Si Jin meminta
Mo Yeon untuk menyelematkan Argus, karena ia harus melakukan tugasnya sebagai
dokter. Jika mereka ingin membunuh seseorang maka ia lah yang akan
melakukannya. Fatima memohon untuk tidak
menyelematkan Argus. Mo Yeon melihat Argus kesakitan dan mengatakan Argus
mengalami syok karena pendarahan, jadi Argus harus dipindahkan.
Sambil terus
mengarah pistol pada anak buah Argus, Si Jin menyuruh anak buah Argus untuk memilih
menjatuhkan senjatanya dan membawa Argus masuk atau membiarkannya mati di sini.
Dan ia menyarankan anak buah Argus memilih yang terakhir.
Argus berteriak
keasakitan saat Mo Yeon membedah baguan pinggangnya. Mo Yeon meminta anak buah
Argus memegang tubuh Argus dengan erat. Argus menjerit kesakitan, mengatakan
operasinya sangat menyakitkan dan bertanya apa Mo Yeon tidak memberinya obat
penghilang rasa sakit.
“Aku lupa karena
aku bukanklah dokter yang terampil.” Ucap Mo Yeon sambil memperlihatkan peluru
yang berhasil dikeluarkannya.
Terdengar suara
Dae Young memanggil Big Boss dari Walkie talkie. Tommy yang mengacukan pistol
bisa mengerti kalau tentara Korean akan datang dan bertanta apakah mereka harus
memanggil orang-orang merka.
Argus yang telah
selesai operasi, melarangnya karena mereka bukan lawan mereka dan mengajak
Fatima untuk pergi. Mo Yeon langsung menghalanginya, mengatakan Argus harus ke
rumah sakit, meski operasinya berhasil.
Argus mengancam
Fatima, kalau mereka kembali bertemu, Fatima akan mati dengan wajah cantiknya.
Si Jin menyuruh
mereka untuk cepat lari sejauh yang mereka bisa dan kebaikan Si Jin hanya cukup
sampai sini saja.
Beberapa anak
yang diagnosis terkena campak dinaikan ke dalam mobil. Dae Young membahas Argus
yang pernah menjadi tentara sekarang sudah berhenti Si Jin bercerita Argus
sekarang menjadi pedagang senjata dan pernah bertemu dengannya di kota.
Anak-anak itu
diperiksa oleh dokter di medicube. Sang Hyun memeriksa bersama Ja Ae. Ja Ae
tahu setelah terjadi bencana alam, maka aka nada penyakit campak dan kolera.
Sang Hyun
menggurutu, “Pertama operasi VIP tak terduga, lalu gempa dan sekrang penyakit
menular. Sudah kubilang, saat pertama datang ke sini, untuk mengajakmu kabur.”
Ja Ae hanya melirik tajam lalu mengajak anak kecil itu keluar.
Mo Yeon
memperlihatkan hasil CT Scan pada Sang Hyun yang menunjukkan adanya tanda-tanda
pneumonia.
Sang Hyun
menyahut, pneumonia bukanlah penyakit serius dan bisa ditangani oleh mereka. Ia
juga menyuruh Mo Yeon mengganti dan menghilangkan darah dari tangan Mo Yeon
serta bertanya darah apa itu.
Mo Yeon mencuci
tangan di tempat penampungan air, ia mengingat perkataan Argus saat operasi
tadi yang mengatakan kesempatan untuk terluka lebih tinggi saat Mo Yeon bersama
pria bersenjata.
Mo Yeon mencuci
bersih semua darah di tangannya. Tiba-tiba Min Ji berteriak memberitahu kalau
seorang gadis yang datang bersamanya itu ingin pergi.
Mo Yeon
meletakan sepiring kue dan roti serta menuangkan segelas susu di atas meja,
menyuruh Fatima untuk makan dulu, setelah itu mereka akan bicara. Fatima dengan
sengaja menyenggol gelas susu hingga tumpah, menanyakan alasan Mo Yeon
menyelematkan Argus, seharusnya membiarkan Argus mati saja.
“Aku
menyelamatkanmu menjadi seorang pembunuh jika kau membiarkannya mati.” Terang
Mo Yeon
“Jadi kau
menghentikanku menjadi seorang pembunuh? Tapi kau tak bisa melindungiku,” sahut Fatima.
Mo Yeon
menyakinkan Fatima dengan mengatakan kalau di sini ada tentara, jadi Fatima
tidak akan terbunuh.
Tapi sayangnya,
Fatima tidak percaya pada tentara yang bisa menlidunginya. Ia kesal dan ingin
pergi. Mo Yeon mendudukinya kembali dan mengatakan Fatima bisa menyalahkannya,
tapi Fatima harus makan dulu dan memikirkan lagi, jika ingin kabur sambil
menuangkan kembali susu. Fatima cemberut sambil melipat tangan di dada.
Ji Soo yang
sedang mendengar cerita, ingin tahu secara terperinci lagi keadaan di Urk.
Dokter pria bercerita melihat pembangkit listrik runtuh, lalu tanahnya terbelah
dua, truk-truk hancur begitu saja, korban berjatuhan dan bangunannya hilang.
Eun Ji menyahut,
kenapa masih ada tim kita di sana? Dokter pria
mengatakan sebenarnya semua tim mau pulang, tapi karena masih ada pasien dan
kekurangan medis. Dan mengaku kalau tinggal beberapa hari memang tidak masalah.
Itulaj sekarang mereka menyesal pulang duluan.
“Maaf menyela
pembicaraan kalian, tapi kenapa Chi Hoon tidak pulang? Dia ada dalam daftar.
Tapi kenaoa dia tidak ada di dalam pesawat?” tanya Hee Eun yang baru datang.
Dokter pria itu
menjawab, kalau tepat sebelum berangkat, ada pasien gawat darurat, jadi Chi
Hoon menyerahkan kursinya. Ji Soo memuji
Lee Chi Hoon sebagai dokter sejati sekarang.
Hee Eun bertanya
curiga, “Apa sungguh karena pasien? Dia tak selingkuh kan? Kenapa dia tak
pernah meneleponku, bahkan sekalipun? Coba pikir-pikir lagi, apa ada sikapnya
yang aneh,” desak Hee Eun.
Di ruang rawat
Urk. Sang Hyun bercerita tenatng sesuatu yang
aneh tentang seseorang terlihat dari sikapnya yang seakan-akan sedang diintai.
Min Ji bertanya siapa orang itu. Ja Ae menyahut kalau itu adalah pasien palsu
yang merebut kursi pesawat Dr. Lee Chi Hoon yang pada akhirnya tak naik pesawat
dan satu kursi tetap kosong.
“Jadi sebenarnya
dia duduk di sana.” Ujar Sang Hyun, Ja Ae bertanya siapa orangnya. Sang Hyun
menjawab, jiwanya yang duduk di kursi penumpang.
Min Ji menghela
nafas, memuji Sang Hyun yang lucu dengan sikapnya. Ja Ae melirik sinis, ingin
memarahi anak buahnya, tapi akhirnya malah ikut setuju dengan Min Jin.
Dalam ruang
pentyimpanan obat. Mo Yeon memberitahu virus campak mulai menyebar luas dan PBB
juga sudah mengeluarkan peringatan terhadap penyakit campak. Myeong Ju juga
sudah ditelepon dan ia membawa vaksin yang cukup, jadi Mo Yeon jangan khawatir.
Mo Yeon
mengusulkan diri untuk ikut karena ada 10 anak lebih yang terjangkit campak.
Myeong Ju mengatakan apa Mo Yeon perlu bersikap mellow sekarang. tentara yang
bertugas besok, Sersan Mayor Seo. Ini
adalah kunjungan tugas dicampur kunjungan pribadi.
Mo Yeon
berbalas, Myeong Ju terlalu serius dan mengetahui Myeong Ju berangkat pagi.
Myeong Ju heran
dengan sikap Mo Yeon ramah padahal sebelumnya terlihat masih dendam padanya. Mo
Yeon bangga dengan dirinya yang bersikap jauh lebih dewasa daripada Myeong Ju,
lalu memberi semangat semoga sampai ke tujuan esok dan keluar ruangan. Myeong
Ju melihat Mo Yeon bukan lagi kakak ipar yang menakutkan.
Myeong Ju
berteriak gembira melihat cuacanya enak sekali lalu menggoda Dae Young kalau ia
lebih suka dengan pria yang duduk di sebelahnya. Dae Young membalas kenapa
Myeong Ju senang pergi bertugas bersama pria hitam seperti dirinya.
Myeong Ju
membalas, ia mempunyai standar yang tinggi. Dae Young mengejek apa Myeong Ju
yakin dengan standar tingginya.
“Apa kau tak
pernah bercermin? Jika kau tak mau lihat mukamu, biarkan aku saja yang
melihatnya terus,” goda Myeong Ju lagi.
Dae Young
bertanya, apa yang akan kau lakukan jika berhenti jadi tentara? karena ini
adalah tugas berbahaya dan kita sering berpisah.
“Apa
pertanyaanmu itu untuk kebaikanku? Dan kau khawatir padaku?” tanya Myeong Ju. Dae
Young menggantinya dengan lain yaitu mengkhawatirkan tentang hubungan mereka.
Myeong Ju tidak
tahu kenapa ia merasa terharu. Lalu berkata ia baik-baik saja dan menyukai
Sersan Se Dae Young yang sekarang. kecuali dirinya, tak ada yang boleh
menyentuh seragammu.
Sesampai di desa
berhantu, Myeong Ju bingung karena tak ada satu pun orang yang tinggal di sana
dan merasa desa kitu sudah benar-benar kosong.
Di barak
Mohuruwu, letjen Yoon memperlihatkan foto Argus, merasa Si Jin sudah
mengetahuinya jika pria itu adalh mantan tentara Amerika, dan sekarang menjadi
pedagang senjata illegal serta masuk dalam pasukan saat Kapten Kim Jin Suk
meninggal. Si Jin membenarkan dan mengingat temannya tertembak saat
menyelamatkan Argus.
Letjen Yoon
mengatakan, CIA ingin bekerja sama dengan kita melalui kepala komite militer
PBB. Si Jin bertanya, apa itu operasi gabungan untuk menyelesaikan masalah ini.
“Tidak, misi ini
bukanlah tentang keadilan, tapi tentang politik.” Jawab Letjen Yoon.
Anak buah Letjen
Yoon memberikan sebuah foto tentara berkulit hitam memberitahu kalau itu
bernama Kolonel Amang, yang bertugas di Urk Utara.
Letjen Yoon
menceritakan, mereka ingin melakukan kudeta dan membangun pemerintahan
pro-Amerika. Jadi mereka menyediakan senjata untuk kolenel Amang melalui Argus.
Sementara itu,
sebuah container sudah membawakan banyak senjata di dalam kotak kayu, Argus
sedang menunggu barang dnegan melihat pelabuhan di depannya. Seorang pria
memata-matai dengan teropongnya dari dalam mobil.
Letjen Yoon
menjelaskan, pasukan Delta sudah melaksanakan misinya dan mereka bilang, dia
juga temanmu. Si Jin pun mengingat tentara yang pernah bertugas di Afganistan
untuk melepas sandera.
Letjen Yoon
meminta untuk menghindrai konflik sampai misi selesai dan menyusun rencana saat
mereka mulai memanipulasi Argus.
“Kita tak bisa
melakukan tindakan pencegahan. Tapi ini adalah misi dasar kita untuk menjaga
ketertiban umun,” ujar Si Jin.
Letjen Yoon
menegaskan bahwa ini adalah perintah dari komandan. Mulai sekarang tentara kita
tak mengambil misi ini.
Dae Young
bercerita polisi yang memindahkan anak-anak itu ke pantai asuhan CTA tapi ia
merasa ada yang aneh. Si Jin hanya melamun saja. Hingga Dae Young terpaksa
memanggilnya.
Si Jin
mengatakan, mulai sekarang mereka tidak bisa mencampuri masalah Argus. Ia baru
kembali dari markas. Dan ini adalah rahasia. Dae Young hanya bisa diam saja.
Si Jin yang
resah memilih untuk duduk di bawah reruntuhan sambil melepaskan semua
senjatanya. Mo Yeon datang membawa secangkir kopi lali memberikannya pada Si
Jin yang seprtinya membutuhkan tambahan gula. Si Jin menatapnya, Mo Yeon
memberitahu kalau itu kesempatan terakhirnya. Si Jin akhirnya mengambil gelas
kopinya dan mengucapkan terima kasih.
“Apa kau mau
minum juga?” tanya Si Jin. Mo Yeon menolak karena takut gemuk, jadi menyuruh Si
Jin minum saja dan menganggapnya sebagai obat.
Mo Yeon
bertanya, tentang anak-anak dari desa berhantu karena belum melihat Letnan
Yoon. Si Jin menjawab, pasukkannya sudah mengurusnya dan pemerintah Urk akan
menyediakan fasilitas medis.
“Baguslah,
anak-anak yang ada di Medicube juga sudah diobati, jadi mereka kembali sehat,”
tutur Mo Yeon bahagia.
“Jadi, itu yang
menyibukkanmu? Kau sampai lupa merapikan rambutmu.” Ucap Si Jin melihat rambut
Mo Yeon berantakan lalu meminta untuk memegang gelasnya.
“Tiap kali kau
meminta memegang sesuatu, kau pasti mau melakukan yang aneh-aneh,” tuduh Mo
Yeon sambil menerima gelas dari Si Jin.
Si Jin hendak
mau mengikat rambut Mo Yeon. Mo Yeon langsung menghindarinya karena ia belum
keramas. Si Jin pikir Mo Yeon kekurangan air dan mengejeknya Mo Yeon yang
memang jarang keramas, jadi tak perlu terlihat wanita yang suka keramas.
Mo Yeon
menyanggah kalau Si Jin salah orang. Si Jin mengeluh, Mo Yeon seperti orang
yang pertama kali bertemu saja, lalu mengikat rambut Mo Yeon tanpa peduli belum
dikeramas. Mo Yeon merasa bisa melakukan sendiri nanti.
“Pacaran itu
memang seperti itu, cowokmu-lah yang melakukan ‘tugas’ ini,” goda Si Jin.
“Aku juga akan
melakukan hal yang sama nanti. Aku pasti akan melakukan apa yang bisa kau
lakukan,” balas Mo Yeon menggoda. Si Jin menantap Mo Yeon, mengatakan kalau itu
adalah janji. Mo Yeon mengangguk tersenyum untuk mengingat janjinya. Si Jin pun
mengelus rambut Mo Yeon.
Terdengar suara
dari walkit talkie Mo Yeon yang mengabari kiriman paket dari Korea telah
sampai. Mo Yeon langsung bahagia dan hendak pergi. Si Jin menarik tangan Mo
Yeon.
“Apa kau
meninggalkanku hanya karena paketnya datang? Sekarang paket atau aku?” ujar Si
Jin kesal.
“Tentu saja, aku
pilih kau,” jawab Mo Yeon, tapi tetap pergi ingin mengambil paketnya.
Ja Ae memberikan
paket untuk Mo Yeon dari Dr. Pyo, Mo Yeon memuji teman sejatinya itu memang
yang paling baik, lalu mencium kardus paket yang bau-nya dari Korea. Ja Ae
mencoba mencium kardus lainnya. Mo Yeon juga mengatakan kardus itu juga bau
Korea dan melihatnya. Ia mengatakan akan mengantarkan paket itu. Ja Ae
berkomentar kalau mereka terlihat sangat akrab.
Sang Hyun pun
masuk bergantian dengan Mo Yeon yang baru keluar ruangan, bertanya apa ada
paket untuk Ja Ae. Ja Ae heran kenapa Sang Hyun mencari paket untuknya bukan
miliknya sendiri, kemudia memberikan kotak dengan mengataka ada paket yang
mengejutkan untuk Sang Hyun.
Sang Hyun
langsung membuka isi kotak, Ja Ae bertanya dari siapa. Sang Hyun mengatakan
dari dirinya sendiri lalu memberikan sepatu kets putih itu pada Ja Ae dan
ukurannya 240. Sang Hyun kegeeran, dengan mengatakan tak butuh ucapan terima
kasih. Padahal, Ja Ae mau memberitahu ukurannya 230.
Di ruang makan,
Mo Yeon melihat pesan di kotak; Yang semangat, Oppa. Aku merindukanmu oppa
dengan lambang hati di belakangnya. Ia pun memberitahu Dae Young lewat walkie
talkie, ada paket dari Shin Jae Young dan menanyakan keberadaannya. Dae Young
dan Si Jin sedang ada di tenda, langsung kaget mendengarnya, lalu Dae Young
menanyakan keberadaan Mo Yeon.
Keduanya
langsung melempar kertas berkas dan lari sekencang-kencangnya. Mo Yeon
mengatakan ia ada di ruang makan dan bertanya apakah ia harus menunggu. Myeong Ju
yang ikut mendengarnya terlihat kesal dan langsung menuju ke ruang makan. Dae
Young dan Si Jin tampak panik dan masih terus berlari sekuat tenaga. Bahkan
anak buah yang memberi hormat tak digubris.
Mo Yeon
mengoyang-goyangkan kardus, penasaran dengan isinya. Tiba-tiba Myeong Ju
merebut kardus itu untuk memeriksanya apalagi melihat pesan yang di belakangnya
berlambang hati, membuat Mo Yeon.
Mo Yeon bertanya
apa sersan Seo punya adik perempuan. Myeong Ju berteriak kalau Dae Young itu
anak tunggal. Mo Yeon pikir bukan dirinya yang salah dan harus kena marah.
Myeong Ju
membuka paket itu dan mengambil amplop merah yang berisi kartu ucapan, di
dalamnya terselip sebuah foto lalu mengumpatnya. Mo Yeon mengintip, dan ikut
marah karena melihat Si Jin ada di foto itu bersama dua wanita, lalu membaca
pesan yang ditulis pada kartu, “Hari saat
kami bertemu Yoo Si Jin-oppa. Kenangan ini untukmu.” Dengan
geram, Mo Yeon menyurung Myeong Ju mengeluarkan pistolnya.
Kedua pria itu
datang dengan napas terengah-engah dan keringat bercucuran mengatakan semuanya
salah paham. Myeong Ju menunjukkan foto ini, kesalahanpahaman apa jika bukti
sudah jelas.
Mo Yeon
menyindir Si Jin yang tersenyum bahagia dalam foto itu. Si Jin menyangkalnya,
mengatakan ia tidak tersenyum tapi hanyalah pose lucu saja, lalu menempuk
belakang Dae Young meminta bantuan.
Mo Yeon heran,
kalau paket ini dari adik sepupu Dae Young, kenapa keduanya belari ke sini.
Myeong Ju menimpali karena mereka sudah ketahuan dan menyuruh keduanya untuk
menjawab pada hitungan ketiga yang mana adik sepupu Dae Young.
Tetapi keduanya
memberi jawaban yang berbeda dan membuktikan mereka berbohong. Dae Youn
akhirnya mengaku hanya ikut saja blind-date dengan kapten tak ada dikurangi
atau dilebih-lebihkan.
“Apa kau mau
membunuh Kaptenmu sekarang?” bisik Si Jin, Dae Young membenarkan. Lalu Mo Yeon
berpikir Si Jin selalu menelepon wanita itu hingga dia tahu di mana alamatmu di
Urk.
“Jadi itu benar,
ya?” kenapa kau bisa begitu, Sersan Seo? Aku sungguh tak menyangkanya. Aku
sudah menceramahinya, tapi dia akan sadar nanti.” Ucap Si Jin membela diri.
*Hahhahaha… kedua saling menuduh.
Mo Yeon tidak
mau mendengar candaan Si Jin dan mengajaknya untuk keluar. Dae Young ingin ikut
keluar. Myeong Ju bertanya mau ke mana Dae Young. Dae Young berpikir Mo Yeon
mau bicara dengannya dan menyuruh Si Jin untuk menyusul Mo Yeon. Si Jin
berharap ingin terus bersama Dae Young dan akhirnya memilih untuk keluar
ruangan.
Dae Young
menjelaskan, kalau semua itu adalah masa lalu. Myeong Ju menyindir, jadi foto
ini berasal dari masa lalu. Dae Young mengaku foto itu dari Seoul.
Di balik
dinding, Kwang Nam meminta uang karena tebakannya benar dua ketua mereka
melakukan blin date, Chul Ho menambahkan saat keduanya menghilang dari pesta
ulang tahun Bravo Park dulu. Wo Geum mengeluh kesal kerana kehilangan 200 ribu
won.
Myeong Ju
mengerti ternyata alasan Dae Young menghindarinya selama ini bukan karena
ayahnya. Dae Young menegaskan kalau alasannya memang ayahnya Myeong Ju. Myeong
Ju tak percaya dan bertanya sejauh mana kalian berkencan.
Dae Young
menjawab, hanya pergi sampai pintu gerbang saja. Myeong Ju marah yag dimaksudnya apa kalian saling
bersentuhan atau tidak.
Di luar, Si Jin
meyakinkan Mo Yeon kalau tak sejauh itu, mereka hanya minum teh saja. Mo Yeon
memuji Si Jin ternyata pria yang baik. Si Jin tersipu malu merasa Mo Yeon tak
perlu memujinya.
“Jadi kau minum
teh dengan wanita? Dan aku malah berpikir, saat kita berpisah, kau tak akan
bermain wanita lagi. percuma saja aku khawatir padamu, ternyata kau menikmati
waktu indahmu,” sindir Mo Yeon.
Si Jin
menyangkal, kalau itu bukanlah waktu yang indah. Itu hanyalah sebuah
persahabatan yang tak mungkin ia tolak.
“Persahabatan
dari hongkong. Bukannya tak bisa menolak, dari wajahmu saja sudah ketahuan kau
juga menikmatinya.” Ucap Mo Yeon. Si Jin mengatai Mo Yeon itu terlalu kolot dan
sepertinya sudah salah paham. Wajahku memang seperti ini saat minum teh.
Di ruang makan.
Myeong Ju tak ingin Dae Young bercanda
terus dan tak percaya mereka hanya minum atau sampai mengantarnya pulang. Dae
Young mengantarkan tak mengantarnya. Myeong Ju mengancam Dae Young apabila
berbohong akan mati.
Akhirnya, Dae
Young mengaku kalau ia mengantarnya tapi menggunakan mobi milik Kapten. Ia pun
tak mengerti kenapa Kapten membawa mobil.
Di luar, Mo Yeon
mengatakan apa Si Jin berpikir ia bisa membuatnya percaya terhadap semua cerita
Si Jin. Si Jin hanya meminta Mo Yeon melupakannya saja karena ia pun tak ingat
siapa nama wanita itu. Mo Yeon pun menyindir, nama yang tidak diingat Si Jin
itu bisa membuat Si Jin berlarian sampai terengah-engah.
Si Jin melirik
ke arah lain dan akhirnya mengaku kalau di foto itu bukan dirinya. Mo Yeon
berteriak sebal karena Si Jin terus
berbohong. Ponsel Mo Yeon berbunyi dan mengatakan kalau orang yang menelepon
ini telah menyelematkan Si Jin. Si Jin ingin tahu siapa yang menelepon Mo Yeon.
Mo Yeon pikir Si
Jin tak berhak untuk bertanya, dan bertanya apa yang dilakukan Si Jin jika yang
menelepon adalah wanita atau pria. Si Jin menjawab, jika wanita akan ditraktir
makan, jika pria akan ditraktir minum, lalu tersenyum jail mengatakan karena
orang itu sudah menyelematkannya sekarang.
“Dia adalah
ketua Rs. Haesung, kenapa?” teriak Mo Yeon kesal, lalu berlalu meninggalkan Si
Jin yang tersenyum melihat Mo Yeon yang sedang cemburuan padanya.
Mo Yeon menerima
telepon dari Ji Soo. Ji Soo yakin kalau Mo Yeon telah menerima paket dan
seharusnya mengucapkan terima kasih padanya. Mo Yeon minta maaf karena ia sibuk
bahkan belum sempat membuka paketnya.
Ji Soo menembak
Mo Yeon sibuk berkencan dan sedang bertengkar hari ini. Mo Yeon kaget karena Ji
Soo menbgetahuinya. Ji Soo mengomentari hubungannya tidak akan berlanjut. Mo
Yeon meminta Ji Soo diam saja. Ji Soo memberitahu Hee Chun ingin bicara juga.
Hee Eun
bercerita Chi Hoon belum meneleponnya dan berpikir ia dicampakkan dengan bayi
di dalam kandungannya. Mo Yeon mengumpat kesal karena Chi Hoon belum memberi
kabar pada keluarganya dan meminta Hee Eun untuk menunggu, saat ini Chi Hoon
sedang berjaga.
Chi Hoon hendak
memberikan suntikan penghilang rasa sakit pada Min Jae, tapi Min Jae menolaknya
dan memintanya untuk ditinggalkan sendirian karena melihat wajah Chi Hoon
merasa tambah sakit. Chi Hoon tetap ingin menyutikkan obat. Min Jae kesal, Chi
Hoon tak mendengarnya untuk pergi.
Dengan sinis,
Min Jae mengatakan, ia tidak tahu apa yang akan Chi Hoon suntikkan pada. Apa
Chi Hoo dapat dipercaya. Dan menuduh Chi Hoo pasti kesal melihatnya selamat
sekarang.
Sambil menangis Chi
Hoon meminta tolong pada Chi Hoon untuk mengeluarkan dari rasa bersalah dan
mengaku kalau hari itu ia memang takut dan bukanlah seorang dokter.
Min Jae mengatai
Chi Hoon egois karena mengakui kasalahannya agar bisa merasa tenang. Chi Hoo
berharap kalau itu akan berhasil. Ia tidak tahu harus melakukan apa dan merasa
hanya Min Jae satu-satunya yang bisa diajaknya bicara.
Chi Hoo pun
memberitahu akan meminta Sang Hyun yang akan mengobatinya dan berpesan jangan
lupa minum obat, lalu berlalu keluar. Min Jae melihatnya keluar seperti ada
rasa kasihan.
Chi Hoon kembali
menangis di bawah reruntuhan, terdengan suara Mo Yeon dari walkie talkie yang
sedang mencarinya. Ia pun mematikannya lalu menangis lagi.
Anak yang pernah
keracunan timah datang memegang kepala Chi Hoon , dengan bahasa Urk mengatakan
Chi Hoon sedang terluka. Chi Hoon memegang tangan anak itu dan berkata sambil
menangis, kenapa anak itu selalu datang ke sini sendrian. Di sini kan
berbahaya. Dan anak itu pun
berkata, kenapa Chi Hoo merasa terluka.
Bersambung ke part 2…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar