Senin, 18 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 14 Part 2




Si Jin menanyakan Jung Joon mau ke mana. Ia mengatakan kalau di negaranya pasien tak bisa pergi tanpa izin dokter. Jung Joon menyuruh Si Jin minggir, ia harus menyelesaikan misinya.

Si Jin mengatakan, bukannya sudah kubilang, kau akan dipindahkan pagi ini? apa kau mencoba untuk menghindari komandan Choi yang ingin menemuimu? Aku mulai berpikir, kenapa kau datang mencariku. Aku ini adalah teman jauhmu, dan karena musuhmu adalah musuhku juga. Apa aku benar? Jung Joon hanya diam saja.

“Apa kau mengkhianati negaramu ataukah negaramu lah yang mengkhianatimu?” tanya Si Jin.

“Seorang prajurit tak akan pernah mengkhianti negaranya,” tegas Jung Joon.

Flash Back
Jung Joon sudah membunuh sersan Rhee lalu mengambil ponsel yang ada di kantong bajunya, ponselnya berdering.  Seseorang bertanya siapa yang selamat. Ternyata Komandan Choi yang bertanya apakah star utara atau Pluto. Jung Joon kaget mengetahui Komandan Choi yang memberikan perintah.


“Apakah kau adalah seorang pengkhianat?” tanya Jung Joon marah.

“Bagaimana mungkin? Pengkhianatnya adalah kau, Pluto,” ucap Komandan Choi.

Beberapa polisi berjalan masuk, Jung Joon berlari ke atas tapi polisi lainnya sudah mengepung.


Jung Joon menahan pistol Si Jin di dadanya memohon membantunya melarikan diri. Menurut Si Jin siapapun yang mengkhianati Jung Joon sudah dipastikan akan mati jika kembali ke negaranya. Jung Joo mengatakan ada sesuatu yang harus diselesaikan. Si Jin membalas Jung Joon akan mati.

“Bahkan jika aku harus mati, aku akan mati di negaraku,” sahut Jung Joon dan memohon lagi untuk dilepaskan. Si Jin megarahkan pistolnya di kepalanya lagi.

“Aku juga adalah prajurit yang melaksanakan misi negara. Jadi aku tak bisa melepaskanmu. Aku sudah melunasi hutang naengmyeon-ku yang kau traktir di Pyeongyang,” tegas Si Jin. Jung Joon terlihat pasrah.


Jung Joo berada di dalam mobil dengan tangan terborgol, bersama dua pengawal di sampingnya yang memegan legannya. Tangannya memegang sebungkus cemilan biskuat coklat.


Flash Back


Si Jin memberikan sebungkus cemilan pada Jung Joon sebagai hadiah perpisahan. Si Jin meminta Jung Hoon menikmatinya karena rasanya enak. Dae Young dkk mengelilingi Jung Hoon dengan memegang pisto berjaga-jaga jika Jung Hoon melawan. 

Jung Hoo menyimpan makanannya di dalam saku celananya.

Mo Yeon menyindir apa Si Jin sudah mengantar temannya dan meninggalkan rumah sakit tanpa persetujuan dokter bahkan lewat jendela. Si Jin melihat jendela kaca yang pecah dan mengatakan kalau temannya tak pandai mengucapkan salam perpisahan.

Mo Yeon menatap sinis. Si Jin berpura-pura dadanya sakit sambil mau berbaring. Mo Yeon menyuruhnya untuk duduk tegap. Si Jin pun menurut.

“Apa kau yang memecahkan jendela itu?” tanya Mo Yeon.

“Bukan, tapi temanku yang memecahkannya.”

“Jadi kau yang memecahkan jendela di bawah?”

“Itu juga perbuatan temanku.”

Mo Yeon menyimpulkan karena itu adalah teman Si Jin yang membayar ganti rugi adalah Si Jin.

“Tapi kami bukanlah teman yang sangat dekat juga sih.” Sahut Si Jin.

Mo Yeon memberitahu Suk Won sangat marah karena jendelanya pecah. Si Jin menanyakan di mana Suk Won, orang itu tak punya hak untuk memarahi pacarnya Mo Yeon mengingatkan pacarnya juga sedang dirawat bersama tentara Korea Utara. Si Jin pun tertunduk. 


Ponsel Mo Yeon bordering. Ia mengatakan akan datang lagi 2 jam dan memerintahkannya tagk bergerak sampai pengobatannya selesai dan jangan coba-coba melarikan diri, lalu keluar ruangan sambil menerima telepon.

Ji Soo dan Hee Eun sedang berjalan bersama di koridor rumah sakit. Ji Soo pikir pendidikan antenatal Hee Eun itu tentang anatomi dan akan melahirkan minggun depa. Hee Eun mengiyakan sambil mengelus perutnya. Hee Eun membahas tentang pacar Mo Yeon yang didengarnya sangat tampan.

Ji Soo mengeluh apa gunanya tampan jika dia dirawat dengan tentara korea utara. Hee Eun juga dengar tentara korea utara juga tampan. Ji Soo berharap keduanya bisa segera sembuh.

Eun Ji memanggil mereka dan mengejek Hee Eun yang harus berganti jubah karena sangat memamerkan kehamilannya dan membuat pasien khawatir.  Ji Soo membalas, apa kemampuan operasi Eun Ji sudah membaik.

“Hei, kau harus selalu memakai jubah doktermu itu. Jika tidak tak ada yang tahu kau ini pasien atau dokter,” ejek Eun Jin.


Ji Soo sangat marah dan memutar kursi rodanya. Tiba-tiba rambut Eun Ji ditarik oleh Hee Eun sangat kuat. Hee Eun duduk di kursi memberitahu air ketubannya sudah pecah dan akan segera melahirkan, tangannya terus menarik rambut Eun Ji. Ji Soo meminta perawat memanggil dokter Jung.


Eun Ji menjerit kesakitan meminta  dilepaskan. Ji Soo meminta Eun Ji melepaskan tangannya yang memegang tangan Hee Eun dan Hee Eun untuk menarik sekuat tenanga rambut Eun Ji.

Mo Yeon didatangi administrasi rumah sakit untuk menagih ganti rugi atas kerusakan jendela, karena Mo Yeon adalah wali dari pasien Yoo Si Jin. Mo Yeon pikir seorang pria seperti Si Jin tak akan butuh seorang wali. Pegawai itu mengatakan kerusakan jendela bukanlah akibat dari kecelakaan, jadi harus ada orang yang membayar dendanya. Ketua memintanya untuk menagih pada Mo Yeon.

Chi Hoo yang berdiri di samping Mo Yeon langsung setuju dengan Suk Won. Mo Yeon membela yang merusak jendela adalah tentara korea utara.

“Tapi tentara Korea Utara itu sudah kembali ke negaranya. Jadi kau harus…” ucap Chi Hoon. Mo Yeon melotot menyuruh Chi Hoon tutup mulut.


Ponsel Chi Hoon berdering mengabarkan tentang bayinya. Chi Hoon pun pamit pergi. Mo Yeon yang mendengarnya ikut bahagia dan segera pergi mmeninggalkan pegawai yang berteriak memanggilnya.    



Jung Joon menghadap Komandan Choi di hotel. Komandan Choi  berkata korea selatan selalu membicarakan tentang perpecahan dan kerjasama ekonomi dan berpikir masa depan bergantung pada negosiasi perdamaian. Namun menurutnya pilihan tepat wilayahy utara dan selatan tetap terpisah. Komandan Choi menyuruh semua pengawal keluar dari ruangan.

Komandan Choi berkata jika Jung Joon ingin mendapatkan apa yang diinginkan, ancaman lebi baik daripada rundingan, serta perpecahan lebih baik daripada perdamaian. Ia senang bisa meliha Jung Joon lagi. Jung Joon memberikan hormat.


Jung Joon melapor ia telah menghukum star utara dan telah mengetahui pemimpinnya. Komandan Choi memujinya dan bertanya keberadaan file transaksinya kerena pihak Korea Selatan belum panic dan menembak Jung Joon menyembunyikannya di dalam tubuh.

Komanda Choi membuka tirai jendela, sinar laser mengenai bagian dada Jung Hoon. Komandan Choi menegaskan akan mengubur rahasia itu bersama pengkhianat dan menyuruh apa pesan terakhirnya.

“Tolong siapkan semangkuk mie naengmyeon saat pemakamanku. Dan jika boleh, aku mau naengmyeon ongnyugwan dari Koryo Hotel.” Ucap Jung Joon.

“Baiklah jika itu yang kau mau. Apa hanya itu pesanmu?”                                                                                             

“Karena misiku sudah selesai, aku juga akan menyelesaikan misi terakhirku. Atas nama negaraku, aku akan menghabisi pengkhianat komandan choi dari department keamanan negara.” Ucap Jung Joon lalu memecahkan botol wine dan mau menyerang Komandan Choi.

Namun sebuah peluru lebih cepat menembak badan Jung Hoon. Jung Hoon langsung terkapar di atas meja. Komandan Choi menutup kembali tirai jendela dan meninggalkan ruangan.

Komadan Choi memberikan berkas “Pertemuan kedua antar utara dan selatan”. Komandan Choi memberitahu itu adalah pra syarat sebelum menyelesaikan masalah perpisahan wilayah. Kepala luar negeri berpikir mereka sudah berbaik hati mengembalikan senior letnan Ahn.

Komandan Choi mengatai selatan memang suka melakukan perundingan. Sebelum pra syarat itu dipenuhi, kesepakatan kita tak akan tercapai.

Ketua luar negeri menyimpulkan korea utara ingin menghentikan semua perundingan dengan selatan. Komandan Choi membalas ia menganggap itu sebagai jawaban ketua luar negeri, lalu berdiri untuk pergi.

Ketua luar negeri meminta Komandan Choi untuk duduk dulu dan melihat sesuatu sebelum pergi. Komandan Choi melihat lembaran daftar pernyataan NSB dalam tab. Ketua luar negeri menyindir kamnadan Choi mendapat uang yang banyak setelah mengkhianati timnya.

Komandan Choi keluar dengan raut yang marah, beberapa orang dari arah depan dan belakang menghadangnya untuk dibawa bersama Ahn Jung Joon kembali ke Pyeongyang. Komandan Choi kaget mendengar Letnan Ahn masih hidup.

Flash Back


Dari seberang gedung, Si Ji sedang meneropong senapan jarak jauh. Dae Young dkk telah melumpuhkan anak buah komandan Choi yang akan menembak Jung Joon.

Si Jin dapat mendengar semua percakapan Komandan Choi dan Jung Joon. Hingga saat mau menembak pelurunya, ia melapor sudah mendapatkan passwordnya.

Byung Soo di tempat lain memberitahu passwordnya adalah koordinat GPS Koryo Hotel di Pyeongyang, maka terbuka lah apa isi dalam SD Card-nya.

“Penembak pasukan khusus selatan ternyata buruk. Aku tak ditembak di area yang fatal.” Ucap Jung Joon. Si Jin tersenyum mendengarnya.

Petugas Korea Utara memborgol tangan Jung Joon meminta untuk tidak melawan. Jung Joon meminta waktu dua menit untuk memakan cemilannya

Beberapa saat kemudian, Si Jin datang ke TKP Jung Joon ditembak dan melihat sisa bungkus coklat dan alat penyadap di dalamnya.


Kepala Luar Negeri tersenyum melihat berkas “Rapat Penyelesaian Korea Utara dan Selatan. Sek-nya melapor komandan Choi membatalkan makan siang dan kembali ke negaranya. Kepala luar negeri sudah mengetahui itu.

“Apa tak masalah memberikan mereka salinan aslinya sebagai bagian dari negosiasi politik kita?” tanya Sek-nya.

Kepala luar negeri tak mempermasalahkan itu, karena mereka memiliki ribuan salinannya, dan sudah mengirimnya lewat email ke General Park yang bekerja sama dengan Komandan Choi.   

“Politik harus dibangun berdasarkan moralitas. Penjahat harus dihukum berdasarkan kejahatan mereka. Keadilan akan menang dan kejahatan akan kalah,” tegas kepala luar Negeri.

Sek-nya masih bingung dengan moralitas yang dijanjikan tentang negosiasi politik.  Kepala luar negeri merasa sek-nya naif, apakah politik itu selalu berdasarkan moralitas. Lalu berdiri menanyakan jam berapa konferensi persnya.

Mo Yeon berjalan di koridor menuju ruang inap Si Jin. Dae Young mengintip dari celah pintu dan menghitung jarak Mo Yeon 10 meter lagi. Si Jin sedang mengganti bajunya dengan baju pasien. Dae Young menyuruh Si Jin cepat berganti baju, karena jarak Mo Yeon tinggal 5 meter lagi.

Si Jin mengeluh tak bisa melepaskan celananya karena tangan kanannya memakai gips. Dae Young kesal, tak ada yang menyuruh Si Jin untuk terluka. Si Jin merasa ia ingin membunuh seseorang sekarang. Dae Young memberitahu Mo Yeon yang akan tiba dan langsung menutup pintu.


Mo Yeon pun masuk. Si Jin pura-pura tidur. Dae Young pura-pura baca buku memberitahu Si Jin baru saja tertidur. Menurut Mo Yeon itu bagus Si Jin bisa tidur nyenyak dan berharap Si Jin tak mefrencakan sesuatu yang aneh. Dae Young pikir itu tidak mungkin. Mo Yeon akan keluar dan kembali lagi nanti.

Si Jin bangun setelah Mo Yeon pergi sambil membuka selimut, lalu meminta bantuan untuk membuka celananya. Dae Young berlutut mengeluh Si Jin yang kembali memasang gipsnya. Si Jin mengatakan bukan ia yang mau.


Tiba-tiba Mo Yeon masuk lagi, Dae Young langsung melompat ke tempat tidur, Si Jin menutup wajahnya dengan buku, mengatakan pasien baru saja tidur. Mo Yeon mengerti Si Jin terlalu lelah menjaga Dae Young. Si Jin menurunkan bukunya, Dae Young membuka selimutnya.

“Percuma saja aku selalu khawatir pada orang sepertimum,” ucap Mo Yeon.

“Ada urusan apa kau ke sini?” tanya Si Jin. Mo Yeon melirik Dae Young yang ada di tempat tidur lalu Si Jin sambil menghela napas dan memilih untuk keluar.

Dae Young turun dari tempat tidur, merasa Si Jin ingin membunuhnya. Lalu bertanya bagaimana cara membayar ganti rugi jendela yang dirusak Jung Joon.


“Aku punya ide bagus. Kenapa kita tak berunding seperti pria sejati sekarang?” ucap Si Jin.

“Itu ide bagusmu?”

“Gajiku kan sedang dipotong,” ucap Si Jin yang berniat meminta bantuan.

“Yah, tapi aku bukan pria sejati.” Balas Dae Young dengan tangan gemulai, berpura-pura merapikan rambutnya di telinga. Si Jin hanya bisa menghela napas melihat temannya.

Mo Yeon menemui Myeong Ju, bertanya ada apa datang ke rumah sakit. Myeong Ju menanyakan kabar Mo Yeon. Mo Yeon mengatakan harinya sekarang penuh dengan kejutan.

“Apa kau mau menjenguk Si Jin?” tebak Mo Yeon.

“Ya, dia tak mati, kan?”

“Belum sih, tapi mungkin aku akan membunuhnya sebentar lagi.” ucap Mo Yeon, lalu menyuruh masuk karena Dae Young juga ada di dalam. Myeong Ju sudah tahu karena melihat mobil Dae Young di parkiran, jadi sengaja duduk di sini. Mo Yeon heran dan menembak kalian bertengkar. Myeong Ju mengatakan kami suda putus.

Mo Yeon kaget dan menanyakan alasan dan kapan mereka putus. Tapi ia bisa mengerti. Myeong Ju bertanya menurut Mo Yeon apa alasan mereka putus.

“Iya mengerti saja. Dia ada di kamar 710. Mereka sedang bermain siapa yang ‘Bodoh atau yang lebih bodoh’ Kuharap negara ini tahu betapa bodohnya mereka itu.” Ucap Mo Yeon.

Myeong Ju bertanya apa Dae Young tak terluka. Mo Yeon mengingatkan Myeong Ju berkata tak ada hubungan lagi dengan Dae Young. Myeong Ju hanya bertanya antar sesame dokter lalu pergi meninggalkan Mo Yeon. Menurut Mo Yeon cinta Myeong Ju juga rumit.


Myeong Ju dan Dae Young berdiri di antara tempat tidur Si Jin tanpa saling menatap.

“Apa hanya aku merasa canggung sekarang?” tanya Si Jin menatap Dae Young lalu Myeong Ju.

Si Jin menyindir Myeong ju yang ingin menjenguknya seharusnya mendoakan agar cepat sembuh. Myeong Ju mengatakan Si Jin kan sudah punya pacar. Apa mau dipanggilnya. Si Jin merasa tak operlu karena tak ingin pacarnya khawatir.

Menurut Myeong Ju, Si Jin baik-baik saja, jadi ia mau pulang.  Si Jin malah menyuruh Myeong Ju duduk dulu. Dae Young mau keluar agar mereka berdua bisa bicara. Myeong Ju mengaskan dirinya yang mau keluar. Dea Young tetap pada pendiriannya. Myeong Ju juga tak mau kalah mau keluar dari ruangan.

“Lalu siapa yang menemaniku jika kalian berdua pergi,” rengek Si Jin

Myeong Ju berharap kalau Dae Young yang berbaring di tempat tidur. Si Jin mengatakan tadi Dae Young memang berbaring di atas tempat tidur. Lalu memberitahukan Dae Young ternyata punya sisi feminim, dengan memperagakan gaya Dae Young tadi.

Dae Young menarik tangan Si Jin mengatakan kalau tadi ia hanya bercanda. Si Jin makin menggodanya kalau ekspresi Dae Young seperti sekarang dengan gaya feminim merapikan rambut di kupingnya sambil berkata “Ommoo”. Dae Young menutup mulut Si Jin menyangkal kalau ia tidak mengatakan itu. Myeong Ju sependapat dengan Mo Yeon kalau keduannya itu adalah si “Bodoh dan yang lebih bodoh” dan menyuruh Si Jin istrirahat, lalu pergi dari ruangan.

Si Jin mengatai Dae Young sangat bodoh, padahal ia sudah menciba agar Myeong Ju bisa lama menjenguknya. Dae young membalas karena itu ia menghentikan candaan Si Jin. Si Jin pikir candaan tak bisa menghentikan pertengkaran kalian. Lalu bertanya kenapa kalian bisa putus?

“Aku memasukan permintaan pengunduran diri. Hanya dengan itu aku bisa bersamanya,” ucap Dae Young.

Si Jin kaget tak percaya Dae Young memutuskan sendiri dan merasa sangat kecewa. Dae Young meminta maaf. Si Jin bertanya apa Letnan Yoon mengetahuinya. Dae Young mengataka Myeong Ju ada di ruangan Letnan Yoon saa menemuinya. Si Jin menyuruh Dae Youn mengejar Myeong Ju karena sudah rela melepaskan seragamnya dan jangan membuatnya menunggu lebih lama.

Dae Young mencari Myeong di sekitar rumah sakit. Langkahnya terhenti saat melihat bayangan di dekatnya. Myeong Ju menatap TV di depannya melihat bayangan Dae Young.

Ja Ae yang melihatnya menanyakan pendapat Sang Hyun sedang apa mereka berdua. Sang Hyun mengatakan keduanya sedang bertengkar. Myeong Ju ingin putus demi kebaikan sersan Seo. Karena itulah sersan Seo tak bisa menemukan Myeong Ju, karena Myeong Ju adalah wanita baik.

Tapi menurut Ja Ae, Sersan Seo tahu di mana Letnan Yoon bersembunyi. Dia ingin mengejarnya tapi tak bisa karena ingin menjaga harga diri Letnan Yoon yang bersembunyi.

Sang Hyun mengajak Ja Ae ke mall untuk menemaninya membeli mobil. Ja Ae tak percaya Sang Hyun ingin membeli. Sang Hyun mengingatkan kembali perkataannya di Urk, setelah kembali ke Korea akan membeli mobil. Karena tak ada gunanya menabung dan tak tahu kapan kematian itu akan datang. Ia rela mati setelah menghabiskan semua uangnya.

“Bagaimana jika uangmu sudah habis dan belum mati,” tanya Ja Ae.

Sang Hyun mengaku belum memikirkannya tapi ia tetap mau beli mobil dan menyuruh Ja Ae memilihnya. Ja Ae menujuk mobil biru. Sang Hyun menggodanya mengapa Ja Ae selalu mengganggu hidupnya. Ja Ae menegaskan karyawan tadi merekomendasikan itu. Sang Hyun tak pertcaya Ja Ae ternyata mengawasinya dan bertanya apa Ja Ae menyukainya.

Ja Ae langsung menjawab “Ya aku menyukaimu” Sang Hyun mengulanginya lalu sadar kalau Ja Ae mengakui perasaannya. Ja Ae malah meyuruh Samg Hyun cepat karena ia merasa lapar. Sang Hyun meminta formulir pembelian.


Mo Yeon berjalan di lobby rumah sakit, menonton berita dari KBC tentang berita perdamaian Korea Utara dan Selatan. Si Jin juga menonton berita itu dan mematikan TV nya.       

Mo Yeon datang langsung melepaskan jubah dokternya, menyuruh Si Jin jangan takut karena ia sedang tak bertugas. Si Jin bertanya kenapa Mo Yeon tak pulang ke rumah. Mo Yeon mengatakan dirinya adalah wali dari pasien Si Jin.

Si Jin bertanya kapan ia bisa keluar. Apa bisa tinggal di sini selama seminggu kerena merasa senang bisa meliha Mo Yeon 2 jam sekali di rumah sakit.

Mo Yeon merasa heran jadi kenapa Si Jin mau keluar, lalu bertanya tadi Si Jin pergi ke mana. Si Jin menjawab ia pergi ke atap.  Mo Yeon melihat Si Jin tak ada di atap. Si Jin mengaku bukan atap rumah sakit. Apa Si Jin pergi ke “Mall” lagi. Si Jin menggangguk.

Mo Yeon menembak apa Si Jin pergi bersama temannya. Si Jin hanya diam. Mo Yeon bertanya kenapa Si Jin pulang sendiri. Si Jin menjawab mereka punya rute yang berbeda. Lalu mengaku ia sedang kacau jadi meminta Mo Yeon berhenti memarahinya dan memnghiburnya saja.    

Mo Yeon bertanya apa yang terjadi. Si Jin bercerita ia sudah menyelematkan perdamaian tapi tak tahu temannya hidup atau mati.

“Dan pacarmu ini sedang khawatir padamu,” akui Mo Yeon. Si Jin bertanya apa Mo Yeon pernah tidur di ranjang pasien lalu mengajaknya tidur di sampingnya.


Mo Yeon sudah berbaring di ranjang lain. Si Jin kesal karena Mo Yeon menolak ajakannya dan bersikap keras kepala. Si Jin menunjukan tangan yang digips dan ia adalah pasien yang tak bisa berbuat bermacam-macam.

“Pasien yang cukup sehat untuk pergi ke “Mall” dan dokter ini hanya mau melindungi dirinya sendiri.” Ucap Mo Yeon yang sudah memejamkan matanya. Si Jin tak mengerti perkataan Mo Yeon. Mo Yeon mengaku ia sudah mengantuk.

Mo Yeon bercerita Chi Hoon sudah menjadi ayah. Anaknya laki-laki dan hanya informasi saja agar tak salah membeli hadiah. Si Jin merasa anaknya pasti menggemaskan seperti ayahnya.

Si Jin meminta maaf telah membuat Mo Yeon khawatir dan berterima kasih telah menyelamatkan hidupnya. Mo Yeon membuka matanya dan mengeluh kenapa mereka selalu berterima kasih karena masalah seperti ini. karena pasangan lain selalu berterima kasih karena sudah mengantar pasangannya atau karena hadiah anniversary. Si Jin kembali meminta maaf.


Mo Yeon seperti kurang yakin, Si Jin tak mengerti maksud ucapan Mo Yeon. Mo Yeon sudah tahu dari berita di TV tentang perdamaian yang telah diselamatkan Si Jin, tapi jika Si Jin sungguh menyesal, jangan pernah datang menemuinya dengan lumuran darah lagi. Si Jin berjanji akan mengingat permintaan Mo Yeon itu.

Tiba-tiba Si Jin mengajak menonton film yang batal mereka tonton. Mo Yeon bertanya kaget, di sini. Si Jin melihat kamar VIP mempunyai fasilitas yang hebat dan juga ada sebuah alat di atas meja. Mo Yeon tersenyum dan setuju untuk menonton bersama.

Keduanya duduk di atas tempat tidur dan siap menonton film yang sudah diputar dengan proyektor. Mo Yeon bergembira akhirnya bisa menonton bersama bahkan tak menyangka bisa menonton di rumah sakit. Si Jin tersenyum juga sumringah, karena dulu harus pulang padahal sudah membeli tiket.  Keduanya bersemangan menonton film yang baru dimulai.


“Aku tak ingat siapa yang tidur duluan. Itu adalah hari yang panjang dan juga berat. Dan aku berada dipelukannya. Aku merasa seperti bintang bisa berada dalam pelukannya. Menjadi wanita yang dia cintai apakah film yang batal kami nonton itu mempunyai akhir bahagia? Ataukah akhir sedih?”  

Si Jin dan Mo Yeon sudah berbaring di atas tempat tidur yang sama, Mo Yeon tertidur di atas lengan Si Jin dan tangan Si Jin yang digips memeluk Mo Yeon.
Bersambung ke episode 15…

Komentar:



Syukurlah, Si Jin selamat. Tapi kalimat penutup Mo Yeon itu justru membuat khawatir. Tapi percayakan saja pada penulisnya yang selalu membuat cerita happy ending.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar