye Jin mengangkat gelas bawang dan melihat gambar bawang yang menangis yang dikirimkan Sung Joon.
Hye Jin teringat pada Sung Joon dan menoleh ke arah ruangan Sung Joon, yang juga melihatnya. Dia membungkuk pada Sung Joon sambil tersenyum, dan Sung Joon balik tersenyum. Hye Jin lalu pergi karena mendapat pekerjaan dari Joo Young.
Hye Jin menyapa Ketua Kim Rara yang selanjutnya akan kutulis Rara saja. Rara melihat Hye Jin dengan tatapan asing. Siapa Hye Jin? Hye Jin mengingatkan tentang dirinya. Rara pun sadar. Rara menyuruhnya kembali beraktivitas. Rara memanggil lagi Hye Jin dan mengatakan ”Kau sangat Most. Bravo…bravo…”
Shin Hyuk datang dan mengajak Hye Jin makan malam tapi malah maksa ngajak makan es sekarang. ternyata, Shin Hyuk mau mengobrol dengan Hye Jin di luar.
“Ah, Wapemred bertemu denganmu? Jadi kau datang karena Wapemred tak mau melepasmu?” tanya Shin Hyuk.
“Bukan. Aku kembali karena aku punya tujuan,” jawab Hye Jin.
“Tujuan Jackson adalah karyawan tetap.”
“Selain itu. Tujuan yang ada di depan mataku. Aku mau membeli mesin cetak ayahku. Aku bertekad untuk diri sendiri dan ayahku. Aku akan kerja keras tanpa megeluh.”
Shin Hyuk menimpali, “Kalau begitu kau butuh seseorang di sampingmu, seperti aku.”
***
Sung Joon menelepon Ha Ri. Sung Joon menghela napas karena akhirnya Ha Ri mau mengangkat teleponnya. Sung Joon sampai berniat mau ke hotel jika Ha Ri tidak juga mengangkat teleponnya. Sung Joon meminta Ha Ri meluangkan waktu, kalau Ha Ri sibuk biar dia yang akan ke hotel.
Ha Ri melarangnya. Dia beralasan sangat bosan berada di hotel. Jadi ketemuan di luar saja. Ha Ri mematikan HP nya dan memegang perutnya yang sakit lagi.
Rapat merayakan event ultah The Most ke-20. Joo Young mengusulkan untuk menyiapkan dana dan membuatnya lebih dramatis karena artis luar dan dalam negeri akan hadir.
“Benar, setidaknya pesta di kapal. Dibuat meriah dan seglamor mungkin.” Tambah Ah Reum.
“Dan mendatangkan penyanyi popular sekarang seperti Super Junior.” Usul Poong Ho. Hah.. bukankah super junior suda ada di situ?
“Kenapa tidak meminjam villa di pulau Jeju?” tambah Shin Hyuk.
Semua tampak senang dan setuju tapi tidak dengan Sung Joon dan Hye Jin, hingga Joo Young bertanya, “Ada masalah apa Wapemred?”
Saat melihat Hye Jin, Joo Young bertanya heran. “Kenapa ekspresimu begitu juga, Hye Jin?”
“Aku tak yakin… tapi hanya karena event ultah ke-20, melakukan sesuatu yang megah sepertinya berlebihan, sepertinya tidak sesuai dengan konsep kita.” ujar Hye Jin.
Senada dengan Hye Jin, Sung Joon bilang ia juga berpikir begitu. Sung Joon menjelaskan bahwa “Konsep kita adalah tentang bagaimana berbedanya dunia jika kau mengubah sudut pandangmu. Jadi fokus pada sesuatu yang megah sepertinya tidak cocok. Bukankah kita butuh sesuatu yang berbeda?”
“Seperti apa misalnya?” tanya Joo Young.
“Sesuatu yang berlawanan dari kemegahan,” jawab Hye Jin.
“Ah! Bagaiman kalau sisi lain dari kemegahan? Misalnya, demi menampilkan model yang cantik di atas catwalk untuk acara fashion show, ada seniman dan crew event. Atau ahli pijit ekslusif untuk olahragawan terkenal di dunia. Menyoroti orang-orang macam itu.” Timpal Sung Joon.
“Kalau begitu kita juga termasuk. Demi menerbitkan majalah yang glamour, banyak orang yang tidak tidur bahkan sampai tak punya waktu untuk mandi,” ucap Joo Young.
“Kita bekerja seperti orang gila.” Keluh Han Sul.
“Bintang bersinar paling terang di kegelapan. Jadi intinya bukan menyoroti bintangnya tapi kegelapannya,” simpul Poong Ho
“Orang yang bersembunyi di bayang-bayang, agar orang lain terlihat bersinar, itulah keindahan yang sesungguhnya. Jika diberi judul “The Beauty of Shadows.” Tambah Shin Hyuk. Semua setuju.
“Tapi ide siapa ini awalnya? Bukankah Jackson? Jackson? Kau hebat sekali. Haruskah kita tepuk tangan?” semua orang bertepuk tangan untuk Hye Jin.
Hye Jin masuk ke ruangan Sung Joon membawa notulen rapat. Hye Jin mau pergi tapi tertahan oleh panggilan Sung Joon.
“Kim Hye Jin- sshi. Aku harus gimana? Haruskah aku membeli tiket lotre?” Hye Jin kebingungan.
Sung Joon mengambil buku Hye Jin “Di sini tertulis kalau aku kembalikan buku ini, aku akan dapat banyak keberuntungan.” Hye Jin tersenyum.
“Aku tahu ini tak sopan. Tapi aku baca dari awal sampai akhir. Aku dapat beberapa ide selagi membacanya.” Hye Jin membuka bukunya dan ada memo yang ditempelkan Sung Joon.
“Sama halnya dengan ide di perjalanan dinas, perayaan ultah dan bukumu. Entah karena aku melihatmu dengan mata amatiran atau karena Kim Hye Jin punya cara pandang yang berbeda. Cara pandangmu terasa nyaman? Pokoknya ini meyegarkan. Aku harap kau bisa menunjukkan lebih banyak lagi.”
“Ya, aku akan bekerja lebih keras lagi,” ucap Hye Jin semangat.
“Ini hadiah selamat datang dariku sebagai rekan kerjamu,” ucap Sung Joon tulus.
Hye Jin langsung memakainya dan meminta penilaian Sung Joon. Sung Joon mengacukan jempol tanda bagus. Mereka berdua bersama-sama tersenyum.
Untuk ketiga kalinya Sung Joon memanggil Hye Jin lagi. “Sepertinya aku lupa mengatakan hal yang paling penting. Senang kau bisa kembali. Welcome back.”
***
Ha Ri melihat Sung Joon dari bawah café tempat mereka janjian. Ha Ri menelepon Sung Joon mengabari kalau ia tiba-tiba harus pergi ke luar negeri. Sung Joon bilang telepon aku kalau ada waktu senggang.
Shin Hyuk sedang menunggu mie ramennya di luar supermarket. Dia melihat Ha Ri pingsan di dalam supermarket dan membawanya ke rumah sakit. Dokter berkata Ha Ri mengalami kejang perut karena stress. Ada tanda-tanda dehidrasi dan kekurangan nutrisi. Pasti ia jarang makan dan tidur belakangan ini. Dia pasti stress berat. Shin Hyuk teringat kalau ia pernah melihat Ha Ri kesakitan memegang perutnya.
Ha Ri sadar dari pingsannya. Shin Hyuk bilang “Kau tak bisa mengatasinya dan akhirnya sakit. Kelihatannya kau bukan tipe orang yang melakukan itu dan menghadapi konsekuensinya. Semakin lama kau menunggu, kau akan semakin terluka.”
“Kupikir
akan selesai dalam sehari. Hanya satu hari lagi. Aku jadi serakah. Beberapa
kali, tidak. Ratusan kali aku mencoba berhenti.”
“Kau itu teman dekatnya Kim Hye Jin. Kau tahu dengan jelas bahwa mereka berdua adalah cinta pertama mereka.”
“Sama halnya denganku. Bagiku juga dia cinta pertamaku. Menyukai seseorang seperti ini, pertama kalinya buatku,” ucap Ha Ri tak mau sambil menangis.
Di rumah dengan wajah pucat Ha Ri bangun dan keluar dari kamarnya. Ia melihat Hye Jin sedang memasak. Dia memanggilnya. Hye Jin bilang ia sangat ketakutan saat melihat Ha Ri mengerang dalam tidur. Masakan mendidih, Hye Jin bergegas kembali memasak. Hye Jin berkata tadi ia melihat obat sakit perut Ha Ri. Apa Ha Ri sedang stress berat? Soalnya setiap stress berat Ha Ri akan sakit perut.
Ha Ri teringat dulu saat ia sakit perut, ibu tirinya hanya memberinya uang untuk berobat dan pergi tanpa mepeduli padanya. Mungkin itulah yang membuat hubungan mereka sampai sekarang buruk. Namun, Hye Jin lah yang datang membawakan bubur untuknya. Saat itu Ha Ri berjanji untuk hidup bersama Hye Jin dan memperlakukannya dengan baik.
Ha Ri memeluk Hye Jin dari belakang dan berkata Hye Jin adalah obatnya, jadi ia tidak sakit lagi. Hye Jin membalas kalau dirinya memang obat mujarab.
“Hye Jin-na.. apa aku sudah bilang padamu? Aku sangat menyayangimu,” ucap Ha Ri sambil berurai air mata. Ha Ri merasa sangat bersalah pada Hye Jin
Hye Jin berbalik melihat Ha Ri dan menebak, “Apa kau bertengkar dengan pacarmu? Atau ada masalah di hotel?”
Ha Ri kembali memeluk Hye Jin dan berkata tidak terjadi apa pun. Aku baik-baik saja, sungguh.
“Hye Jin berpakaian normal lagi hari ini. Sepertinya seleramu telah meningkat.”
“Ini hanya 30 ribu Won saja. Aku sedikit lama di tim ini, seleraku jadi bagus,” ujar Hye Jin.
“Benar, fashion itu bukan tentang uang. Tapi perhatian yang mendalam.” Sambung Joo Young.
“Tapi kenapa kau hidup seperti itu (berantakan) padahal kau bisa seperti sekarang?” tanya Han Sul.
“Aku harus membayar pinjaman uang kuliah. Tolong terima tekadku untuk tampil seperti Most.”
Joong Young, Poong Ho, dan Joon Woo bertepuk semangat memeberi dukungan dan semangat pada Hye Jin.
Tim editing rapat lagi. Joo Young bertanya bagiamana dengan pidato pembukanya? Poong Ho bilang seharusnya seorang Pemred (pemimpinan redaksi) yang melakukannya. Tapi di ti tim kita, apa kita punya Pemred seperti itu? Dia akan bilang ‘Buongiorno!’ di awal pidato.
Han Sul menambahkan akan banyak klien dari luar negeri yang datang. Bukankah kita harus pakai bahasa inggris. Sung Joon bilang biar dia yang akan menyiapkannya.
Ah Reum datang tepat saat rapat sudah selesai. Dia berkata kalau mobilnya tiba-tiba mogok. Shin Hyuk bertanya mogok di tengah jalan? Kau bisa kena tabrakkan kalau begitu. Poong Ho menambahkan apa mobilnya kau taruh di bengkel?
“Tidak. mobilnya bisa hidup kembali. Jadi aku bisa langsung kemari,” jawab Ah Reum.
“Dari A, B, C, D, bukankah A yang lebih penting? Ini adalah hal yang paling mendasar. Entah dengan lain, tapi tolong tepat waktu,” ujar Sung Joon tegas.
Ah Reum mengomel ini kan bukan salahnya. Poong Ho berkata paada Ah Reum, jangan bawa mobilmu ke bengkel, panggil saja jasa derek. Kau bisa kecelakaan.
Shin Hyuk bertanya pada Hye Jin, “Sekarang ID mu kau bungkus? Jackson yang lama ke mana? Kenapa kau terus berubah?” protes Shin Hyuk.
“Aku dapat ini dari Wapemred,” kata Hye Jin.
“Apa? Kenapa dia ngasih itu?”
“Hadiah selamat datang. Kupikir kami sudah bisa menjadi rekan kerja sungguhan, jadi aku menerimanya.”
Shin Hyuk tertawa tak jelas, “Hadiah selamat datang? Dasar! Aku jadi merinding! Dasar! Tak masuk akal! Dasar!” Shin Hyuk geleng-geleng kepala persis seperti ekpresi Hye Jin saat Shin Hyuk bertanya kenapa Hye Jin bertingkah aneh setiap di depan Sung Joon.
Di bus orang-orang pada heboh melihat seorang pria naik sepeda motor mengikuti bus. Hye Jin melihatnya. Ternyata Shin Hyuk heboh seperti orang gila. Hye jIn bilang itu berbahaya.
Hye Jin turun di halte tempat Shin Hyuk menunggunya. Shin Hyuk mengambil sebuah tas dan memberinya pada Hye Jin. “Hadiah selamat datang”. Hye Jin bilang bukankah tadi Shin Hyuk jadi merinding. Kenapa aku harus menerima ini?
“Ini hadiah selamat datang. Aku menyambutmu dengan hangat. Jadi terima saja. Aku membelinya kerena diskon 90%”
Bahkan Shin Hyuk membandingkan besar hadiahnya dengan hadiah Sung Joon. Hye Jin mengembalikan tas itu pada Shin Hyuk. Shin Hyuk berkata kalau begitu tasnya dibuang saja. Hye Jin mengiyakan saja.
Shin Hyuk membalasnya aku berikan saja sama anjing. Pas ada seekor anjing bersama pemiliknya lewat. Shin Hyuk langsung memberikan tas itu dan mengatakan kalau tas ini sangat cocok pada bulu anjing itu. Sang pemilik pun mengatakan Sung Joon gila. Hye Jin pun terpaksa memakai tas itu. Shin Hyuk itu bilang harus dipakai setiap hari.
Sung Joon bersiap-siap dan latihan pidato untuk acara ultah The Most. Semua anggota The Most tampak sibuk. Para bintang pun datang seperti Uee, Seo In Guk, Lee Jun Ki dll. Shin Hyuk bercerita pada teman-temannya kalau dia berfoto bersama para bintang.
Joo Young mengeluh Sung Joon belum datang padahal acara sebentar lagi dimulai. Hye Jin menyambut MC acara yang baru datang. MC itu bilang kalau di luar hujan jadi ia terkena macet.
Han Sul melapor kalau Sung Joon tidak mengangkat teponnya. Joo Young menyuruh Joon Woon untuk menunda acara. Joon Woo mengatakan pada salag satu kru untuk mengundurkan acaranya. Kru itu pun memberi tahu MC untuk menunda acara. Tapi dasar MC tak nyambung, dia justru memulai acara.
Video
yang berisi tentang kerja keras tim The Most untuk menerbitkan sebuah majalah
yang glamour pun diputar. Semuanya terharus melihatnya. Tapi jadi panic karena
sebentar lagi waktunya pidato pembukaan.
Sementar Hye Jin ada di lobi mengkhawatirkan Sung Joon karena Sung Joon bilang dia sangat trauma mengendarai mobil saat hujan.
Bersambung ke Part 2...
Komentar:
Yang
namanya jodoh itu, selalu memiliki pemikiran yang sama. Lihat, bagaimana
telepati Hye Jin dan Sung Joon yang berfungsi secara selaras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar