Rabu, 06 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 10 Part 1




Si Jin meminta Mo Yeon untuk menyelematkan Argus, karena ia harus melakukan tugasnya sebagai dokter. Jika mereka ingin membunuh seseorang maka ia lah yang akan melakukannya.  Fatima memohon untuk tidak menyelematkan Argus. Mo Yeon melihat Argus kesakitan dan mengatakan Argus mengalami syok karena pendarahan, jadi Argus harus dipindahkan.

Sambil terus mengarah pistol pada anak buah Argus, Si Jin menyuruh anak buah Argus untuk memilih menjatuhkan senjatanya dan membawa Argus masuk atau membiarkannya mati di sini. Dan ia menyarankan anak buah Argus memilih yang terakhir. 

Argus berteriak keasakitan saat Mo Yeon membedah baguan pinggangnya. Mo Yeon meminta anak buah Argus memegang tubuh Argus dengan erat. Argus menjerit kesakitan, mengatakan operasinya sangat menyakitkan dan bertanya apa Mo Yeon tidak memberinya obat penghilang rasa sakit.

“Aku lupa karena aku bukanklah dokter yang terampil.” Ucap Mo Yeon sambil memperlihatkan peluru yang berhasil dikeluarkannya.

Terdengar suara Dae Young memanggil Big Boss dari Walkie talkie. Tommy yang mengacukan pistol bisa mengerti kalau tentara Korean akan datang dan bertanta apakah mereka harus memanggil orang-orang merka. 
Argus yang telah selesai operasi, melarangnya karena mereka bukan lawan mereka dan mengajak Fatima untuk pergi. Mo Yeon langsung menghalanginya, mengatakan Argus harus ke rumah sakit, meski operasinya berhasil.

Argus mengancam Fatima, kalau mereka kembali bertemu, Fatima akan mati dengan wajah cantiknya.
Si Jin menyuruh mereka untuk cepat lari sejauh yang mereka bisa dan kebaikan Si Jin hanya cukup sampai sini saja.  


Beberapa anak yang diagnosis terkena campak dinaikan ke dalam mobil. Dae Young membahas Argus yang pernah menjadi tentara sekarang sudah berhenti Si Jin bercerita Argus sekarang menjadi pedagang senjata dan pernah bertemu dengannya di kota.

Anak-anak itu diperiksa oleh dokter di medicube. Sang Hyun memeriksa bersama Ja Ae. Ja Ae tahu setelah terjadi bencana alam, maka aka nada penyakit campak dan kolera.

Sang Hyun menggurutu, “Pertama operasi VIP tak terduga, lalu gempa dan sekrang penyakit menular. Sudah kubilang, saat pertama datang ke sini, untuk mengajakmu kabur.” Ja Ae hanya melirik tajam lalu mengajak anak kecil itu keluar.

Mo Yeon memperlihatkan hasil CT Scan pada Sang Hyun yang menunjukkan adanya tanda-tanda pneumonia.

Sang Hyun menyahut, pneumonia bukanlah penyakit serius dan bisa ditangani oleh mereka. Ia juga menyuruh Mo Yeon mengganti dan menghilangkan darah dari tangan Mo Yeon serta bertanya darah apa itu.
Mo Yeon mencuci tangan di tempat penampungan air, ia mengingat perkataan Argus saat operasi tadi yang mengatakan kesempatan untuk terluka lebih tinggi saat Mo Yeon bersama pria bersenjata.

Mo Yeon mencuci bersih semua darah di tangannya. Tiba-tiba Min Ji berteriak memberitahu kalau seorang gadis yang datang bersamanya itu ingin pergi.

Mo Yeon meletakan sepiring kue dan roti serta menuangkan segelas susu di atas meja, menyuruh Fatima untuk makan dulu, setelah itu mereka akan bicara. Fatima dengan sengaja menyenggol gelas susu hingga tumpah, menanyakan alasan Mo Yeon menyelematkan Argus, seharusnya membiarkan Argus mati saja.

“Aku menyelamatkanmu menjadi seorang pembunuh jika kau membiarkannya mati.” Terang Mo Yeon

“Jadi kau menghentikanku menjadi seorang pembunuh? Tapi kau tak  bisa melindungiku,” sahut Fatima.

Mo Yeon menyakinkan Fatima dengan mengatakan kalau di sini ada tentara, jadi Fatima tidak akan terbunuh.

Tapi sayangnya, Fatima tidak percaya pada tentara yang bisa menlidunginya. Ia kesal dan ingin pergi. Mo Yeon mendudukinya kembali dan mengatakan Fatima bisa menyalahkannya, tapi Fatima harus makan dulu dan memikirkan lagi, jika ingin kabur sambil menuangkan kembali susu. Fatima cemberut sambil melipat tangan di dada.

Ji Soo yang sedang mendengar cerita, ingin tahu secara terperinci lagi keadaan di Urk. Dokter pria bercerita melihat pembangkit listrik runtuh, lalu tanahnya terbelah dua, truk-truk hancur begitu saja, korban berjatuhan dan bangunannya hilang.

Eun Ji menyahut, kenapa masih ada tim kita di sana? Dokter pria mengatakan sebenarnya semua tim mau pulang, tapi karena masih ada pasien dan kekurangan medis. Dan mengaku kalau tinggal beberapa hari memang tidak masalah. Itulaj sekarang mereka menyesal pulang duluan. 

“Maaf menyela pembicaraan kalian, tapi kenapa Chi Hoon tidak pulang? Dia ada dalam daftar. Tapi kenaoa dia tidak ada di dalam pesawat?” tanya Hee Eun yang baru datang.

Dokter pria itu menjawab, kalau tepat sebelum berangkat, ada pasien gawat darurat, jadi Chi Hoon menyerahkan kursinya. Ji Soo memuji  Lee Chi Hoon sebagai dokter sejati sekarang.

Hee Eun bertanya curiga, “Apa sungguh karena pasien? Dia tak selingkuh kan? Kenapa dia tak pernah meneleponku, bahkan sekalipun? Coba pikir-pikir lagi, apa ada sikapnya yang aneh,” desak Hee Eun.

Di ruang rawat Urk. Sang Hyun bercerita tenatng sesuatu yang  aneh tentang seseorang terlihat dari sikapnya yang seakan-akan sedang diintai. Min Ji bertanya siapa orang itu. Ja Ae menyahut kalau itu adalah pasien palsu yang merebut kursi pesawat Dr. Lee Chi Hoon yang pada akhirnya tak naik pesawat dan satu kursi tetap kosong.

“Jadi sebenarnya dia duduk di sana.” Ujar Sang Hyun, Ja Ae bertanya siapa orangnya. Sang Hyun menjawab, jiwanya yang duduk di kursi penumpang.

Min Ji menghela nafas, memuji Sang Hyun yang lucu dengan sikapnya. Ja Ae melirik sinis, ingin memarahi anak buahnya, tapi akhirnya malah ikut setuju dengan Min Jin.



Dalam ruang pentyimpanan obat. Mo Yeon memberitahu virus campak mulai menyebar luas dan PBB juga sudah mengeluarkan peringatan terhadap penyakit campak. Myeong Ju juga sudah ditelepon dan ia membawa vaksin yang cukup, jadi Mo Yeon jangan khawatir.

Mo Yeon mengusulkan diri untuk ikut karena ada 10 anak lebih yang terjangkit campak. Myeong Ju mengatakan apa Mo Yeon perlu bersikap mellow sekarang. tentara yang bertugas besok, Sersan Mayor Seo.  Ini adalah kunjungan tugas dicampur kunjungan pribadi.

Mo Yeon berbalas, Myeong Ju terlalu serius dan mengetahui Myeong Ju berangkat pagi.

Myeong Ju heran dengan sikap Mo Yeon ramah padahal sebelumnya terlihat masih dendam padanya. Mo Yeon bangga dengan dirinya yang bersikap jauh lebih dewasa daripada Myeong Ju, lalu memberi semangat semoga sampai ke tujuan esok dan keluar ruangan. Myeong Ju melihat Mo Yeon bukan lagi kakak ipar yang menakutkan.          


Myeong Ju berteriak gembira melihat cuacanya enak sekali lalu menggoda Dae Young kalau ia lebih suka dengan pria yang duduk di sebelahnya. Dae Young membalas kenapa Myeong Ju senang pergi bertugas bersama pria hitam seperti dirinya.

Myeong Ju membalas, ia mempunyai standar yang tinggi. Dae Young mengejek apa Myeong Ju yakin dengan standar tingginya.

“Apa kau tak pernah bercermin? Jika kau tak mau lihat mukamu, biarkan aku saja yang melihatnya terus,” goda Myeong Ju lagi.

Dae Young bertanya, apa yang akan kau lakukan jika berhenti jadi tentara? karena ini adalah tugas berbahaya dan kita sering berpisah.

“Apa pertanyaanmu itu untuk kebaikanku? Dan kau khawatir padaku?” tanya Myeong Ju. Dae Young menggantinya dengan lain yaitu mengkhawatirkan tentang hubungan mereka.

Myeong Ju tidak tahu kenapa ia merasa terharu. Lalu berkata ia baik-baik saja dan menyukai Sersan Se Dae Young yang sekarang. kecuali dirinya, tak ada yang boleh menyentuh seragammu.

Sesampai di desa berhantu, Myeong Ju bingung karena tak ada satu pun orang yang tinggal di sana dan merasa desa kitu sudah benar-benar kosong.


Di barak Mohuruwu, letjen Yoon memperlihatkan foto Argus, merasa Si Jin sudah mengetahuinya jika pria itu adalh mantan tentara Amerika, dan sekarang menjadi pedagang senjata illegal serta masuk dalam pasukan saat Kapten Kim Jin Suk meninggal. Si Jin membenarkan dan mengingat temannya tertembak saat menyelamatkan Argus.

Letjen Yoon mengatakan, CIA ingin bekerja sama dengan kita melalui kepala komite militer PBB. Si Jin bertanya, apa itu operasi gabungan untuk menyelesaikan masalah ini.

“Tidak, misi ini bukanlah tentang keadilan, tapi tentang politik.” Jawab Letjen Yoon.

Anak buah Letjen Yoon memberikan sebuah foto tentara berkulit hitam memberitahu kalau itu bernama Kolonel Amang, yang bertugas di Urk Utara.

Letjen Yoon menceritakan, mereka ingin melakukan kudeta dan membangun pemerintahan pro-Amerika. Jadi mereka menyediakan senjata untuk kolenel Amang melalui Argus.

Sementara itu, sebuah container sudah membawakan banyak senjata di dalam kotak kayu, Argus sedang menunggu barang dnegan melihat pelabuhan di depannya. Seorang pria memata-matai dengan teropongnya dari dalam mobil.

Letjen Yoon menjelaskan, pasukan Delta sudah melaksanakan misinya dan mereka bilang, dia juga temanmu. Si Jin pun mengingat tentara yang pernah bertugas di Afganistan untuk melepas sandera.

Letjen Yoon meminta untuk menghindrai konflik sampai misi selesai dan menyusun rencana saat mereka mulai memanipulasi Argus.

“Kita tak bisa melakukan tindakan pencegahan. Tapi ini adalah misi dasar kita untuk menjaga ketertiban umun,” ujar Si Jin.

Letjen Yoon menegaskan bahwa ini adalah perintah dari komandan. Mulai sekarang tentara kita tak mengambil misi ini.

Dae Young bercerita polisi yang memindahkan anak-anak itu ke pantai asuhan CTA tapi ia merasa ada yang aneh. Si Jin hanya melamun saja. Hingga Dae Young terpaksa memanggilnya.

Si Jin mengatakan, mulai sekarang mereka tidak bisa mencampuri masalah Argus. Ia baru kembali dari markas. Dan ini adalah rahasia. Dae Young hanya bisa diam saja.


Si Jin yang resah memilih untuk duduk di bawah reruntuhan sambil melepaskan semua senjatanya. Mo Yeon datang membawa secangkir kopi lali memberikannya pada Si Jin yang seprtinya membutuhkan tambahan gula. Si Jin menatapnya, Mo Yeon memberitahu kalau itu kesempatan terakhirnya. Si Jin akhirnya mengambil gelas kopinya dan mengucapkan terima kasih.

“Apa kau mau minum juga?” tanya Si Jin. Mo Yeon menolak karena takut gemuk, jadi menyuruh Si Jin minum saja dan menganggapnya sebagai obat.

Mo Yeon bertanya, tentang anak-anak dari desa berhantu karena belum melihat Letnan Yoon. Si Jin menjawab, pasukkannya sudah mengurusnya dan pemerintah Urk akan menyediakan fasilitas medis.

“Baguslah, anak-anak yang ada di Medicube juga sudah diobati, jadi mereka kembali sehat,” tutur Mo Yeon bahagia.

“Jadi, itu yang menyibukkanmu? Kau sampai lupa merapikan rambutmu.” Ucap Si Jin melihat rambut Mo Yeon berantakan lalu meminta untuk memegang gelasnya.

“Tiap kali kau meminta memegang sesuatu, kau pasti mau melakukan yang aneh-aneh,” tuduh Mo Yeon sambil menerima gelas dari Si Jin.

Si Jin hendak mau mengikat rambut Mo Yeon. Mo Yeon langsung menghindarinya karena ia belum keramas. Si Jin pikir Mo Yeon kekurangan air dan mengejeknya Mo Yeon yang memang jarang keramas, jadi tak perlu terlihat wanita yang suka keramas.

Mo Yeon menyanggah kalau Si Jin salah orang. Si Jin mengeluh, Mo Yeon seperti orang yang pertama kali bertemu saja, lalu mengikat rambut Mo Yeon tanpa peduli belum dikeramas. Mo Yeon merasa bisa melakukan sendiri nanti.

“Pacaran itu memang seperti itu, cowokmu-lah yang melakukan ‘tugas’ ini,” goda Si Jin.

“Aku juga akan melakukan hal yang sama nanti. Aku pasti akan melakukan apa yang bisa kau lakukan,” balas Mo Yeon menggoda. Si Jin menantap Mo Yeon, mengatakan kalau itu adalah janji. Mo Yeon mengangguk tersenyum untuk mengingat janjinya. Si Jin pun mengelus rambut Mo Yeon.

Terdengar suara dari walkit talkie Mo Yeon yang mengabari kiriman paket dari Korea telah sampai. Mo Yeon langsung bahagia dan hendak pergi. Si Jin menarik tangan Mo Yeon.

“Apa kau meninggalkanku hanya karena paketnya datang? Sekarang paket atau aku?” ujar Si Jin kesal.

“Tentu saja, aku pilih kau,” jawab Mo Yeon, tapi tetap pergi ingin mengambil paketnya.

Ja Ae memberikan paket untuk Mo Yeon dari Dr. Pyo, Mo Yeon memuji teman sejatinya itu memang yang paling baik, lalu mencium kardus paket yang bau-nya dari Korea. Ja Ae mencoba mencium kardus lainnya. Mo Yeon juga mengatakan kardus itu juga bau Korea dan melihatnya. Ia mengatakan akan mengantarkan paket itu. Ja Ae berkomentar kalau mereka terlihat sangat akrab.

Sang Hyun pun masuk bergantian dengan Mo Yeon yang baru keluar ruangan, bertanya apa ada paket untuk Ja Ae. Ja Ae heran kenapa Sang Hyun mencari paket untuknya bukan miliknya sendiri, kemudia memberikan kotak dengan mengataka ada paket yang mengejutkan untuk Sang Hyun.

Sang Hyun langsung membuka isi kotak, Ja Ae bertanya dari siapa. Sang Hyun mengatakan dari dirinya sendiri lalu memberikan sepatu kets putih itu pada Ja Ae dan ukurannya 240. Sang Hyun kegeeran, dengan mengatakan tak butuh ucapan terima kasih. Padahal, Ja Ae mau memberitahu ukurannya 230.

Di ruang makan, Mo Yeon melihat pesan di kotak; Yang semangat, Oppa. Aku merindukanmu oppa dengan lambang hati di belakangnya. Ia pun memberitahu Dae Young lewat walkie talkie, ada paket dari Shin Jae Young dan menanyakan keberadaannya. Dae Young dan Si Jin sedang ada di tenda, langsung kaget mendengarnya, lalu Dae Young menanyakan keberadaan Mo Yeon.

Keduanya langsung melempar kertas berkas dan lari sekencang-kencangnya. Mo Yeon mengatakan ia ada di ruang makan dan bertanya apakah ia harus menunggu. Myeong Ju yang ikut mendengarnya terlihat kesal dan langsung menuju ke ruang makan. Dae Young dan Si Jin tampak panik dan masih terus berlari sekuat tenaga. Bahkan anak buah yang memberi hormat tak digubris.

Mo Yeon mengoyang-goyangkan kardus, penasaran dengan isinya. Tiba-tiba Myeong Ju merebut kardus itu untuk memeriksanya apalagi melihat pesan yang di belakangnya berlambang hati, membuat Mo Yeon.
Mo Yeon bertanya apa sersan Seo punya adik perempuan. Myeong Ju berteriak kalau Dae Young itu anak tunggal. Mo Yeon pikir bukan dirinya yang salah dan harus kena marah.


Myeong Ju membuka paket itu dan mengambil amplop merah yang berisi kartu ucapan, di dalamnya terselip sebuah foto lalu mengumpatnya. Mo Yeon mengintip, dan ikut marah karena melihat Si Jin ada di foto itu bersama dua wanita, lalu membaca pesan yang ditulis pada kartu, “Hari saat kami bertemu Yoo Si Jin-oppa. Kenangan ini untukmu.”   Dengan geram, Mo Yeon menyurung Myeong Ju mengeluarkan pistolnya.


Kedua pria itu datang dengan napas terengah-engah dan keringat bercucuran mengatakan semuanya salah paham. Myeong Ju menunjukkan foto ini, kesalahanpahaman apa jika bukti sudah jelas. 

Mo Yeon menyindir Si Jin yang tersenyum bahagia dalam foto itu. Si Jin menyangkalnya, mengatakan ia tidak tersenyum tapi hanyalah pose lucu saja, lalu menempuk belakang Dae Young meminta bantuan.

Mo Yeon heran, kalau paket ini dari adik sepupu Dae Young, kenapa keduanya belari ke sini. Myeong Ju menimpali karena mereka sudah ketahuan dan menyuruh keduanya untuk menjawab pada hitungan ketiga yang mana adik sepupu Dae Young.

Tetapi keduanya memberi jawaban yang berbeda dan membuktikan mereka berbohong. Dae Youn akhirnya mengaku hanya ikut saja blind-date dengan kapten tak ada dikurangi atau dilebih-lebihkan.

“Apa kau mau membunuh Kaptenmu sekarang?” bisik Si Jin, Dae Young membenarkan. Lalu Mo Yeon berpikir Si Jin selalu menelepon wanita itu hingga dia tahu di mana alamatmu di Urk.

“Jadi itu benar, ya?” kenapa kau bisa begitu, Sersan Seo? Aku sungguh tak menyangkanya. Aku sudah menceramahinya, tapi dia akan sadar nanti.” Ucap Si Jin membela diri. *Hahhahaha… kedua saling menuduh. 

Mo Yeon tidak mau mendengar candaan Si Jin dan mengajaknya untuk keluar. Dae Young ingin ikut keluar. Myeong Ju bertanya mau ke mana Dae Young. Dae Young berpikir Mo Yeon mau bicara dengannya dan menyuruh Si Jin untuk menyusul Mo Yeon. Si Jin berharap ingin terus bersama Dae Young dan akhirnya memilih untuk keluar ruangan.

Dae Young menjelaskan, kalau semua itu adalah masa lalu. Myeong Ju menyindir, jadi foto ini berasal dari masa lalu. Dae Young mengaku foto itu dari Seoul.

Di balik dinding, Kwang Nam meminta uang karena tebakannya benar dua ketua mereka melakukan blin date, Chul Ho menambahkan saat keduanya menghilang dari pesta ulang tahun Bravo Park dulu. Wo Geum mengeluh kesal kerana kehilangan 200 ribu won.

Myeong Ju mengerti ternyata alasan Dae Young menghindarinya selama ini bukan karena ayahnya. Dae Young menegaskan kalau alasannya memang ayahnya Myeong Ju. Myeong Ju tak percaya dan bertanya sejauh mana kalian berkencan.

Dae Young menjawab, hanya pergi sampai pintu gerbang saja. Myeong  Ju marah yag dimaksudnya apa kalian saling bersentuhan atau tidak.


Di luar, Si Jin meyakinkan Mo Yeon kalau tak sejauh itu, mereka hanya minum teh saja. Mo Yeon memuji Si Jin ternyata pria yang baik. Si Jin tersipu malu merasa Mo Yeon tak perlu memujinya.

“Jadi kau minum teh dengan wanita? Dan aku malah berpikir, saat kita berpisah, kau tak akan bermain wanita lagi. percuma saja aku khawatir padamu, ternyata kau menikmati waktu indahmu,” sindir Mo Yeon.

Si Jin menyangkal, kalau itu bukanlah waktu yang indah. Itu hanyalah sebuah persahabatan yang tak mungkin ia tolak.

“Persahabatan dari hongkong. Bukannya tak bisa menolak, dari wajahmu saja sudah ketahuan kau juga menikmatinya.” Ucap Mo Yeon. Si Jin mengatai Mo Yeon itu terlalu kolot dan sepertinya sudah salah paham. Wajahku memang seperti ini saat minum teh.

Di ruang makan. Myeong Ju tak ingin  Dae Young bercanda terus dan tak percaya mereka hanya minum atau sampai mengantarnya pulang. Dae Young mengantarkan tak mengantarnya. Myeong Ju mengancam Dae Young apabila berbohong akan mati.

Akhirnya, Dae Young mengaku kalau ia mengantarnya tapi menggunakan mobi milik Kapten. Ia pun tak mengerti kenapa Kapten membawa mobil.

Di luar, Mo Yeon mengatakan apa Si Jin berpikir ia bisa membuatnya percaya terhadap semua cerita Si Jin. Si Jin hanya meminta Mo Yeon melupakannya saja karena ia pun tak ingat siapa nama wanita itu. Mo Yeon pun menyindir, nama yang tidak diingat Si Jin itu bisa membuat Si Jin berlarian sampai terengah-engah.

Si Jin melirik ke arah lain dan akhirnya mengaku kalau di foto itu bukan dirinya. Mo Yeon berteriak  sebal karena Si Jin terus berbohong. Ponsel Mo Yeon berbunyi dan mengatakan kalau orang yang menelepon ini telah menyelematkan Si Jin. Si Jin ingin tahu siapa yang menelepon Mo Yeon.

Mo Yeon pikir Si Jin tak berhak untuk bertanya, dan bertanya apa yang dilakukan Si Jin jika yang menelepon adalah wanita atau pria. Si Jin menjawab, jika wanita akan ditraktir makan, jika pria akan ditraktir minum, lalu tersenyum jail mengatakan karena orang itu sudah menyelematkannya sekarang.

“Dia adalah ketua Rs. Haesung, kenapa?” teriak Mo Yeon kesal, lalu berlalu meninggalkan Si Jin yang tersenyum melihat Mo Yeon yang sedang cemburuan padanya.

Mo Yeon menerima telepon dari Ji Soo. Ji Soo yakin kalau Mo Yeon telah menerima paket dan seharusnya mengucapkan terima kasih padanya. Mo Yeon minta maaf karena ia sibuk bahkan belum sempat membuka paketnya.

Ji Soo menembak Mo Yeon sibuk berkencan dan sedang bertengkar hari ini. Mo Yeon kaget karena Ji Soo menbgetahuinya. Ji Soo mengomentari hubungannya tidak akan berlanjut. Mo Yeon meminta Ji Soo diam saja. Ji Soo memberitahu Hee Chun ingin bicara juga.

Hee Eun bercerita Chi Hoon belum meneleponnya dan berpikir ia dicampakkan dengan bayi di dalam kandungannya. Mo Yeon mengumpat kesal karena Chi Hoon belum memberi kabar pada keluarganya dan meminta Hee Eun untuk menunggu, saat ini Chi Hoon sedang berjaga.


Chi Hoon hendak memberikan suntikan penghilang rasa sakit pada Min Jae, tapi Min Jae menolaknya dan memintanya untuk ditinggalkan sendirian karena melihat wajah Chi Hoon merasa tambah sakit. Chi Hoon tetap ingin menyutikkan obat. Min Jae kesal, Chi Hoon tak mendengarnya untuk pergi.

Dengan sinis, Min Jae mengatakan, ia tidak tahu apa yang akan Chi Hoon suntikkan pada. Apa Chi Hoo dapat dipercaya. Dan menuduh Chi Hoo pasti kesal melihatnya selamat sekarang.


Sambil menangis Chi Hoon meminta tolong pada Chi Hoon untuk mengeluarkan dari rasa bersalah dan mengaku kalau hari itu ia memang takut dan bukanlah seorang dokter. 

Min Jae mengatai Chi Hoon egois karena mengakui kasalahannya agar bisa merasa tenang. Chi Hoo berharap kalau itu akan berhasil. Ia tidak tahu harus melakukan apa dan merasa hanya Min Jae satu-satunya yang bisa diajaknya bicara.

Chi Hoo pun memberitahu akan meminta Sang Hyun yang akan mengobatinya dan berpesan jangan lupa minum obat, lalu berlalu keluar. Min Jae melihatnya keluar seperti ada rasa kasihan.

Chi Hoon kembali menangis di bawah reruntuhan, terdengan suara Mo Yeon dari walkie talkie yang sedang mencarinya. Ia pun mematikannya lalu menangis lagi.


Anak yang pernah keracunan timah datang memegang kepala Chi Hoon , dengan bahasa Urk mengatakan Chi Hoon sedang terluka. Chi Hoon memegang tangan anak itu dan berkata sambil menangis, kenapa anak itu selalu datang ke sini sendrian. Di sini kan berbahaya. Dan anak itu pun berkata, kenapa Chi Hoo merasa terluka.
Bersambung ke part 2…

  
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar