Selasa, 12 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 13 Part 1




Mo Yeon, Ja Ae, Min Ji, Chi Hoon dan Sang Hyun tidak sengaja datang ke rumah sakit bersamaan. Mereka semua tampak gembira menatap gedung rumah sakit. 



Saat masuk ke dalam lobby rumah sakit, mereka terkejut melihat Ketua Han menyambut kedatnagan mereka. Sang Hyun mengucapkan terima kasih pada Ketua Han. Tapi Ketua Han malah memanggil Chi Hoon, memarahinya karena Chi Hoon sudah berkali-kali disuruh pulang tapi tidak pulang-pulang, membuatnya sakit kepala karena ibu Chi Hoon membuat keributan di rumah sakit. Chi Hoon hanya tertawa canggung.

Lalu Ketua Han mengatakan kalau semua relawan akan mendapatkan bonus 100 % dan akan menjalani tes kesehatan secara keseluruhan karena itu saran ibunya Chi Hoon, sambil menunjuk pada Chi Hoon, dengan kesal. Lalu ia membubarkan semuanya dan menyuruh mereka semua kembali bekerja.


Setelah semuanya bubar, Chi Hoon langsung reunian dengan Hee Eun. Ketua Han berjalan ke arah Mo Yeon dan menyerahkan sebuket bunga, tapi dengan sedikit kasar, membuat Mo Yeon kaget. Ketua Han mengomeli Mo Yeon yang tidak naik pesawat pertama yang ia kirim ke Urk. “Kau tahu betapa tidak enaknya aku mengirimmu ke sana,” omel Ketua Han lagi dan kemudian pergi begitu saja.


Ji Soo datang dan sangat gembira bisa bertemu dengan sahabatnya kembali. Di ruangan Ji Soo, Mo Yeon bercerita tentang gempa yang terjadi di Urk. Ji Soot tak mau mendengarnya dan malah menyinggung pacar Mo Yeon. Mo Yeon langsung memarahi dokter yang ada di sana, dokter yang juga ikut bertugas di Urk tapi pulang lebih dulu daripada Mo Yeon, “Kau yang menyebarkan gosip aku berpacaran di sana ya?” tuduh Mo Yeon.

Dokter itu membela diri, mengatakan saat ia tiba di Korea gosip itu sudah menyebar. Mo yeon jadi bertanya-tanya sendiri siapa yang menyebarkan gosip itu. Ji Soo menyuruh Mo Yeon tidak mempedulikan tentang itu, karena itu juga bukan gosip. Ji Soo penasaran bagaimana rasanya berpacaran dengan anggota pasukan khusus.

“Bagaimana perasaanmu saat mobilmu tergelantung di tebing? Terjebak di ladang ranjau? Lalu perasaan saat memakai rompi bom, nah, begitulah rasanya, ” cerita Mo Yeon. Ji Soo dan dokter itu, sama-sama tidak mengerti maksud Mo Yeon. Mo Yeon pun tidak menyangka mendapatkan genre hidup seperti itu. Mo Yeon tertawa sendiri.



Si Jin dan Mo Yeon saling berbicara di telepon. Si Jin menanyakan Mo Yeon senang kembali ke Korea. Mo Yeon mengatakan ia masih belum menyangka sudah kembali ke Korea dan ternyata merindukan Urk. “Di sini tidak ada ‘Merpati’ dan tidak ada kau juga,” keluh Mo Yeon.

Si Jin menegaskan siapa yang dirindukan Mo Yeon sebanarnya¸ ‘Merpati’ atau Kaptennya ‘Merpati’. “Kedamaian di Urk maksudnya,” elak Mo Yeon.

Si Jin tersenyum tipis, tahu kalau Mo Yeon berbohong. Lalu Si Jin menanyakan tentang rencana Mo Yeon merebut kembali posisinya. Mo Yeon mengatakan ia akan berhenti bekerja di RS dan membuka klinik sendiri.

Mo Yeon menanyakan berapa gaji seorang kapten, karena ia berharap Si Jin masih bisa memberinya makan kalau ia bangkrut nantinya. Si Jin menjauhkan ponselnya, pura-pura sinyalnya tiba-tiba jelek dan mengatakan suara Mo Yeon jadi tidak jelas. “Ya, hubungan kita juga menjadi tidak jelas. Sudah, nanti kutelepon lagi,” kesal Mo Yeon.

Si Jin meminta Mo Yeon tidak perlu khawatir karena ia mempunyai posisi aman dalam tim alpha. Si Ji mengingat Mo Yeon juga jago dalam hal kerja lapangan tentara. Ia tahu itu dan berjanji tidak akan bangrut karena ia adalah seorang gadis yang pernah melewati ladang ranjau.


Di ruangan Ketua Han, saat Mo Yeon akan berbicara, Ketua Han menyela. Ketua Han meminta maaf atas kejadian di hotel waktu itu. Ia tidak sadarkan diri dan menganggap bahwa ia bisa melakukan semuanya. Ia merasa pusing karena Mo Yeon tidak begitu saja terlena. Mo Yeon mendengus kesal dan bertanya apakah ia adalah wanita pertama yang memukul Ketua Han?

“Dengar ya, Han Seok Won-ssi,” ucap Mo Yeon dengan nada kesal. Ketua Han kaget karena Mo Yeon memanggil namanya, tanpa jabatannya. Mo Yeon mengatakan ia akan berhenti, jadi Seok Wan bukan lagi Ketua baginya.

Ketua Han tidak menerima pengunduran diri Mo Yeon. Mo Yeon bersikeras dan meletakkan surat pengunduran dirinya di atas meja. Mo Yeon tidak peduli dan memberikan waktu satu minggu hingga Ketua Han menyetujui pengunduran dirinya. Setelah mengatakan itu, Mo Yeon langsung keluar dari ruangan Ketua Han. Ketua Han kesal sendiri, mengatai Mo Yeon sombong. Dan lebih kesal lagi karena ia menyukai Mo Yeon.


Tetapi rencana Mo Yeon tidak berjalan lancar. Saat ia menemui pegawai bank (Yo In Ah jadi  comeo) untuk melanjutkan rencana peminjamannya, pihak bank menolak aplikasi Mo Yeon karena sekarang Mo Yeon sudah tidak bekerja lagi di rumah sakit ternama. Mo Yeon sudah mengundurkan diri, itu artinya Mo Yeon adalah seorang pengangguran. Jadi pihak bank tidak bisa memberikan pinjaman pada pengangguran.

Mo Yeon ingin protes tapi pihak bank tidak mau melanjutkan pembicaraan lagi dengan Mo Yeon dan memanggil customer yang berikutnya.


Dae Young menginginkan Myeong Ju membuka klinik sendiri dan tidak lagi menjadi dokter tentara. Ia ingin Myeong Ju hidup dengan nyaman. Myeong Ju menolaknya karena membuka klinik itu akan membuat hidupnya tidak nyaman dan membutuhkan banyak uang. Menjadi dokter tentara itu lebih mudah karena yang ia lakukan hanya memberi diagnosa yang tepat agar luka tidak memburuk.

Myeong Ju mengaku ia sangat hebat dalam memberi diagnose dan bersikap tegas, serta merasa senang bisa menjadi dokter dan tentara. lalu, menanyakan apakah Dae Young setuju atau tidak dengan pendapatnya. Dae Young setuju dan menggenggam tangan Myeong Ju. 

Pada saat itu, Si Jin datang ingin menyampaikan sesuatu. Dae Young kesal karena Si Jin selalu menjadi pengirim kabar di saat seperti ini. Si Jin tekl peduli dan malah memberikan sebuah dokumen yang memerintahkan Myeong Ju boleh kembali ke Korea bersama mereka. Myeong Ju sangat senang, tapi ia mengira itu karena ulah ayahnya lagi.

Si Jin protes karena Myeong Ju selalu saja menyalahkan Komandan. Ia mengaku pemindahan itu karena karena koneksinya dengan Letnan Kolonel Park Byung Soo. Myeong Ju sama sekali tidak percaya.

Flashback
Ternyata, Si Jin khusus menemui Byung Soo untuk meminta Myeong Ju dipulangkan ke Korea dengan alasan Myeong Ju masih perlu istrirahat. Awalnya Byung Soo tidak begitu setuju. Tapi saat Si Jin mengungkit tentang perintah Byung Soo untuk memindahkan Myeong Ju ke rumah sakit AS karena menderita penyakit menular. “Jika dia tahu ini, dia pasti kecewa,” ucap Shi Jin.

Byung Soo sangat kesal karena Si Jin mengancamnya. Byung Soo terpaksa setuju memulangkan Myeong Ju.
Flashback End

Si Jin kembali ke ruangannya dan senyam-senyum sendiri karena usahanya berhasil. Tiba-tiba Si Jin mendapatkan telepon dari Mo Yeon. “Tolong aku,” ucap Mo Yeon dengan nada panik. Wajah Si Jin langsung tegang, mengira Mo Yeon dalam bahaya dan bertanya Mo Yeon ada dimana dan apa yang terjadi.

“Mereka tidak menyetujui permohonan kreditku,” ucap Mo Yeon hampir menangis. Dan Si Jin pun bernapa lega karena Mo Yeon tidak dalam bahaya.

Mo Yeon mengeluh, ia sudah dengan sok mengundurkan diri dan pergi ke Bank. Tapi tidak bisa mengambil kredit. Si Jin menyalahkan Mo Yeon yang bertindak ceroboh. Karena meskipun mengundurkan diri dengan baik-baik, kredit tak akan bisa diambil.

Mo Yeon kesal dan menyuruh Si Jin memerpanjang masa tugasnya dan tidak usah kembali ke Korea dan menemuinya lagi. Mo Yeon langsung menutup telpon.


Chi Hoon menyayangkan karena Si Jin tidak ada di Korea karena kalau tidak, Si Jin bisa masuk diam-diam ke ruangan Ketua Han dan mengambil surat pengunduran diri Mo Yeon. Min Ji menyuruh Mo Yeon menemui Ketua Han dan meminta maaf. “Bagaimana aku bisa meminta maaf setelah aku bersikap sok tadi?” keluh Mo Yeon dan menjedutkan kepalanya ke meja.

Sang Hyun malah kesenangan karena posisi Mo Yeon kosong sekarang dan berharap ia bisa menggantikannya.

Tiba-tiba meja mereka bergetar. Refleks mereka langsung berlindung di bawah meja. Orang-orang merasa aneh melihat mereka. Dan ternyata, tidak jauh dari mereka, ada pekerja yang sedang mengebor jalan hingga membuat di sekitarnya sedikit bergetar. 


Sang Hyun merasa mereka benar-benar harus mendapatkan terapi psikologi. Ja Ae menyuruh Sang Hyun untuk tidak menyalahkan Urk atas kegilaannya. Sang Hyun menyuruh Ja Ae untuk tidak menertawakannya. Tapi sedetik kemudian, ia malah menggoda Mo Yeon yang tidak perlu terapi karena Mo Yeon sudah resign. Dan menyarankan Mo Yeon menjadi relawan karena terlihat cantik. Mo Yeon mengatakan, ia semakin yakin setelah mendengar saran Sang Hyun dan pamit pergi.


Mo Yeon kembali menemui Ketua Han dengan membawa sekeranjang bunga sebagai permohonan maafnya. Mo Yeon membujuk Ketua Han untuk memberinya kesempatan lagi karena ia sudah menghabiskan waktunya selama 8 tahun bekerja di RS Haesung. Ketua Han tertawa, merasa di atas angin. Ia menebak Mo Yeon tidak bisa mendapatkan kredit karena tidak mempunyai pekerjaan tetap.

Ketua Han menyuruh Mo Yeon bekerja di IGD. Mo Yeon kaget mendengarnya, karena berpikir ia akan kembali ke unit VIP. Ketua Han mengatakan tidak mudah memaafkannya karena ia memiliki harga diri yang tinggi. Ia kembali menyuruh Mo Yeon bekerja di IGD dan akan menerima shift malam dan harus siap kapan pun untuk operasi.

Mo Yeon terpaksa ke IGD. Min Ji dan Ja Ae yang sedang membawa pasien kecelakan, heran melihat Mo Yeon bekerja di unit mereka. Mo Yeon mengatakan bahwa mulai sekarang ia yang bertanggung jawab di IGD. 


Sementara itu, Chi Hoon dan Hee Eun melihat hasil USG bayi mereka yang terlihat sehat dan perkiraan tanggal lahir tinggal satu minggu lagi. Dokter berpesan, walaupun mereka sudah lama tidak bertemu, mereka tidak boleh melakukannya. Chi Hoon dan Hee Eun meng-iyakan saran dokter dengan ekspresi yang aneh.


Saat mengambil makanan di kantin, Mo Yeon bertemu dengan saingannya, Kim Eun Ji. Eun Ji menyindir Mo Yeon yang pergi menjadi relawan dan bisa mendapat pacar seorang tentara di sana. Mo Yeon menyindir Eun Jin berharap Eun Ji tidak salah masuk ruang operasi saat ia tidak sedang berada di Korea. Eun Ji tidak peduli dengan sindiran Mo Yeon, malah menyinggung tentang skandalnya dengan ketua.

Mo Yeon berusaha menahan emosinya, mengatakan selama ia pergi, ia menyadari sesuatu. “Kita semua bisa bahagia dan kau juga sama. Sekarang kau sudah bahagia jadi tingkatkan kemampuanmu.”


Eun Ji yang tidak terima dengan ucapan Mo Yeon, mengikuti Mo Yeon yang hendak mau duduk bersama temannya. “Jangan belagak jadi pahlawan. Kau hanya selfie dan memberikan vaksinasi saja di sana. Kau pikir, kau ini Dr. Albert Schweitzer?” ucap Eun Ji mengejek.

Semua teman-teman Mo Yeon langsung berhenti makan dan langsung menatap Eun Ji. Tanpa rasa bersalah, Eun Ji berbalik pergi. Teman-teman Mo Yeon sangat kesal dengan ucapan Eun Ji. Bahkan Chi Hoon yang biasanya kalem, ingin membanting meja.


Sang Hyun dan Ja Ae berbicara di atap. Sang Hyun menyinggung Eun Ji yang kekanak-kanakan. Tapi menurut Ja Ae karena hanya itulah yang bisa dilakukan Eun Ji. Seandainya ia dilahirkan kembali, ia juga ingin menjadi seperti Eun Ji, bisa melakukan apa pun seenaknya saja. Lalu Sang Hyun bertanya, ia haris lahir seperti apa. “Kau akan terlahir menjadi pria yang tidak pernah aku kenal. Hiduplah tanpa mengenalku,” ucap Ja Ae. 

Ja Ae memberitahukan Sang Hyun kalau ia sudah menabung uang bonusnya ke bank untuk berjaga-jaga. Sang Hyun heran, memangnya masih ada pinjaman lain, bukannya semuanya sudah lunas. Ja Ae mengatakan hanya untuk berjaga-jaga.

Ja Ae mengatakan masalah uang kuliah adiknya bisa teratasi berkat Sang Hyun. Sang Hyun mengomel, kapan adik Ja ae akan diwisuda, tidak merepotkan Ja Ae lagi dan pergi mencari pekerjaan. “Aku mengatakan ini hanya sebagai orang yang sudah membayarkan…”

Ja Ae menyela ucapan Sang Hyun. Meminta Sang Hyuk tidak khawatir karena ia pasti akan melunasinya. Lalu Ja Ae pergi sambil mengajak Sang Hyun masuk.


Sersan Choi masuk ke dalam ruangan dan melihat semua teman-temannya sedang maskeran. Ia berkomentar mereka orang-orang yang tidak disiplin. Dae Young membuka sedikit maskernya dan bertanya, “Kau mengataiku juga?”

Sersan Choi langsung bersikap siap dan memberi hormat. Dae Young memberitahukan bahwa ia belum memakai maskernya belum sampai 10 menit. Ia pun kembali memakai maskernya sambil menyuruh Sersan CHoi maskeran juga karena Sersan Choi sudah 6 bulan belum bertemu dengan istrinya.

Sersan Choi menyanggah, mengatakan wajah seorang suami di siang hari tidak terlalu penting, yang penting di malam hari. Teman-temannya tertawa, bahkan salah seorang dari mereka berharap Sersan Choi akan mendapatkan seorang putri yang mirip dengan istri Sersan Choi. Tentara lain membantah, biasanya seorang putri mirip ayahnya.

Sersan Choi kesal dan memarahi mereka. Mereka langsung bersikap siap dan beralasan akan melakukan patroli. Dae Young tiba-tiba bangun, menyuruh mereka tinggal karena ia yang akan berpatroli. Ia juga menempelkan maskernya ke wajah Sersan Choi untuk menhabiskan sisa 5 menitnya.


Dae Young duduk melamun, memikirkan perintah ayah Myeong Ju bila ingin bersama Myeong Ju. Myeong Ju tiba-tiba datang. Dae Young bertanya kenapa Myeong Ju sudah jalan-jalan padahal masih belum sembuh benar. Myeong Ju merasa bosan berbaring terus.


Dae Young bangun dan menggendong Myeong Ju, mendudukkan Myeong Ju di tempat tadi ia duduk, kemudian berdiri di depan Myeong Ju untuk menghalangi sinar matahari sore agar tidak mengenai Myeong Ju. Bahkan Dae Young melarang Myeong Ju bergerak dan harus diam di dalam bayangannya.

Myeong Ju menyuruh Dae Young minggir, jika orang-orang melihat pasti mengira Dae Young sangat mencintainya. “Aku mencintaimu, Yoon Myeong Ju”, ucap Dae Young dengan raut wajah serius. Myeong Ju kaget, berpikir Dae Young memutuskannya lagi. “Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu dan akan mencintaimu untuk waktu yang lama,” bisik Dae Young.

Myeong Ju masih belum percaya karena cinta Dae Young itu, selalu membuat Dae Young meninggalkannya. Dae Young menggelengkan kepalanya, mengatakan mereka tidak akan putus. Myeong Ju menyuruhnya minggir karena membuatnya buta. Keduannya pun tersenyum.


Mereka bersama-sama ke ladang ranjau dan mengambil papan yang bertuliskan ‘Dilarang masuk’. Dae Young menjulurkan tangannya dan mereka berjalan sambil bergandengan tangan.


Si Jin dan anggotanya sudah kembali ke Korea dan melaporkan bahwa mereka sudah selesai bertugas dan siap kembali bergabung dengan Tim Alpha. Komandan yang menerima laporan Shi Jin mengatakan bahwa Komanda bertugas mengunjungi tempat pelatihan Byukho dan menyampaikan pesan bahwa selama 4 hari 3 malam, mereka akan diliburkan dan mereka boleh meninggalkan asrama.


Dae Young menatap formulir untuk keluar dari ketentaraan dan menuliskan namanya di sana.


Si Jin dan Dae Young merayakan hari libur dengan minum sepuasnya di sebuah kedai. Si Jin mengeluhkan ponselnya yang rusak karena tidak seorang pun mengangkat teleponnya. Dae Young mengatakan, tapi ada orang yang mengangkat teleponnya dan dia sudah di sini.

Terlihat Sersan Choi duduk di sebelah Dae Young. “Apa kau bertengkar dengan istrimu?” tanya Dae Young. Sersan Choi membenarkan. Si Jin terus menangis mengeluh ponselnya rusak. Dae Young berpikir Si Jin sudah mulai mabuk.


Mo Yeon datang ke kedai dan heran melihat Si Jin dan teman-temannya sudah ada di sana. Ia bertenya pada Myeong Ju kapan mereka datang. Myeong Ju malah balik bertanya, kenapa Mo Yeon baru datang. Mo Yeon beralasan shift malamnya baru saja selesai. Mo Yeon mengeluhkan kenapa pertemuan mereka seperti ini, ia bahkan akan membuat pesta penyambutan dan pergi ke salon.

Myeong Ju hendak pergi dan menyuruh Mo Yeon makan kimchi karena rasanya enak. Mo Yeon menanyakan ke mana Myeong Ju akan pergi.  Myeong Ju mengatakan harus kembali ke kantor karena bukan jadwalnya istrirahat.

Mo Yeon protes kenapa tidak membawa sersan Seo. Myeong Ju mengatakan ia tidak bisa membawa Dae Young karena sedang berpesta liburan mereka. Mo Yeon mendesah tidak percaya, melihat Si Jin dan Dae Young meracau tentang dirinya dan Myeong Ju.

Malamnya, makin banyak teman Si Jin datang dan mereka berpesta gila-gilaan. Hingga pagi hari, hanya tinggal Si Jin dan Dae Young saja di sana. Mereka berusaha keras untuk tidak jatuh tertidur. Si Jin berteriak memesan dua botol soju lagi.


Mo Yeon datang membawakan dua botol soju. Tanpa melihat siapa yang datang, Si Jin mengucapkan terima kasih. Mo Yeon bergabung dan heran melihat Sang Hyun bisa ada di sana juga. Tapi lebih heran melihat Sang Hyun bukannya minum tapi malah makan kacang almond. Sang Hyun mengatakan, almond dapat mengisi ulang staminaku dan memberikan sebutir kacang almond untuk Mo Yeon.

Si Jin yang masih mabuk, menoleh dan mengenali Mo Yeon sebagai wanita yang datang kemarin. Dae Young malah menduga Mo Yeon adalah wanita yang tinggal di kedai itu. Sang Hyun mengatakan Mo Yeon adalah pacarnya Si Jin. “Benarkah? Daebak!” ucap Si Jin tidak percaya. 


Mo Yeon menghela nafasnya dan meminum satu gelas soju. Ujung-ujungnya, malah Mo Yeon yang lebih parah mabuknya daripada Si Jin. Si Jin mengantarkan Mo Yeon pulang ke rumah dan mengatakan Mo Yeon bukan mabuk tapi sakit Alzheimers.

Mo Yeon salah mendengar ucapan Si Jin, mengira Si Jin mau mengajaknya minum bir lagi sambil makan ayam goreng. Ia setuju dan meminta Si Jin membelinya sambil melompat-lompat di kursi seperti anak kecil. Si Jin hanya bisa terpelongoh melihat tingkah Mo Yeon.

Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur. Si Jin langsung menutup mulut Mo Yeon, menyuruhnya untuk diam. Si Jin berwaspada dan mengambil kain, menggulungkan kain itu ke tangannya. Mo Yeon masih tidak sadar dengan apa yang terjadi, tapi ia berjalan di belakang Si Jin.

“Ibu?” ucap Mo Yeon tiba-tiba. “Itu baju ibuku, tas ibuku, dan itu dia ibuku,” Seorang wanita paruh baya keluar dari balik meja dapur. Mo Yeon tersenyum melihat ibunya.


Ibu menanyakan siapa Si Jin dengan tegas. Si Jin berdiri tegap layaknya tentara di depan ibu Mo Yeon dan Mo Yeon yang duduk setengah sadar di samping ibunya. Si Jin yang sudah sepenuhnya sadar, memperkenalkan dirinya sebagai pacar Mo Yeon.

Sekarang Mo Yeon yang tidak percaya Si Jin adalah pacarnya. Ia mengatakan pada ibunya bahwa Si Jin ganteng. Ibu mengomeli Mo Yeon yang selalu bertingkah aneh saat mabuk. Pada Si Jin, ibu mengatakan kalau Mo Yeon sebenarnya anak yang baik, hanya saja Mo Yeon sering gila saat sedang mabuk.

Si Jin mengerti dan merasa tingkah Mo Yeon itu imut. Ibu bersyukur karena Si Jin bisa mengerti. Lalu ibu bertanya apa pekerjaan Si Jin. 

“Dia adalah Kapten tentara. Dia memilliki banyak rahasia. Semuanya harus dirahasiakan sesuai dengan perintah,” bisik Mo Yeon pada ibunya. Mo Yeon merinding dengan ingatannya sendiri.

“Gaji tetap tiap bulan, tapi jarang pulang. Bagus juga,” ucap ibu lagi. Mo Yeon protes karena ibunya bicara terlalu jujur. “Yang aku maksud itu kau,” ucap ibu pada Mo Yeon.

Pada Si Jin, ibu mengatakan kalau Mo Yeon memang lebih sering di rumah sakit dan tetap mendapatkan gaji. Tiba-tiba ibu heran karena Si Jin hanya berdiri saja seperti orang sedang dihukum. “Apa kau membuat kesalahan yang patut dihukum?” tanya ibu heran.

Si Jin cepat-cepat mengatakan tidak dan tidak bisa menjelaskan. Ibu berkomentar Si Jin yang masih polos. Lalu ibu mengatakan kalau Mo Yeon-nya selalu belajar dan tidak pernah tidak pernah berpegangan tangan dengan seorang pria. Mo Yeon cepat-cepat menghentikan ibunya dan berbisik “Dia tahu tentang Yoon Gi oppa dan Ketua.” Lagi-lagi Mo Yeon merinding dengan ingatannya.

Si Jin mau pamit pulang, merasa Mo Yeon sepertinya harus tidur. Ibu mempersilahkan Si Jin tinggal karena ia bukan ibu yang kuno seperti ibu lainnya. “Tidak. Aku yang kuno. Aku yang akan pulang,” tegas Si Jin dan berjanji akan menyapa ibu Mo Yeon dengan lebih baik pada pertemuan berikutnya.
Bersambung ke part 2…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar