Rabu, 20 April 2016

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 15 Part 2




Mo Yeon tiba di depan kantor ayah Myeong Ju. Tapi kemudian ia berhenti karena mendengar suara tangisan seseorang. Dan orang itu adalah Myeong Ju. Myeong Ju menangis di tangga di depan kantor ayahnya.


Mo Yeon mendekati Myeong Ju, bertanya kenapa Myeong Ju menangis seperti ini. Ia berdoa sepanjang jalan agar bisa bertanya pada Myeong Ju. Tapi melihat Myeong Ju menangis seperti itu, ia tidak bisa mengatakan apa pun lagi.


Mo Yeon mengatakan bahwa ayah Myeong Ju memiliki pangkat yang tinggi, ayah Myeong Ju bisa mencari informasi apakah itu benar atau tidak, bisa jadi semua itu salah, mungkin saja mereka akan kembali. “Apa kau menangis setelah memeriksa semuanya?” tanya Mo Yeon.

Myeong Ju masih menangis. “Berhenti menangis dan jawab aku, Yoon Myeon Ju!” teriak Mo Yeon sambil menarik tangan Myeong Ju. Saat itulah ia melihat surat yang mirip dengan miliknya di tangan Myeong Ju. Akhirnya Mo Yeon menyadari bahwa semua itu adalah benar. Mo Yeon mulai menangis lagi. “Jadi ini sungguhan? Dia sungguh tak akan kembali? Aku benar-benar tak akan bertemu dengan dia lagi? benarkah dia tak akan kembali?” tanya Mo Yeon menangis.

Myeong Ju akhirnya menganggukkan kepalanya. Mo Yeon terduduk lemas. Ia dan Myeong Ju menangis bersama-sama.


Di rumah, Mo Yeon hanya tiduran di sofa. Di lantai terlihat surat Si Jin yang telah ia baca.

“Aku memang kejam. Tapi, aku harap kau tak akan menangis terlalu lama. Aku ingin kau selalu ceria. Kau harus jalani hidupmu dengan baik.  Dan juga lupakan lah aku. Aku mohon padamu.” 


Byung Soo datang ke rumah Mo Yeon. Pada Mo Yeon, ia memberitahukan bahwa seminggu lagi, mereka akan mengumumkan kematian Si Jin dan Dae Young yang diakibatkan oleh kecelakaan mobil. Byung Soo menyodorkan surat perjanjian yang harus ditandatangani Mo Yeon, yang menyatakan bahwa Mo Yeon tidak akan membuka masalah itu.

Mo Yeon menatap surat perjanjian itu dan bertanya apakah kematian Si Jin menyelamatkan hidup seseorang. Byung Soo membenarkan. Mo Yeon bertanya lagi, apakah kematian Si Jin demi melindungi suatu tempat. Byung Soo membenarkan. Lalu Mo Yeon bertanya lagi, “Apakah kematiannya adalah untuk kepentingan negara?” Byung Soo membenarkan.

“Bahkan dengan alasan itu kematiannya, tapi negaranya malah menyuruhku menandatangi dokumen ini.”

Byung Soo hanya bisa mengucapkan permintaan maaf. Mo Yeon menangis, menangisi pilihan hidup Si Jin yang berakhir seperti itu. Bahkan kematiannya pun harus dirahasiakan. Mo Yeon berharap, apa yang ia lakukan saat itu adalah yang diinginkan oleh Si Jin. Lalu Mo Yeon pun menandatangani surat itu.


Mo Yeon berusaha menjalani hari-harinya seperti biasa lagi. Ia terus menyibukkan diri dengan bekerja dan bekerja lagi, agar bisa melupakan Yoo Si Jin dan rasa sedihnya. Ia menghabiskan seharian waktunya di ruang operasi. 


Saat makan siang, Eun Ji mendatangi Mo Yeon dan memberi selamat karena Mo Yeon mendapatkan kembali jabatannya. Lalu Eun Ji menyinggung tentang penolakan Mo Yeon terhadap pemasukan obat dari Cosmo Farmasi. Mo Yeon beralasan, obat yang sekarang mereka pakai sudah cukup bagus dan lebih murah.

Eun Ji meminta Mo Yeon menyetujuinya karena perusahaan itu milik sepupunya Prof. Park dan juga besan dari keluarganya. Ia merasa keputusan Mo Yeon akan memberi manfaat bagi semua orang. Eun Ji mengatakan jika Mo Yeon terus seperti ini maka akan ada orang yang mengkritik Mo Yeon. “Siapa?”, tanya Mo Yeon.

“Aku,” sahut Eun Ji, tidak tahu malu. Eun Ji menyuruh Mo Yeon pergi menjadi relawan jika Mo Yeon memang ingin menjadi seperti Dr. Albert Schweitzer. Eun Ji menyuruh Mo Yeon pergi ke Afrika karena disana banyak yang seklarat dan kekurangan dokter. “Cepat ke sana dan selamatkan dunia,” ujar Eun Ji mengejek.

Mo Yeon balik mengejek Eun Ji, menyuruh Eun Ji segera mencari pengacara untuk menyelamatkan lesensi dokternya karena Eun Ji mendiagnosa pasien dengan salah. Eun Ji berteriak, kesal sekali. Mo Yeon tidak peduli dan menyuruh Eun Ji pergi karena Eun Ji mengganggu makan siangnya.


Mo Yeon sedang minum bersama Ji Soo. Ji Soo menyuruh Mo Yeon pulang ke rumah karena Mo Yeon terlalu lama tinggal di rumah sakit. Ia menyuruh Mo Yeon memikirkan para dokter magang. “Apa mereka memberitahumu itu? Aku tak kepikiran sampai situ,” ucap Mo Yeon. Lalu Mo Yeon memberitahukan bahwa besok pagi ia akan melakukan operasi.

Ji Soo juga menyuruh Mo Yeon istrirahat dari ruang operasi. “Aku adalah wanita seksi saat aku berada di ruang operasi.” sahut Mo Yeon spontan. Mo Yeon tiba-tiba terdiam. Ji Soo bertanya kenapa.

“Tidak. Aku hanya teringat sesuatu saja.” Ucap Mo Yeon.

“Teringat akan apa?” tanya Ji Soo.

“Hmmm… teringat tentang ini dan itu. Air, wine, lilin, foto x-ray, dan ikat rambut.” Ucap Mo Yeon tersenyum, berpikir bahwa ia sudah baik-baik saja, tapi ia sungguh gila sekarang.

Mo Yeon mulai menangis. “Kau mau dipeluk?” tanya Ji Soo. Mo Yeon menggelengkan kepalanya. “Kau mau wine?” tanya Ji Soo. Mo Yeon menghapus air matanya dan kembali tertawa. Ji Soo mengatakan, Mo Yeon boleh meminum semuanya.


Myeong Ju melapor pada ayahnya bahwa ia akan bertugas kembali ke markas Taebaek, Urk. Letjen Yoon berpesan agar Myeong Ju kembali dengan selamat dan tidak sakit lagi kali ini. Myeong Ju juga berpesan agar ayahnya menjaga kesehatannya. Myeong Ju mengucapkan terima kasih karena ayahnya telah memberikan perintah misi yang baik.

Letjen Yoon mengatakan perintah pindah yang gagal baginya adalah perintah pindahnya Dae Young karena itu membuat Myeong Ju menderita. Baginya perintah itu benar-benar gagal. “Ayah tahu kau hanya mengkhawatirkannya. Tapi kaulah yang ayah khawatirkan. Seorang putri yang mengkhawatirkan pria lain, ayah berharapa mengkhwatirkan ayahnya juga. Jika kau bisa memaafkan ayah, maka maafkanlah ayah.” pesan ayah Myeong Ju lagi.


Mo Yeon menemui Myeong Ju di kafe. Myeong Ju memberitahukan Mo Yeon bahwa ia akan bertugas lagi di Urk. Mo Yeon merasa sungguh menyenangkan bisa berada di Urk lagi. “Kau mau ikut denganku?” tawar Myeong Ju.

“Benarkah? Pria-pria itu bisa pergi bersama, haruskan kita juga pergi bersama?” tanya Mo Yeon.

Myeong Ju mengumpat Mo Yeon karena berbicara seperti itu. Myeong Ju memberikan hadiah perpisahan untuk Mo Yeon. Myeong Ju mengatakan ia menemukan boneka itu di barak dan membawanya. Myeong Ju memegang tangan boneka Dae Young yang ia dudukkan di kursi di sampingnya, “Boneka ini adalah pacar Sersan Seo,” ucapnya. Myeong Ju menggetok kepala boneka itu.

“Dan boneka itu adalah partner Kapten Yoo Si Jin,” ucap Myeong Ju sambil menunjuk ke arah boneka yang sekarang duduk di samping Myeong Ju. Mo Yeon mengelus bonekanya.

“Boneka ini pendek. Letnan Yoon, kau menang kali ini,” ucap Mo Yeon tentang boneka Dae Young. Myeong Ju tertawa senang. Mo Yeon bertanya kapan Myeong Ju akan berangkat.

“Senin subuh.” Jawab Myeong Ju. Ia teringat masih memiliki waktu tiga hari lagi dan mengajak Mo Yeon berpesta selama tiga hari berturut-turut. Mo Yeon setuju, dan mereka pun bersulang.

Mo Yeon mengatakan, belakangan ini ia selalu teringat kenangan manisnya dengan Si Jin. Myeong Ju menyahut, kalau ia teringat pada hal-hal yang tak sempat ia lakukan dengan Dae Young. Mo Yeon terpaksa tersenyum mendengarnya.

Mo Yeon ingin tahu kapan Dae Young dan Si Jin pertama kali bertemu dan bisa menjadi sahabat. Ia penasaran dan tidak sempat menanyakan pada mereka. Dan sekarang ia tidak bisa menanyakannya lagi pada mereka.

“Aku bisa menjawabnya,” sahut Myeong Ju. “Mereka pertama kali bertemu karena seorang wanita.”

Flash Back


Dae Young berdiri di depan markas tentara Seoul. Saat itu hujan turun dengan deras dan Dae Young memikirkan permintaan Myeong Ju yang menginginkan agar Dae Young memberitahu pada Si Jin bahwa ia berpacaran dengan Myeong Ju.


Dae Young membuka payungnya, lalu berjalan di tengah hujan. Tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya dari belakang, meminta izin berbagi payung dengan Dae Young dan memperkenal diri sebagai kapten. Orang tersebut adalah Si Jin. Bukannya menjawab permintaan Si Jin, Dae Young malah mengatakan, “Kami sudah berpacaran.”

“Maksudnya dengan ‘kami’?” tanya Si Jin bingung.

“Aku pacaran dengan Letnan Yoon Myeong Ju.” Jelas Dae Young.


Si Jin dan Dae Young sedang berada di kafe. Di sana, Dae Young kembali menegaskan kalau ia berpacaran dengan Myeong Ju. Si Jin bertanya sejak kapan. “Kami telah pacaran selama satu tahun,” jawab Dae Young.

“Kapan pertama kali kau bertemu Myeong Ju?”

“Aku bertemu dengannya sebulan yang lalu,” jawab Dae Young. Si Jin heran, Dae Young baru bertemu Myeong Ju satu bulan tapi sudah setahun berpacaran. Dae Young tidak bisa menjawab, ia hanya mengulang bahwa ia sedang berpacaran dengan Myeong Ju.

“Kau tahu ayah Myeong Ju punya tiga bintang di pundaknya?” tanya Si Jin lagi.

Dae Young mengatakan sudah biasa seseorang melakukan tiga kesalahan dalam hidupnya dan kedudukan ayah Myeong Ju bukan halangan bagi cinta mereka. “Kuberitahu sekali lagi. Aku adalah pacar Myeong Ju”.
Si Jin tersenyum dan mengatakan, “Kuharap kalian sungguh jadian.”

Dengan refleks Dae Young menjawab, kalau ia akan memastikan hal itu. Dae Young tersadar, ia salah jawab, dan mengatakan mereka sudah berpacaran satu tahun. Si Jin hanya ber ya-ya saja dan mengatakan ia merasa iri. “Jadi kau akan menyerah?” tanya Dae Young.

“Mungkin aku juga akan bertemu dengan wanita yang aku temui sebulan yang lalu dan berpacaran setahun yang lalu. Dan kita tidak akan bertengkar memperebutkan Myeong Ju. Kita harus saling membela jika terjadi sesuatu.” ucap Shi Jin dan kemudian mengajak Dae Young bersulang.
Flashback End


Mo Yeon berjalan pulang sambil memeluk boneka Si Jin. Ia melewati kafe tempat Si Jin pertama kalinya mengatakan ‘Aku mencintaimu’. Saat itu Si Jin pernah mengeluhkan tentang mereka yang belum saling mengucapkan ‘Aku mencintaimu’ satu sama lain.


“Kita mengucapkannya dengan tubuh bukan dengan kata-kata,” sahut Mo Yeon. Si Jin yang sedang minum sampai terbatuk-batuk mendengarnya karena kaget. “Kita pegangan tangan, ciuman tanpa mengatakan ‘Aku mencintaimu’. Oh, daebak! Kita keren, kan?” tambah Mo Yeon.

“Kenapa wanita bisa mengatakan hal-hal seperti itu?” tanya Si Jin.

“Aku memang pemberani kok,” ucap Mo Yeon.

Si Jin pun menantang Mo Yeon untuk mengatakan lebih dulu karena jika diurutkan berdasarkan huruf namanya, Kang Mo Yeon yang harus mengatakan lebih dulu. Mo Yeon tidak mau karena orang yang ingin mendengarnya lah yang harus duluan mengucapkannya. Menurut Si Jin, tidak. Yang ‘Ladies First’ dan berdasarkan usia harus lebih dulu .

“Kenapa kau memaksaku, sih? Kau juga tak pernah mengucapkannya.” Ucap Mo Yeon kesal.

“Aku mencintaimu,” ucap Si Jin tiba-tiba membuat Mo Yeon kaget. Si Jin kembali mengulanginya dan Mo Yeon membalasnya dengan mengatakan. “Aku juga mencintaimu. Aku akan selalu setia padamu.”


Mo Yeon menyalakan lilin di rumahnya, kemudian bertanya pada boneka Si Jin, apakah ia sudah cantik dengan cahaya lilin di belakangnya.


Sosok Si Jin muncul dalam bayangan Mo Yeon. Dalam bayangan Mo Yeon, Si Jin mengatakan kalau ia selalu terlihat cantik. Mo Yeon menatap Si Jin, mulai menangis, mengatakan kalau ia merindukan Si Jin. “Aku juga,” sahut Shi Jin.

“Tapi kenapa kau tak kembali?” tanya Mo Yeon.

“Karena aku bekerja untuk perdamaian.”

“Bagaimana dengan janjimu? Apa semuanya hanyalah bohong?”

“Aku pasti akan kembali dengan sepenuh hatiku. Aku pasti akan kembali padamu.”  

“Tapi nyatanya kau tidak kembali.” Ucap Mo Yeon menangis dan bayangan Si Jin menghilang.


Myeong Ju sudah tiba di Urk dan langsung membereskan barang-barangnya ke dalam loker. Myeong Ju mengambil surat Dae Young dari saku bajunya, lalu menyimpannya dalam lokernya dan langsung menutup pintu lokernya, bertekad tidak akan pernah membuka dan membacanya, sampai mati. “Dan kali ini kaulah harus menderita,” gumam Myeong Ju.


Mo Yeon sedang berada di bandara. Ia berbicara dengan Ji Soo melalui telepon, memberitahukan rute perjalanannya yang akan transit di Abu Dhabi dan akan masuk melalui Albania. Mo Yeon memutuskan pembicaraannya dengan Ji Soo karena mendapatkan telepon dari seseorang. Ia berjanji akan menelepon Ji Soo setelah tiba di sana.


Mo Yeon menemui Daniel di sebuah ruangan, yang dijaga oleh dua orang pertugas di depan pintu. Mo Yeon heran, menanyakan apa yang dilakukan Daniel di sana. Daniel mengatakan kalau ia datang untuk berunjuk rasa, memprotes tentang pertemuan FIA, tapi ia dilarang masuk.

Mo Yeon memuji Daniel hebat. Daniel mengatakan ia adalah seorang kriminal internasional yang dilarang masuk di 12 negara. “Tapi pria yang jahat beginilah yang disukai wanita,” hibur Mo Yeon. Daniel tertawa dan kemudian menayakan apakah Mo Yeon akan pergi berlibur. “Aku akan menjadi relawan.”

“Ah, maksudnya camp Albania? Dr. Chi Hoon sudah memberitahuku. Sepertinya menjadi relawan sangatlah menyenangkan.” Ucap Daniel. Mo Yeon mengatakan ia pergi ke sana untuk alasan pribadi, karena besok adalah hari peringatan kematian Si Jin. (berarti sudah setahun)


Mo Yeon tiba di tempat pengungsian dan langsung bekerja, memeriksa para pengungsi.


Di sela-sela istirahatnya, Mo Yeon kembali mengirimkan pesan untuk Si Jin. Bercerita tentang pertemuannya dengan Daniel di bandara, memberitahukan golongan darahnya yang mungkin adalah tipe Si Jin, tentang padang pasir yang ia dengar ada tidak jauh dari lokasi pengungsian dan bertanya apakah akan ada oasis di sana.

Tentang Daniel yang mengatakan bahwa hidup ini lebih penting daripada setumpuk uang. Daniel mengajarkan kita bahwa hidup tak bisa dibeli. Mo Yeon mengatakan ia ingin menjadi dokter seperti itu dan bertanya apa ia sudah menjadi manusia terpuji dari atas sana.


Sementara itu, aksi Daniel akhirnya mendapatkan perhatian dunia, banyak media yang mewawancarainya. 


Myeong Ju menjalani tugasnya seperti biasa. Ki Bum muncul lagi di Urk. Ia mengajak Myeong Ju makan ramyun bersama-sama. Myeong Ju heran melihat Ki Bum bisa ada di sana. Ki Bum beralasan, ia merasa memang dilahirkan sebagai tentara.



Myeong Ju menanyakan apakah Dae Young sering makan ramyun. Ki Bum membenarkan. Myeong Ju mengajak Ki Bum makan karena ramyunnya enak. Ki Bum melihat salju turun di luar dan memberitahukannya pada Myeong Ju. Awalnya Myeong Ju tidak begitu antusias, ia fokus pada mie nya. Namun saat Ki Bum mengatakan bahwa tidak pernah turun salju di Urk, Myeong Ju baru berpaling dan melihat ke luar jendela. Salju memang benar turun di Urk.


Mo Yeon pergi ke gurun pasir. Saat ia mengikat rambutnya, Mo Yeon kembali teringat Si Jin yang pernah mengikatkan rambutnya.


Mo Yeon melihat beberapa batu yang ditumpuk-tumpuk menjadi tinggi. Mo Yeon meletakkan bunga yang dibawanya di sana. Mo Yeon teringat jawaban Si Jin saat ia bertanya kenapa Si Jin selalu mempertaruhkan nyawanya dalam pekerjaan yang Si Jin lakukan. Saa itu Si Jin menjawab, karena ia adalah petugas telaten dan bagian dari tugasku adalah untuk tidak mati. 

“Pembohong,” gumam Mo Yeon.

Mo Yeon teringat lagi saat Si Jin berjanji padanya sebelum Si Jin berangkat, bahwa ia tak akan terluka, tak akan mati, dan pasti akan kembali pada Mo Yeon dengan selamat.


Mo Yeon mulai menangis, “Kenapa kau tega membohongiku?”

Mo Yeon teringat saat Si Jin mengucapkan ‘Aku mencintaimu’ di kafe.

“Jangan melucu lagi. Aku tak percaya padamu.” ucap Mo Yeon lagi dan semakin menangis.

Walkie talkie Mo Yeon bersuara, panggilan seseorang dari markas, meminta Mo Yeon membawakan lidocaine saat Mo Yeon kembali nanti. Mo Yeon masih menggunakan nama panggilan yang diberikan Si Jin untuknya, ‘Beauty’.


Mo Yeon segera menghapus air matanya dan menjawab panggilan, berjanji akan membawakannya. Lalu Mo Yeon meletakkan batu putih milik Si Jin di samping bunganya tadi. Tapi batu itu terjatuh ke pasir. Mo Yeon berusaha beberapa kali tapi batu itu tetap jatuh ke pasir, terhembus angin.

Tiba-tiba walkie talkie Mo Yeon bersuara, “Big Boss memanggil”. Mo Yeon kaget karena mendengar suara Si Jin memanggilnya, hingga walkie talkie-nya terjatuh. Mo Yeo mengecek pesan yang ia kirimkan pada Si Jin. Masih belum terbaca. Mo Yeon berpikir, ia mendengar hal yang aneh-aneh.


Mo Yeon melihat lagi layar ponselnya, kali ini seluruh pesan yang pernah ia kirimkan untuk Si Jin telah dibaca. Walkie talkie bersuara lagi, “Big Boss memanggil”. Mo Yeon melihat ke sekelilingnya. Walkie talkienya bersuara lagi, “Beauty, tolong berbalik. Over.”



Mo Yeon berbalik. Perlahan dari kejauhan, seseorang datang mendekat. “Tidak mungkin,” gumam Mo Yeon berulang kali sambil berjalan ke arah Si Jin yang sedang juga berjalan menujunya. Mo Yeon mulai berlari, hampir terjatuh, tapi Mo Yeon berusaha terus berlari dan benar-benar terjatuh. 


Si Jin pun berlari mendekati Mo Yeon, membantunya berdiri. Mo Yeon terus menatap Si Jin di depannya dengan tatapan tak percaya.

“Sudah lama tidak berjumpa ya?” sapa Si Jin sambil menatap Mo Yeon.

“Kau… kau masih hidup?” tanya Mo Yeon yang masih belum percaya.


“Aku sempat kesulitan menjaga janjiku untuk tetap selamat.” ucap Si Jin, lalu memeluk erat Mo Yeon. Mo Yeon menangis, merasa tak percaya Si Jin masih hidup.

“Maafkan aku… Maafkan aku…” ucap Si Jin dengan air mata mengalir karena merasa bersalah karena membuat Mo Yeon selama ini menderita.

Bersambung ke episode 16…

Komentar:
Rasanya nyesek banget nonton episode ini, apalagi lihat Mo Yeon dan Myeong Ju yang begitu sedih kehilangan pria yang mereka sayangi. Walau felling ku mengatakan enggak mungkin Si Jin dan Dae Young meninggal. Soalnya tanda-tanda Si Jin dan Dae Young masih hidup adalah mayat mereka yang tidak dapat ditemukan.

Tapi utungnya, felling ku terjawab di akhir, Si Jin benar-benar hidup dan kembali pada Mo Yeon dengan selamat. Dan semoga juga Dae Young bernasib sama. Mungkin ini adalah oasis di padang pasir bagi Mo Yeon dan kita semua.

Entah kenapa scene akhir itu kayak film india. Lihat Yo Si Jin berkalung sorban dan berpakaian seperti itu membuatku teringat pada Shah Rukh Khan di film Jab Tak Hai Jaan. Di film itu juga Shah Rukh Khan berperan sebagai pasukan khusus India tapi bagian pejinak bom.






1 komentar:

  1. Kak waktu mo yeon menyalakan lilin di rumahnya sambil ngeliatin boneka si jin, itukan ada mutar lagu.. Tau judul lagunya gak ? Trimakasih.

    BalasHapus