Joo
Young mengusulkan Shin Hyuk menggantikan Sung Joon. Shin Hyuk bilang ia belum
ada persiapan. Suasana di panggung hening sebentar. Saat Shin Hyuk bersedia,
Kim Rara masuk ke podium.
Hahaha
semuanya pada cemas dengan apa yang akan dikatakan Kim Rara apalagi saat dia
menjelek-jelekkan hasil kerja anggota tim-nya.
Tebakkan
Hye Jin benar, Sung Joon terjebak dalam mobilnya karena hujan. Hye Jin
mendapatkan SMS dari Joo Young untuk kembali menyambut tamu karena acara pidato
hampir selesai.
Saat
Hye Jin masuk ke tempat acara, Madam Kim Rara masih memberikan pidatonya. Kim
Rara mengucapakan terima kasih kepada seluruh tim The Most dunia yang telah
menerbitkan majalah yang gemerlap. Semuanya terharu mendengarnnya. Tepat Rara
menyudahi pidatonya, Sung Joon tiba namun ia tak masuk, Hye Jin
melihatnya.
Sung
Joon meminta maaf pada Rara tanpa menjelaskan alasan kenapa ia bisa terlambat
datang. Rara bertanya ada apa? Ini bukanlah kebiasaan Sung Joon. Sung Joon
hanya minta maaf. Rara tahu Sung tak mau
cerita jadi ia bilang nanti saja mereka bicara lagi.
Dan dari kejauhan Hye Jin
melihat Sung Joon. Diam-diam
Hye Jin berjalan mendekati Sung Joon dan duduk di sampingnya tanpa suara.
Menemani Sung Joon yang sedang ketimpa masalah. Mereka berdua membisu. Tapi
Seolah-olah Hye Jin berkata “Tidak apa-apa Sung Joo-ya. Semua akan baik-baik
saja. (aku suka moment ini).
Di
kantor Ah Reum mengungkit perkataan Sung Joon soal dia yang terlambat hadir di
rapat. Shin Hyuk yang tahu Hye Jin tak nyaman mendengar itu, berusaha
mengalihkan perhatian yang lain dengan mengajak bermain ular tangga. Tapi tak
digubris. Malah Han Sul menambahkan ganti saja nama dari si Joon gila menjadi
Joon muka tebal. Hye Jin tak tahan lagi ia mendorong kursi ke belakang, Shin
membalik menghadap Hye Jin.
“Apa
tidak terlalu kasar bicara begitu, padahal kalian tidak tahu apa-apa
tentangnya?”
“Tak
tahu apa-apa tentangnya? Maksudmu?”
“Iya,
Hye Jin apa kau mengetahui sesuatu yang tidak kami ketahui?”
Hye
Jin mau menjelaskannya, tapi Sung Joon memanggilnya dan menyuruh datang ke
ruangannya. Hye Jin dan Sung Joon berada di luar kantor. (Aneh, tadi kan
nyuruhnya ke ruangan).
“Kenapa
kau sampai repot segitunya?” tanya Sung Joon.
“Karena
tuduhan mereka salah! Aku marah karena mendengar omongan mereka. Ugh, kalau
dipikir lagi malah makin membuatku marah. Apa Anda tidak dengar yang mereka
omongkan? Ji Ppon-ppon (muka tebal)? Lakukan sendiri? Mereka tak tahu apa-apa.
Ah rasanya ingin muntah.”
Sung
Joon tertawa mendengar omelan Hye Jin. Hye Jin heran “Kenapa? Padahal mereka
menjelekkan Anda?”
“Ah,
yah tidak jelek-jelek amat,” ucap Sung Joon santai. “Agak berlebihan, tapi
senang rasanya ada orang yang menggantikanku.”
“Sekarang
aku bukannya bercanda.”
“Aku
memang salah. Mereka berhak bicara hal buruk mengenaiku.” Hye Jin ingin menyela
tapi sudah dipotong Sung Joon.
“Perusahaan
bukan tempat yang akan mendengar masalah pribadimu. Kalau aku berbuat salah
karena alasan pribadi, apapun alasannya tetap semuanya salahku dan tanggung
jawabku. Yang pasti terima kasih.”
Sung
Joo memengang tempat ID card yang
tergelantung di leher Hye Jin “ Hadiahnya pantas kau terima.”
***
Joo
Young menawari Hye Jin untuk menulis artikel dongeng untuk majalah The Most.
Sung Joon pun mendengarnya dan langsung pergi. Hye Jin menolaknya, ia tak cukup
pede. Joo Young bilang jika tulisannya di bawah standar tidak akan dimuat. Hye
Jin hanya mau membantu pekerjaan Joo Young saja dan yang lain.
Shin
Hyuk menghampiri Hye Jin sudah kembali duduk di mejanya. “Jackson, kenapa tak
kau coba? Pada awalnya banyak kok yang tak langsung bagus.” Hye Jin tetap
menolak. Shin Hyuk tak kehilangan akal. Dia mengangkat tangan Hye Jin. “Cha
Soenbae! Jackson bilang mau!” Hye Jin menjawab “Tidak Cha Soenbae!”
Di
depan supermarket Shin Hyuk bertemu dengan Ha Ri. Shin Hyuk bertanya, “Gimana
keadaanmu?” Ha Ri menjawab “Sudah mendingan.” Ha Ri meminta tolong pada Shin
Hyuk untuk menemani jalan-jalan. Ha Ri dan Shin Hyuk naik speda motor sambil
berteriak-teriak.
Hye
Jin melihat poster pemarena lukisan Renoir di halte. Kemudian, Sung Joon juga
datang meluhat poster itu. Mereka berdua tidak menyadari keberadaan satu sama
lain hingga saat Sung Joo mau beranjak pergi barulah ia tahu Hye Jin juga ada
di sampingnya.
“Anda
minum kopi lagi malam-malam?” tanya Hye Jin.
“Masih ada yang harus kukerjakan, “ jawab Sung Joon.
Sung Joon bertanya mau pulang. Hye Jin mengiyakan. Sung Joon bertanya lagi apa Hye Jin menyukai Renoir? Hye Jin bilang ia tidak tahu banyak tentang Renoir tapi merasa nyaman setiap melihat lukisan ini. Sung Joon bilang Renoir adalah seniman favoritenya.
“Oh, kau lihat puzzle lukisan yang kau pecahkan saat di rumahku kan?”Hye Jin mengiyakan. Dan itu mengingatkan Hye Jin pada Sung Joon kecil yang mengatakan “Renoir akhirnya hanya melukis momen bahagia. Dia bilang karena banyak hal yang tak membahagiakan di dunia ini. Dia ingin mengabadikan momen bahagian melalui lukisan. Itu sebabnya kau merasa bahagia melihat saat kau melihat karyanya.
Hye Jin pun tersenyum. Sung Joon merasa heran, “Kenapa?” Hye Jin bilang bukan apa-apa. Silahkan masuk. Aku menunggu bus di sini. Sung Joon berkata, “Baiklah, sampai jumpa besok.” Dia pun pergi.
Hye Jin duduk di halte. Tiba-tiba Sung Joon kembali dan duduk di sampingnya. Sung Joon berkata, samopai bus datang, dia akan menemani Hye Jin. Sung Joon beralasan karena udaranya bagus, dia tak mau langsung masuk. Dia ingin menghirup udara segar.”
“Kau pernah dengar dewa kesempatan (Caerus)? Tanya Sung Joon.
“Caerus? Tidak, aku tidak tahu.”
Sung memperlihatkan gambar Caerus di HP-nya. “Lihat, dia cuman punya rambut kuncung di depan, iya kan?”
“Oh benar! Kepalanya ke belakang gundul.”
“Karena Caerus hanya punya kuncung, dari dekat mudah menariknya. Tapi kalau kau lepaskan akan sulit untuk menariknya lagi. Itulah alasan kenapa tidak mungkin mendapatkan kembali kesempatan yang sudah hilang.”
Hye Jin tahu yang dimaksud Sung Joon adalah kesempatan yang diberikan Joo Young untuk menulis artikel. Hye Jin menatap Sung Joon. Sung Joon mengelak.
“Oh, aku hanya asal bicara. Tiba-tiba terlintas di kepalaku. Oh, busmu sudah datang. Sampai jumpa besok.”
Hye Jin naik bus dan heran kenapa Sung Joon tahu ia kan naik bus ini? (Ya, ialah kan Sung Joon pernah naik satu bus dengan Hye Jin bahkan duduk di sampingnya. Itu lo saat Hye Jin ngantuk-ngantuk dan bersandar di bahu Sung Joo).
Selesai naik sepeda motor denga riang, Ha Ri berkata “Aku harus pulang ke tempat yang semestinya. Berkatmu, aku bisa melepaskan beban di dadaku. Terima kasih.” Shin Hyuk meminta pada Ha Ri untuk tidak cerita pada Hye Jin tentangnya yang tinggal di hotel. Ha Ri menjawab sebagai seorang hotelier tugasnya melindungi informasi pribadi para tamu.”
Sesampai di rumah, Ha Ri menulis surat buat Sung Joon, mengatakan semua kebenarannya. Hye Jin memikirkan ucapan Sung Joon tentang dewa kesempatan. Hye Jin membuka piagam-piagam lomba menulis yang diraihnya. Tampaknya ia mau menerima tawaran Joo Young.
Benar saja, besoknya Hye Jin mengatakan pada Joo Young bahwa ia ingin mencoba menulis artikel. Sung Joon mendengarnya dan tersenyum. Joo Young memberikan seamplop yang berisi bahan-bahan untuk mengembangkan tulisan Hye Jin. Joo Young bilang dia sengaja mengumpulkannya karena merasa Hye Jin akan menerima tawarannya. Joo Young memperingatkan jika tulisannya kurang bagus, maka ia akan membuangnya ke tong sampah.
Hye Jin kembali ke mejanya dan melihat Sung Joon sambil menarik rambutnya. Sung Joon melakukan yang sama tapi tidak betul-betulan menarik rambutnya sih mungkin takut berantakan.
Hye Jin membawa banyak buku dan Shin Hyuk mengambil separuhnya dari tangan Hye Jin. Shin Hyuk berkata bahwa keputusan Hye Jin adalah keputusan yang bagus. Kalau perlu bantuan bilang sama Dewa Shin Hyuk kapan saja. Meski terlihat ceroboh dan mandar-mandir sebnarnya aku professional. Begitu banyak majalah bersaing yang mau merekrutku sampai-sampai ada keributan.” Karena terlalu memuji dirinya, Shin Hyuk terjatuh.
Hye Jin bilang ini benar-benar keributan sambil membantu Shin Hyuk mengambil buku yang jatuh “Aku sengaja, karena kalau terlihat sempurna mungkin membuatku seperti pria brengsek.”
“Tapi
anehnya, banyak orang yang kenyataannya adalah orang yang brengsek dan tidak
sempurna.”
“Jackson, kau benar-benar telah berubah! Kau jadi fasih betul, kurasa kau orang yang berbeda.”
“Enggak usah nyolot ya, cepat pergi sana.” Shin Hyuk memberikan semua bukunya pada Hye Jin.
***
Hye Jin sibuk sampai tak mempedulikan Shin Hyuk yang menganggunya. Shin Hyuk berkata sendiri kalau sekarang Jackson tidak asyik lagi tapi Jackson-ku keren juga ternyata. Dan Hye Jin pun bekerja keras sepanjang hari sampai larut malam. Ia melihat ada minuman kaleng di atas mejanya. Lalu ia langsung minum tanpa mempedulikan itu punya siapa. Dari luar Sung Joon melihatnya dan tersenyum. Hmmmm, pasti minuman itu Sung Joon yang ngasih.
Besoknya, Hye Jin berkata pada Joo Young kalau ia mau mewawancarai penulis dongeng terkenal.
Sung Joon ketemu Hye Jin di parkiran mobil dan bertanya apa Hye Jin membeli mobil baru? Hye Jin menjawab, ia mau dinas ke luar dan Direktur Cha bilang akan cepat sampai kalau aku membawa mobil, jadi dia meminjamiku. Sung Joon bertanya “Mau pergi jauh?” Hye Jin mengiyakan, Paju Yadong-dong. Sung Joon memberi semangan pada Hye Jin karena ini adalah intervie pertamanya.
Ha Ri menelepon Sung Joon untuk mengajak ketemuan nanti malam. Sepertinya Ha Ri mau memberikan surat yang berisi penjelasan bahwa Ha Ri bukanlah Hye Jin.
Selama perjalanan, Hye Jin terus berlatih diri. Sementara di kantior Ah Reum sibuk mencari kunci mobilnya yang tidak ada. Joo Young heran melihat kunci mobilnya masih ada. Han sul menebak berarti Hye Jin membawa mobi Ah Reum. Shin Hyuk menelepon Hye Jin yang sedang asyik latihan sambil memutar musik yang kencang. Tentunya Hye Jin tak mendengar dering HP nya.
Semuanya mencemaskan Hye Jin. Shin Hyuk langsung kabur menyusul Hye Jin. Di restoran, Sung Joon menelepon Joo Young dan tak sengaja mendengar kalau Hye Jin tidak mengangkat HP nya. Sung Joon bertanya kenapa Hye Jin? Joo Young menjawab kalau Hye Jin salah membawa mobil. Dia membawa mobil Ah Reum yang rusak. Sung Joon terdiam melihat berita ada kecelakaan di paju Yadong-dong.
Sung Joon langsung pergi berlari menyusul Hye Jin dan tidak mendengar teriakkan Hye Jin yang memanggilnya.
Shin Hyuk dan Sung Joon bersama-sama menyusul Hye Jin dengan perasaan yang cemas, bahkan hujan deras pun tak dipedulikan, terutama Sung Joon yang trauma mengendarai mobil saat hujan tetap melaju kencang.
Selama dalam perjalanan, Sung Joon mengingat semua hal yang dilewatinya bersama Hye Jin, saat perjalanan dinas hingga pertanyaan Shin Hyuk “Apa Anda benar-benar tak punya perasaan lain pada Kim Hye Jin?”
Sesampainya di lokasi kecelakaan, Sung Joon sibuk bertanya pada petugas tentang kondisi pengemudinya. Sampai-sampai berteriak-teriak dan menarik baju petugas.
Hye Jin memanggil Sung Joon dari belakang. Sung Joon berbalik dan langsung berjalan memeluk Kim Hye Jin. Dia sangat takut kehilangan Hye Jin. Dan di sebrang jalan Shin Hyuk melihat kejadiaan itu.
Bersambung ke episode 10....
Komentar:
Aku
yakin kali ini Sung Joon tidak akan ragu lagi dengan perasaannya kepada Hye
Jin, meski ia belum tahu siapa sebenarnya Hye Jin. Itulah kenapa hati tak
pandai berbohong, tak pernah salah. Hati bagaikan air yang selalu tahu ke mana
seharusnya ia bermuara. Meski beribu kali Sung Joon membendungnya, air itu
tetap mengalir melalui celah-celah kecil. Dan itu membutuhkan waktu yang lama
buat Sung Joo untuk menyadari perasaannya yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar