Senin, 18 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 15 Part 1




Si Jin sedang mendengar musik dari earphone-nya sambil tersenyum manis. Mo Yeon datang menghampirinya. Si Jin bercanda, kalau dirinya terlihat seperti lukisan yang indah sekarang. Mo Yeon membenarkan, malah setiap hari Si Jin terlihat indah. Mo Yeon memberitahukan prosedur keluar dari rumah sakit sudah selesai, dan kali ini ia akan menjadi pacar, bukan dokter Si Jin. Si Jin merasa senang dan bersemangat.

Mo Yeon keluar dari gedung rumah sakit sambil mendorong kursi roda Si Jin. Ia mengomentari awan di Urk yang lebih cantik daripada di Korea. “Kau ingin kembali ke sana? Hanya kita berdua?” tanya Si Jin.

“Berdua?” tanya Mo Yeon, kaget.

“Kenapa? memangnya kau mau pergi pria sama yang mana lagi?” Si Jin malah bertanya balik. Mo Yeon bercanda, mengatakan itu mungkin saja sih. Si Jin pura-pura kesal mendengarnya.


Lalu Mo Yeon ingin tahu lagu apa yang didengar Si Jin. Si Jin memberikan earphone-nya sambil mengatakan ia mendengarkan lagu kesukaannya.

Mo Yeon pun mendengarkan dengan serius. Ternyata lagu kesukaan Si Jin adalah rekaman pengakuannya saat dulu mobilnya menggantung di tebing.

Mo Yeon kesal dan tidak sengaja melepaskan pegangan tangannya dari kursi roda Si Jin. Si Jin pun meluncur bebas ke bawah, karena mereka berada di tempat yang miring . Mo Yeon berlari, berusaha menangkap kursi roda.


Tapi laju kursi roda lebih cepat dari laju lari Mo Yeon. Akhirnya, kursi roda Si Jin membentur pinggiran jalan dan Si Jin tersungkur ke jalan.


Mo Yeon panik dan mengkhawatirkan kursi rodanya yang mahal. Si Jin menggerutu karena Mo Yeon malah mengkhawatirkan kursi roda, bukan dirinya. Padahal 10 menit yang lalu, ia hampir saja mati. Si Jin melarang Mo Yeon naik transportasi umum karena khawatir akan membahayakan orang lain.


Dae Young dan Myeong Ju makan siang bersama. Myeong Ju memakan semuanya dengan lahap. Ia menyuruh Dae Young mengatakan apa yang ingin Dae Young katakan karena ia akan langsung pergi setelah makannya selesai dan ia sudah hampir selesai.

Dae Young menatap Myeong Ju mengatakan, tidak ada yang ingin ia katakan. “Kalau begitu kenapa kau memintaku makan siang bersama?” tanya Myeong Ju kesal.

“Karena kau terlihat terlalu kurus.” sahut Dae Young.

Myeong Ju mengaku sedikit stress dan apa pedulinya Dae Young karena mereka sudah putus atau hanya break sementara saja.  Lalu bertanya, apa kita sedang berunding ingin memutuskan hubungan ataukah kita sudah putus sekarang? 

Dae Young mengatakan ia mencoba untuk mengerti Myeong Ju. Menurut Myeong Ju itu artinya Dae Young masih belum mengerti. Dae Young memohon untuk bisa membuatnya mengerti. Myeong Ju menyimpulkan setelah Dae Young berhenti jadi tentara akan bekerja di perusahaan dan hidup menjadi menantu ayahnya. Dae Young membalasnya, tapi mereka tetap bisa bersama.

Myeong Ju menyindir sepertinya Dae Young terlihat bahagia. Dan mengatakan, ia akan meninggalkan tentara dan tidak akan bertemu lagi dengan ayahnya, karena ayahnya dan ia mempunyai kehidupan yang berbeda.

Dae Young meminta Myeong Ju tidak berkata seperti itu. Myeong Ju memiliki karir dan masa depan yang bagus di tentara. “Bahkan Jika aku menjadi ayahmu, aku akan menentang hubungan ini.” ucap Dae Young.

“Aku memang tahu itu. Aku sangat membencimu mengatakan itu,” ucap Myeong Ju.

“Kau pikir aku bahagia sekarang? Kau sudah selesai makannya kan? Aku akan membayar bill-mu.” ucap Dae Young lalu pamit pergi tanpa menunggu jawaban Myeong Ju.

Myeong Ju menahannya dengan berpesan, lain kali Dae Young tidak perlu mentraktirnya makan. Dae Young hanya perlu memberinya jawaban, apa mereka putus atau tidak.


Di ruang kerjanya, Letjen Yoon melihat formulir pengunduran diri Dae Young dari tentara. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh ayah Myeong Ju itu.


Mo Yeon sedang ada di rumah, Si Jin mengirimkan pesan, menanyakan Mo Yeon sedang apa. ‘Aku sedang bersiap-siap mau mandi’ balas Mo Yeon melalui pesan juga.

Sedetik kemudian Si Jin malah meneleponnya dengan video call. Mo Yeon mengira Si Jin merindukannya. Tapi ternyata bukan. Si Jin kecewa, ternyata Mo Yeon masih pakai baju. Mo Yeon kesal dan mengatai Si Jin ‘mesum’. Mo Yeon mengatakan ia baru akan membuka bajunya setelah menutup telepon dari Si Jin.


Dan baru sebentar Mo Yeon menutup teleponnya, tiba-tiba terdengar suara bel. Mo Yeon sangat kaget melihat Si Jin ternyata ada di depan rumahnya dan menuduh Mo Yeon berbohong karena belum melepas bajunya.

Tentu saja Mo Yeon kesal, apalagi Si Jin seenaknya masuk ke rumahnya. Mo Yeon menanyakan apa Si Jin pulang dari tempat kerja lebih cepat.

Si Jin mengatakan ia mau mengambil cuti sakit dan ingin meminta surat dokter. Mo Yeon menyuruh Si Jin ke rumah sakit. Tapi Si Jin tidak mau, ia mau mengambil surat langsung dari dokternya, yaitu Mo Yeon.


Mo Yeon mengometari Si Jin yang membeli banyak bir padahal Si Jin masih sakit.  Si Jin menyahut, untuk mengurangi rasa sakit. Mo Yeon menghitung jumlah kaleng dan mengancam Si Jin tidak boleh minum sendirian karena ia sudah menghitung jumlah kalengnya.


Mo Yeon sudah selesai mandi dan melihat Si Jin sudah menyalakan banyak lilin. Si Jin mengatakan agar Mo Yeon terlihat cantik dari berbagai sudut. Si Jin memuji Mo Yeon yang sangat cantik. Mo Yeon mengatakanSi Jin baru sadar ya. Lalu ingin tahu bagaimana Si Jin bisa mengetahui lilin kesukaannya, padahal baru sekali lihat.

“Apa menurutmu aku datang ke sini hanya sekali?” tanya Si Jin.

“Tidak,” sahut Mo Yeon.

“Berapa kali?”

“Kenapa? Aku tak penasaran.”  Ucap Mo Yeon sambil mengambil minuma kaleng. Si Jin melarangnya minum. Mo Yeon pun ingat, Si Jin datang ke rumahnya saat mabuk beberapa hari yang lalu. Si Jin kesal dan melarang Mo Yeon minum dengan pria lain.

“Kau mau apa? Apa kau akan menyeretku pulang dengan helikopter?” tantang Mo Yeon.

“Kau pikir aku tak bisa?” Si Jin balik menantang. Lalu Mo Yeon tiba-tiba teringat saat Si Jin menyelamatkannya dari Argus, Si Jin memakai helikopter arab dan ingin tahu kenapa Si Jin bisa membawa helikopter arab.

Si Jin tidak berani mengaku dan berpura-pura sakit karena lengannya tadi jatuh. Mo Yeon mengatakan jatuh bukan dari lengan itu, Si Jin pun mengatakan lengan satunya lagi sakit. Mo Yeon meminta Si Jin jujur, ia tidak akan marah dan katakana Si Jin tak menggunakan kartu itu. Si Jin malah menawarkannya minum. Mo Yeon marah karena Si Jin memang menggunakan kartu itu.

“Tapi kan hidupmu bergantung pada kartu itu,” ucap Si Jin.

“Untuk apa aku hidup kalau tidak punya kartu itu,” balas Mo Yeon. Lalu bertanya apa tak ada sesuatu dalam helikopter itu. Si Jin malas menjawab pertanyaan Mo Yeon dan ingin mengambil air di kulkas. Mo Yeon menyuruh Si Jin berhenti dan menutup pintu kulkas.

“kenapa kau bisa menukar 2 kartu hanya untuk kendaraan? Itu kan bukan kartu transportasi. Bagaimana dengan impian bisnisku?” Si Jin tidak mau menjawab dan memilih pergi lalu kembali untuk mencubit pipi Mo Yeon yang terlihat kesal sekali. 


Ki Bum akan mengikuti ujian kualifikasi (GED). Di depan gerbang sudah ada tim alpha menyambut Ki Bum. Mereka membawa hadiah berupa makanan untuk menyemangati Ki Bum. Dae Young berpesan untuk memilih C jika ragu.

Ki Bum mengatakan ia adalah seorang tentara dan ujian GED tidak akan menjadi masalah baginya. Ki Bum berjanji akan kembali dengan membawa kemenangan.

Setelah Ki Bum masuk, Sersan Im merasa mereka jadi pusat perhatian orang. Ia, Dae Young dan yang lainnya langsung menaikkan kerah jaket mereka. Si Jin protes dan memperbaiki kerah jaket mereka karena kalau mereka naikkan, mereka akan semakin mirip dengan tentara.

Tiba-tiba mereka semua serentak mendapatkan telepon, kecuali Dae Young. Ternyata mulai bertugas sebagai tim Alpha untuk operasi gabungan.


Si Jin dan yang lainnya sedang bersiap-siap. Sementara Dae Young hanya duduk diam, meski sudah berganti dengan baju tentara. Seseorang datang, memberitahukan Dae Young bahwa komandan ingin berbicara dengan Dae Young.


Letjen Yoon memberitahukan Dae Young bahwa operasi mereka akan berlangsung selama tiga bulan dan ia ingin mengirimkan Dae Young karena ia belum menemukan pengganti Dae Young. Tetapi Dae Young juga bisa menandatangani surat permintaan keluar dari tentara sekarang. Ia mempersilahkan Dae Young memutuskan apa yang harus dilakukannya.

“Saya akan pergi, Pak”, jawab Dae Young. Letjen Yoon mempersilahkan Dae Young pergi. Ia akan menahan surat itu sampai Dae Young kembali dari misi, walaupun ia tidak tahu kapan ia bisa menemukan pengganti Dae Young. Dae Young menanyakan apa maksud Letjen Yoon.

Letejn Yoon meminta saat Dae Young kembali nanti, menemuinya bersama Myeong Ju dan mereka akan minum teh bersama. Dae Young seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi Letjen Yoon menyela, mengatakan kalau briefing akan dilakukan jam 9 malam dan ia berharap Dae Young tidak akan terlambat.

Setelah Dae Young pergi, Letjen Yoon mengambil surat Dae Young itu dan merobeknya.


Dae Young duduk lama di tangga depan apartemen Myeong Ju, menunggunya pulang. Sampai akhirnya, Dae Young pergi dari sana. Saat Myeong Ju kembali, ia melihat kalung ID milik Dae Young tergantung di pegangan pintu apartemennya.


Mo Yeon dan yang lainnya sedang santai. Tiba-tiba Chi Hoon kesal karena ketidaktahuannya tentang arti ‘jardi’. Ia mengira ‘jardi’ adalah nama anak dari desa Blackey itu tapi ternyata, menurut Daniel ‘jardi’ itu artinya ‘kambing’ dalam bahasa arab. Chi Hoon merasa sedih karena itu artinya ia masih belum mengetahui nama anak itu.


Lalu Mo Yeon mendapatkan telepon dari Si Jin. Mo Yeon segera berlari keluar untuk menemui Si Jin. Awalnya Mo Yeon mengira Si Jin datang karena urusan kencan mereka, tapi saat melihat raut wajah Si Jin yang serius, Mo Yeon bisa menebak, Si Jin akan pergi ke mall lagi. Si Jin mengatakan kali ini ia kan pergi agak lama, ia ingin melihat wajah Mo Yeon sebelum pergi.

“Berapa lama? Satu minggu? Dua minggu?” tanya Mo Yeon.

“Tiga bulan,” jawab Si Jin.

“3 bulan? Apa kau mau pergi ke ‘mall’ luar negeri?” tanya Mo Yeon kaget.

Si Jin berusaha menghilangkan kekhawatiran Mo Yeon, meminta menganggapnya sedang mengikuti wamil. Mo Yeon membalasnya, apa Si Jin memintanya menjadi gadis ABG yang menunggu pacarnya selesai wamil. Si Jin berpesan agar Mo Yeon tidak minum dengan pria lain.

Si Jin melihat mata Mo Yeon mulai berkaca-kaca. Mo Yeon meminta maaf karena ia sudah berusaha menahan untuk tidak menangis, tapi ia tidak bisa. Si Jin memeluk Mo Yeon, meminta maaf membuat Mo Yeon menahan tangisnya dan berjanji akan pulang dengan selamat.

Mo Yeon melepaskan pelukan Si Jin dan bertanya apa mereka masih bisa saling berteleponan. Si Jin mengatakan tempatnya tak mendukung jaringan internet. Tapi Si Jin berjanji akan menghubungi Mo Yeon kapan pun ia bisa. “Kau harus menikmati satu musim ini dengan baik. Aku pasti akan kembali, saat musim berganti.” ucap Si Jin, kemudian pamit pergi.

“Sekarang?” tanya Mo Yeon kaget. Mo Yeon memanggil Si Jin yang sudah mau pergi dan kemudian mendekati dan memeluk Si Jin. Si Jin mengatakan ia akan merindukan Mo Yeon. “Aku juga akan merindukanmu,” sahut Mo Yeon.

Mo Yeon melihat Si Jin pergi dengan mobilnya. Saat akan masuk ke rumah sakit, Mo Yeon teringat ucapan Argus. “Big Boss, dia adalah orang yang pintar, lucu dan misterius. Tapi dia memiliki banyak rahasia. Dia akan menghilang, sulit dihubungi. Dan kemudian suatu hari… Psss… dia tidak akan pernah kembali.”


Mo Yeon terus melamun, bahkan saat mengambil makanan di kantin. Chi Hoon memanggil Mo Yeon berkali-kali sampai Mo Yeon akhirnya tersadar. Chi Hoon menanyakan keadaan Mo Yeon karena sejak kemarin ia melihat Mo Yeon tidak begitu baik. Chi Hoon mengurangi kimchi dari piring Mo Yeon yang banyak ke tempatnya.

Mo Yeon mendapatkan pesan dari Shi Jin, mengabarkan kalau ia sudah tiba dengan selamat dan sangat merindukan Mo Yeon. Barulah Mo Yeon bisa tersenyum. 



Sejak saat itu, Mo Yeon selalu mengirimkan pesan untuk Si Jin. Mo Yeon menceritakan segalanya, hal-hal kecil yang ia lihat, yang ia rasakan, yang ia lakukan, serta betapa ia merindukan Si Jin dan berharap Si Jin cepat pulang. Tapi tidak satupun pesannya dibalas.

Mo Yeon duduk di atas atap rumah sakit sambil makan siang. Ia mengirimkan pesan lagi untuk Si Jin. “Kau bilang kau akan kembali saat musim berganti. Kau di mana?” 


Mo Yeon melihat sebuah helikopter melintas. “Pasti keren jika kau kembali dengan helikopter,” ucap Mo Yeon menahan kecewanya karena belum ada kabar dari Si Jin.

Sementara itu, Si Jin sedang bertugas bersama tim alpha yang lain. Si Jin menyuruh teman-temannya pergi lebih dulu dengan helikopter itu, sementara ia dan Dae Young akan menunggu helikopter yang berikutnya. Setelah helikopter berangkat, Si Jin melaporkan pada komandan bahwa helikopter sudah berangkat bersama tiga warga sipil yang berhasil mereka selamatkan.


Si Jin yang terlihat senang, menepuk punggung Dae Young, mengatakan bahwa 10 menit lagi mereka akan pulang. Tiba-tiba Si Jin tertembak dan langsung roboh. Dae Young kaget dan segera menarik Si Jin ke tempat yang lebih aman. Berlindung dibalik sebuah mobil yang sudah terbalik.

Si Jin mulai kehilangan kesadaran, sementara Dae Young berusaha menekan luka tembakan Si Jin. Si Jin teringat sunbaenya yang juga gugur saat akan kembali pulang. Si Jin bergumam, merasa ia akan segera menyusul ke sana juga. Dae Young berteriak, memohon agar Si Jin tidak jatuh tertidur.

Tiba-tiba Dae Young juga terkena tembakan. Anggota tim alpha yang sudah di helikopter berusaha menghubungi Si Jin dan Dae Young, tapi tidak ada jawaban. 


Tidak lama kemudian, mereka melihat area yang baru saja mereka tinggalkan meledak. Mereka berteriak, memanggil kapten mereka dan Dae Young. Mereka berteriak, meminta supaya helikopter kembali ke sana.


Mo Yeon kembali mengirimkan pesan untuk Si Jin lagi dengan nada mengancam, kalau ia akan minum dengan pria yang tampan, jadi menyuruh Si Jin datang menjemputnya. Myeong Ju datang, berusaha menghibur Mo Yeon, jika tidak dibalas, berarti Si Jin sedang sibuk. Lalu bertanya kenapa Mo Yeon kesal begini setiap hari. Mo Yeon mengatakan agar Si Jin sangat menyesal karena telah membuatnya kesal.

“Apa mereka selalu diberikan misi di tempat terpencil begini?” tanya Mo Yeon. Myeong Ju mengatakan semua itu tidak ada pengaruh baginya, karena ia dan Dae Young lebih lama putus daripada bersama. Mo Yeon merasa tidak enak karena sudah berkeluh kesah di depan Myeong Ju.


Mo Yeon bertanya apa terakhir Myeong Ju belum berbaikan dengan Dae Young. Myeong Ju mengatakan baginya ini seperti pertempuran dan ia tidak boleh kalah. Myeong Ju merasa di atas asing karena sebelum pergi, Dae Young memberikan IDnya. Myeong Ju mengajak Mo Yeon bersulang.

Mo Yeon berjanji jika Si Jin pulang nanti. Ia akan cuti atau berhenti kerja, lalu menempel pada Si Jin selama seminggu penuh. Myeong Ju tidak mau kalah. Ia berjanji akan menyita ponselnya, pergi berlibur mencari hotel  dan mengurung Dae Young di sana untuk bertengkar sepanjang waktu.

Mo Yeon mendapatkan pesan dan berteriak senang. Myeong Ju mengira Mo Yeon mendapatkan balasan dari Si Jin. Ternyata Mo Yeon bergabung di grup para wanita yang memiliki pacar tentara. Salah seorang teman grupnya, mempostkan bahwa Sersan Kim mendapatkan libur karena menang pertandingan bola. Myeong Ju tertawa, tidak percaya Mo Yeon sudah bergaul sejauh itu, lalu minta dituangkan minuman.


Mo Yeon melihat hujan yang turun. Ia berharap kedua pacar mereka sudah kembali sekarang. “Mereka pasti akan segera kembali,” ucap Myeong Ju yakin.

“Benarkah? Mereka pasti akan kembali kan?” tanya Mo Yeon. Myeong Ju tidak bisa menjawab dan mengalihkan pandangannya, melihat hujan yang turun. Mo Yeon menyentuh kalung hadiah dari Si Jin.


Tim Alpha yang selamat sudah kembali ke Korea. Letjen Yoon menyambut mereka. Meskipun  di bawah hujan deras, Sersan Choi melaporkan bahwa misi mereka sudah selesai dan mayat anggota Tim Alpha yang gugur tidak ditemukan. Wajah Letjen Yoon terlihat sedih.


Ayah Si Jin datang ke kantor Letjen Yoon. Letjen Yoon memberikan surat dan kalung ID milik Si Jin pada ayah Si Jin. Ayah Si Jin tidak kuasa menahan tangisnya. Letjen Yoon tidak mengatakan apa apa pada ayah Si Jin. Ia hanya memberi hormat pada ayah Si Jin.


Myeong Ju sedang melihat-lihat hotel melalui internet. Sersan Kim Beom Rae datang ke ruang Myeong Ju. Myeong Ju mengira Dae Young sudah tiba. Dengan ceria, mengambil ID Dae Young. 


Tapi kemudian ia menyadari ekspresi wajah Sersan Kim yang terlihat sedih dan sadar sesuatu sudah terjadi pada Dae Young. Sersan Kim memberitahukan bahwa Si Jin dan Dae Young gugur dalam misi.


Sementara itu, Mo Yeon berlari keluar dari rumah sakit menemui Sersan Choi yang sudah menunggunya di luar. Mo Yeon mengatakan saat melihat jeep tentara, ia mengira Si Jin yang datang. “Tapi ada urusan apa kau ke sini?”

Sersan Choi terlihat sulit menjawab. Tapi kemudian ia mengucapkan permintaan maaf dan memberitahukan bahwa Si Jin dan Dae Young telah gugur dalam misi.

Myeong Ju dan Mo Yeon sama-sama shock. Myeong Ju marah-marah dan tidak percaya dengan laporan yang berikan oleh Sersan Kim. Mo Yeon kebingungan, ia tidak mengerti ucapan Sersan Choi. Lalu Sersan Choi memberikan surat wasiat Si Jin untuk Mo Yeon.


Setelah sendirian, Mo Yeon membaca surat Si Jin itu. 

“Sebelum kami melakukan misi, kami akan menulis surat wasiat. Tapi ia berharap kau tak akan bisa membacanya. Tapi jika kau akhirnya  membaca surat ini, aku telah melanggar janjiku. Janji bahwa aku tak akan membuatmu khawatir, janji untuk tak menyakitimu, janji untuk tidak mati, janji bahwa aku pasti akan kembali. Aku telah melanggar semuanya. Maafkan aku. Di tempat yang sekarang kau pijak akan selalu cerah. Aku bertemu denganmu. Dan aku mencintaimu di tempat itu. Dan di tempat ini juga hubungan kita berakhir. Aku sungguh menyesal akan hal itu.” 


Mo Yeon segera pergi mengemudi mobilnya. Sepanjang jalan, ia menangis.


Sementara Myeong Ju menemui ayahnya. Berharap bahwa semua itu bohong. Tapi Letjen Yoon hanya mengucapkan ‘maaf’. Letjen Yoon memberikan surat Dae Young yang ditujukan untuk Myeong Ju. Myeong Ju tidak mau menerima ataupun membacanya. Karena itu artinya Dae Young memang benar-benar telah meninggal.

Myeong Ju menangis. Menyalahkan ayahnya karena ayahnya telah merenggut semua waktu yang bisa dihabiskannya bersama Dae Young. “Kami masih belum baikan. Yang bisa kukatakan hanyalah kata-kata kasar. “ ucap Myeong Ju menangis.


Letjen Yoon kembali memberikan surat itu pada Myeong Ju, mengatakan bahwa itu adalah kata-kata terakhir dari seorang prajurit. Myeong Ju lagi-lagi menolak dan merampas surat itu dan membuangnya.
Bersambung ke part 2…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar