Si Jin menanyakan Jung Joon mau
ke mana. Ia mengatakan kalau di negaranya pasien tak bisa pergi tanpa izin
dokter. Jung Joon menyuruh Si Jin minggir, ia harus menyelesaikan misinya.
Si Jin mengatakan, bukannya sudah
kubilang, kau akan dipindahkan pagi ini? apa kau mencoba untuk menghindari
komandan Choi yang ingin menemuimu? Aku mulai berpikir, kenapa kau datang
mencariku. Aku ini adalah teman jauhmu, dan karena musuhmu adalah musuhku juga.
Apa aku benar? Jung Joon hanya diam saja.
“Apa kau mengkhianati negaramu
ataukah negaramu lah yang mengkhianatimu?” tanya Si Jin.
“Seorang prajurit tak akan pernah
mengkhianti negaranya,” tegas Jung Joon.
Flash
Back
Jung Joon sudah membunuh sersan
Rhee lalu mengambil ponsel yang ada di kantong bajunya, ponselnya berdering. Seseorang bertanya siapa yang selamat.
Ternyata Komandan Choi yang bertanya apakah star utara atau Pluto. Jung Joon
kaget mengetahui Komandan Choi yang memberikan perintah.
“Apakah kau adalah seorang
pengkhianat?” tanya Jung Joon marah.
“Bagaimana mungkin? Pengkhianatnya
adalah kau, Pluto,” ucap Komandan Choi.
Beberapa polisi berjalan masuk,
Jung Joon berlari ke atas tapi polisi lainnya sudah mengepung.
Jung Joon menahan pistol Si Jin
di dadanya memohon membantunya melarikan diri. Menurut Si Jin siapapun yang
mengkhianati Jung Joon sudah dipastikan akan mati jika kembali ke negaranya.
Jung Joo mengatakan ada sesuatu yang harus diselesaikan. Si Jin membalas Jung
Joon akan mati.
“Bahkan jika aku harus mati, aku
akan mati di negaraku,” sahut Jung Joon dan memohon lagi untuk dilepaskan. Si
Jin megarahkan pistolnya di kepalanya lagi.
“Aku juga adalah prajurit yang
melaksanakan misi negara. Jadi aku tak bisa melepaskanmu. Aku sudah melunasi
hutang naengmyeon-ku yang kau traktir di Pyeongyang,” tegas Si Jin. Jung Joon
terlihat pasrah.
Jung Joo berada di dalam mobil
dengan tangan terborgol, bersama dua pengawal di sampingnya yang memegan
legannya. Tangannya memegang sebungkus cemilan biskuat coklat.
Flash
Back
Si Jin memberikan sebungkus
cemilan pada Jung Joon sebagai hadiah perpisahan. Si Jin meminta Jung Hoon
menikmatinya karena rasanya enak. Dae Young dkk mengelilingi Jung Hoon dengan
memegang pisto berjaga-jaga jika Jung Hoon melawan.
Jung Hoo menyimpan makanannya di
dalam saku celananya.
Mo Yeon menyindir apa Si Jin
sudah mengantar temannya dan meninggalkan rumah sakit tanpa persetujuan dokter
bahkan lewat jendela. Si Jin melihat jendela kaca yang pecah dan mengatakan
kalau temannya tak pandai mengucapkan salam perpisahan.
Mo Yeon menatap sinis. Si Jin
berpura-pura dadanya sakit sambil mau berbaring. Mo Yeon menyuruhnya untuk
duduk tegap. Si Jin pun menurut.
“Apa kau yang memecahkan jendela
itu?” tanya Mo Yeon.
“Bukan, tapi temanku yang
memecahkannya.”
“Jadi kau yang memecahkan jendela
di bawah?”
“Itu juga perbuatan temanku.”
Mo Yeon menyimpulkan karena itu
adalah teman Si Jin yang membayar ganti rugi adalah Si Jin.
“Tapi kami bukanlah teman yang
sangat dekat juga sih.” Sahut Si Jin.
Mo Yeon memberitahu Suk Won
sangat marah karena jendelanya pecah. Si Jin menanyakan di mana Suk Won, orang
itu tak punya hak untuk memarahi pacarnya Mo Yeon mengingatkan pacarnya juga
sedang dirawat bersama tentara Korea Utara. Si Jin pun tertunduk.
Ponsel Mo
Yeon bordering. Ia mengatakan akan datang lagi 2 jam dan memerintahkannya tagk
bergerak sampai pengobatannya selesai dan jangan coba-coba melarikan diri, lalu
keluar ruangan sambil menerima telepon.
Ji Soo dan Hee Eun sedang
berjalan bersama di koridor rumah sakit. Ji Soo pikir pendidikan antenatal Hee
Eun itu tentang anatomi dan akan melahirkan minggun depa. Hee Eun mengiyakan
sambil mengelus perutnya. Hee Eun membahas tentang pacar Mo Yeon yang
didengarnya sangat tampan.
Ji Soo mengeluh apa gunanya
tampan jika dia dirawat dengan tentara korea utara. Hee Eun juga dengar tentara
korea utara juga tampan. Ji Soo berharap keduanya bisa segera sembuh.
Eun Ji memanggil mereka dan
mengejek Hee Eun yang harus berganti jubah karena sangat memamerkan
kehamilannya dan membuat pasien khawatir. Ji Soo membalas, apa kemampuan operasi Eun Ji
sudah membaik.
“Hei, kau harus selalu memakai
jubah doktermu itu. Jika tidak tak ada yang tahu kau ini pasien atau dokter,”
ejek Eun Jin.
Ji Soo sangat marah dan memutar
kursi rodanya. Tiba-tiba rambut Eun Ji ditarik oleh Hee Eun sangat kuat. Hee
Eun duduk di kursi memberitahu air ketubannya sudah pecah dan akan segera
melahirkan, tangannya terus menarik rambut Eun Ji. Ji Soo meminta perawat
memanggil dokter Jung.
Eun Ji menjerit kesakitan
meminta dilepaskan. Ji Soo meminta Eun
Ji melepaskan tangannya yang memegang tangan Hee Eun dan Hee Eun untuk menarik
sekuat tenanga rambut Eun Ji.
Mo Yeon didatangi administrasi
rumah sakit untuk menagih ganti rugi atas kerusakan jendela, karena Mo Yeon
adalah wali dari pasien Yoo Si Jin. Mo Yeon pikir seorang pria seperti Si Jin tak
akan butuh seorang wali. Pegawai itu mengatakan kerusakan jendela bukanlah
akibat dari kecelakaan, jadi harus ada orang yang membayar dendanya. Ketua
memintanya untuk menagih pada Mo Yeon.
Chi Hoo yang berdiri di samping
Mo Yeon langsung setuju dengan Suk Won. Mo Yeon membela yang merusak jendela
adalah tentara korea utara.
“Tapi tentara Korea Utara itu
sudah kembali ke negaranya. Jadi kau harus…” ucap Chi Hoon. Mo Yeon melotot
menyuruh Chi Hoon tutup mulut.
Ponsel Chi Hoon berdering
mengabarkan tentang bayinya. Chi Hoon pun pamit pergi. Mo Yeon yang
mendengarnya ikut bahagia dan segera pergi mmeninggalkan pegawai yang berteriak
memanggilnya.
Jung Joon
menghadap Komandan Choi di hotel. Komandan Choi
berkata korea selatan selalu membicarakan tentang perpecahan dan
kerjasama ekonomi dan berpikir masa depan bergantung pada negosiasi perdamaian.
Namun menurutnya pilihan tepat wilayahy utara dan selatan tetap terpisah.
Komandan Choi menyuruh semua pengawal keluar dari ruangan.
Komandan Choi
berkata jika Jung Joon ingin mendapatkan apa yang diinginkan, ancaman lebi baik
daripada rundingan, serta perpecahan lebih baik daripada perdamaian. Ia senang
bisa meliha Jung Joon lagi. Jung Joon memberikan hormat.
Jung Joon
melapor ia telah menghukum star utara dan telah mengetahui pemimpinnya.
Komandan Choi memujinya dan bertanya keberadaan file transaksinya kerena pihak
Korea Selatan belum panic dan menembak Jung Joon menyembunyikannya di dalam
tubuh.
Komanda Choi
membuka tirai jendela, sinar laser mengenai bagian dada Jung Hoon. Komandan
Choi menegaskan akan mengubur rahasia itu bersama pengkhianat dan menyuruh apa
pesan terakhirnya.
“Tolong siapkan
semangkuk mie naengmyeon saat pemakamanku. Dan jika boleh, aku mau naengmyeon
ongnyugwan dari Koryo Hotel.” Ucap Jung Joon.
“Baiklah
jika itu yang kau mau. Apa hanya itu pesanmu?”
“Karena misiku
sudah selesai, aku juga akan menyelesaikan misi terakhirku. Atas nama negaraku,
aku akan menghabisi pengkhianat komandan choi dari department keamanan negara.”
Ucap Jung Joon lalu memecahkan botol wine dan mau menyerang Komandan Choi.
Namun sebuah
peluru lebih cepat menembak badan Jung Hoon. Jung Hoon langsung terkapar di
atas meja. Komandan Choi menutup kembali tirai jendela dan meninggalkan
ruangan.
Komadan Choi
memberikan berkas “Pertemuan kedua antar utara dan selatan”. Komandan Choi
memberitahu itu adalah pra syarat sebelum menyelesaikan masalah perpisahan
wilayah. Kepala luar negeri berpikir mereka sudah berbaik hati mengembalikan
senior letnan Ahn.
Komandan Choi
mengatai selatan memang suka melakukan perundingan. Sebelum pra syarat itu
dipenuhi, kesepakatan kita tak akan tercapai.
Ketua luar
negeri menyimpulkan korea utara ingin menghentikan semua perundingan dengan
selatan. Komandan Choi membalas ia menganggap itu sebagai jawaban ketua luar
negeri, lalu berdiri untuk pergi.
Ketua luar
negeri meminta Komandan Choi untuk duduk dulu dan melihat sesuatu sebelum
pergi. Komandan Choi melihat lembaran daftar pernyataan NSB dalam tab. Ketua
luar negeri menyindir kamnadan Choi mendapat uang yang banyak setelah
mengkhianati timnya.
Komandan Choi
keluar dengan raut yang marah, beberapa orang dari arah depan dan belakang
menghadangnya untuk dibawa bersama Ahn Jung Joon kembali ke Pyeongyang.
Komandan Choi kaget mendengar Letnan Ahn masih hidup.
Flash Back
Dari seberang
gedung, Si Ji sedang meneropong senapan jarak jauh. Dae Young dkk telah
melumpuhkan anak buah komandan Choi yang akan menembak Jung Joon.
Si Jin dapat
mendengar semua percakapan Komandan Choi dan Jung Joon. Hingga saat mau
menembak pelurunya, ia melapor sudah mendapatkan passwordnya.
Byung Soo di
tempat lain memberitahu passwordnya adalah koordinat GPS Koryo Hotel di
Pyeongyang, maka terbuka lah apa isi dalam SD Card-nya.
“Penembak
pasukan khusus selatan ternyata buruk. Aku tak ditembak di area yang fatal.”
Ucap Jung Joon. Si Jin tersenyum mendengarnya.
Petugas Korea
Utara memborgol tangan Jung Joon meminta untuk tidak melawan. Jung Joon meminta
waktu dua menit untuk memakan cemilannya
Beberapa saat
kemudian, Si Jin datang ke TKP Jung Joon ditembak dan melihat sisa bungkus
coklat dan alat penyadap di dalamnya.
Kepala Luar
Negeri tersenyum melihat berkas “Rapat Penyelesaian Korea Utara dan Selatan.
Sek-nya melapor komandan Choi membatalkan makan siang dan kembali ke negaranya.
Kepala luar negeri sudah mengetahui itu.
“Apa tak masalah
memberikan mereka salinan aslinya sebagai bagian dari negosiasi politik kita?”
tanya Sek-nya.
Kepala luar
negeri tak mempermasalahkan itu, karena mereka memiliki ribuan salinannya, dan
sudah mengirimnya lewat email ke General Park yang bekerja sama dengan Komandan
Choi.
“Politik harus
dibangun berdasarkan moralitas. Penjahat harus dihukum berdasarkan kejahatan
mereka. Keadilan akan menang dan kejahatan akan kalah,” tegas kepala luar
Negeri.
Sek-nya masih
bingung dengan moralitas yang dijanjikan tentang negosiasi politik. Kepala luar negeri merasa sek-nya naif,
apakah politik itu selalu berdasarkan moralitas. Lalu berdiri menanyakan jam
berapa konferensi persnya.
Mo Yeon berjalan
di koridor menuju ruang inap Si Jin. Dae Young mengintip dari celah pintu dan
menghitung jarak Mo Yeon 10 meter lagi. Si Jin sedang mengganti bajunya dengan
baju pasien. Dae Young menyuruh Si Jin cepat berganti baju, karena jarak Mo
Yeon tinggal 5 meter lagi.
Si Jin mengeluh
tak bisa melepaskan celananya karena tangan kanannya memakai gips. Dae Young
kesal, tak ada yang menyuruh Si Jin untuk terluka. Si Jin merasa ia ingin
membunuh seseorang sekarang. Dae Young memberitahu Mo Yeon yang akan tiba dan
langsung menutup pintu.
Mo Yeon pun
masuk. Si Jin pura-pura tidur. Dae Young pura-pura baca buku memberitahu Si Jin
baru saja tertidur. Menurut Mo Yeon itu bagus Si Jin bisa tidur nyenyak dan
berharap Si Jin tak mefrencakan sesuatu yang aneh. Dae Young pikir itu tidak
mungkin. Mo Yeon akan keluar dan kembali lagi nanti.
Si Jin bangun
setelah Mo Yeon pergi sambil membuka selimut, lalu meminta bantuan untuk
membuka celananya. Dae Young berlutut mengeluh Si Jin yang kembali memasang gipsnya.
Si Jin mengatakan bukan ia yang mau.
Tiba-tiba Mo
Yeon masuk lagi, Dae Young langsung melompat ke tempat tidur, Si Jin menutup
wajahnya dengan buku, mengatakan pasien baru saja tidur. Mo Yeon mengerti Si
Jin terlalu lelah menjaga Dae Young. Si Jin menurunkan bukunya, Dae Young
membuka selimutnya.
“Percuma saja
aku selalu khawatir pada orang sepertimum,” ucap Mo Yeon.
“Ada urusan apa
kau ke sini?” tanya Si Jin. Mo Yeon melirik Dae Young yang ada di tempat tidur
lalu Si Jin sambil menghela napas dan memilih untuk keluar.
Dae Young turun
dari tempat tidur, merasa Si Jin ingin membunuhnya. Lalu bertanya bagaimana
cara membayar ganti rugi jendela yang dirusak Jung Joon.
“Aku punya ide
bagus. Kenapa kita tak berunding seperti pria sejati sekarang?” ucap Si Jin.
“Itu ide
bagusmu?”
“Gajiku kan
sedang dipotong,” ucap Si Jin yang berniat meminta bantuan.
“Yah, tapi aku
bukan pria sejati.” Balas Dae Young dengan tangan gemulai, berpura-pura
merapikan rambutnya di telinga. Si Jin hanya bisa menghela napas melihat
temannya.
Mo Yeon menemui
Myeong Ju, bertanya ada apa datang ke rumah sakit. Myeong Ju menanyakan kabar
Mo Yeon. Mo Yeon mengatakan harinya sekarang penuh dengan kejutan.
“Apa kau mau
menjenguk Si Jin?” tebak Mo Yeon.
“Ya, dia tak
mati, kan?”
“Belum sih, tapi
mungkin aku akan membunuhnya sebentar lagi.” ucap Mo Yeon, lalu menyuruh masuk
karena Dae Young juga ada di dalam. Myeong Ju sudah tahu karena melihat mobil
Dae Young di parkiran, jadi sengaja duduk di sini. Mo Yeon heran dan menembak
kalian bertengkar. Myeong Ju mengatakan kami suda putus.
Mo Yeon kaget
dan menanyakan alasan dan kapan mereka putus. Tapi ia bisa mengerti. Myeong Ju
bertanya menurut Mo Yeon apa alasan mereka putus.
“Iya mengerti
saja. Dia ada di kamar 710. Mereka sedang bermain siapa yang ‘Bodoh atau yang
lebih bodoh’ Kuharap negara ini tahu betapa bodohnya mereka itu.” Ucap Mo Yeon.
Myeong Ju
bertanya apa Dae Young tak terluka. Mo Yeon mengingatkan Myeong Ju berkata tak
ada hubungan lagi dengan Dae Young. Myeong Ju hanya bertanya antar sesame
dokter lalu pergi meninggalkan Mo Yeon. Menurut Mo Yeon cinta Myeong Ju juga
rumit.
Myeong Ju dan
Dae Young berdiri di antara tempat tidur Si Jin tanpa saling menatap.
“Apa hanya aku
merasa canggung sekarang?” tanya Si Jin menatap Dae Young lalu Myeong Ju.
Si Jin menyindir
Myeong ju yang ingin menjenguknya seharusnya mendoakan agar cepat sembuh.
Myeong Ju mengatakan Si Jin kan sudah punya pacar. Apa mau dipanggilnya. Si Jin
merasa tak operlu karena tak ingin pacarnya khawatir.
Menurut Myeong
Ju, Si Jin baik-baik saja, jadi ia mau pulang.
Si Jin malah menyuruh Myeong Ju duduk dulu. Dae Young mau keluar agar
mereka berdua bisa bicara. Myeong Ju mengaskan dirinya yang mau keluar. Dea
Young tetap pada pendiriannya. Myeong Ju juga tak mau kalah mau keluar dari
ruangan.
“Lalu siapa yang
menemaniku jika kalian berdua pergi,” rengek Si Jin
Myeong Ju
berharap kalau Dae Young yang berbaring di tempat tidur. Si Jin mengatakan tadi
Dae Young memang berbaring di atas tempat tidur. Lalu memberitahukan Dae Young
ternyata punya sisi feminim, dengan memperagakan gaya Dae Young tadi.
Dae Young
menarik tangan Si Jin mengatakan kalau tadi ia hanya bercanda. Si Jin makin
menggodanya kalau ekspresi Dae Young seperti sekarang dengan gaya feminim merapikan
rambut di kupingnya sambil berkata “Ommoo”. Dae Young menutup mulut Si Jin
menyangkal kalau ia tidak mengatakan itu. Myeong Ju sependapat dengan Mo Yeon
kalau keduannya itu adalah si “Bodoh dan yang lebih bodoh” dan menyuruh Si Jin
istrirahat, lalu pergi dari ruangan.
Si Jin mengatai
Dae Young sangat bodoh, padahal ia sudah menciba agar Myeong Ju bisa lama
menjenguknya. Dae young membalas karena itu ia menghentikan candaan Si Jin. Si
Jin pikir candaan tak bisa menghentikan pertengkaran kalian. Lalu bertanya
kenapa kalian bisa putus?
“Aku memasukan
permintaan pengunduran diri. Hanya dengan itu aku bisa bersamanya,” ucap Dae
Young.
Si Jin kaget tak
percaya Dae Young memutuskan sendiri dan merasa sangat kecewa. Dae Young
meminta maaf. Si Jin bertanya apa Letnan Yoon mengetahuinya. Dae Young
mengataka Myeong Ju ada di ruangan Letnan Yoon saa menemuinya. Si Jin menyuruh
Dae Youn mengejar Myeong Ju karena sudah rela melepaskan seragamnya dan jangan
membuatnya menunggu lebih lama.
Dae Young
mencari Myeong di sekitar rumah sakit. Langkahnya terhenti saat melihat
bayangan di dekatnya. Myeong Ju menatap TV di depannya melihat bayangan Dae
Young.
Ja Ae yang
melihatnya menanyakan pendapat Sang Hyun sedang apa mereka berdua. Sang Hyun
mengatakan keduanya sedang bertengkar. Myeong Ju ingin putus demi kebaikan
sersan Seo. Karena itulah sersan Seo tak bisa menemukan Myeong Ju, karena
Myeong Ju adalah wanita baik.
Tapi menurut Ja
Ae, Sersan Seo tahu di mana Letnan Yoon bersembunyi. Dia ingin mengejarnya tapi
tak bisa karena ingin menjaga harga diri Letnan Yoon yang bersembunyi.
Sang Hyun
mengajak Ja Ae ke mall untuk menemaninya membeli mobil. Ja Ae tak percaya Sang
Hyun ingin membeli. Sang Hyun mengingatkan kembali perkataannya di Urk, setelah
kembali ke Korea akan membeli mobil. Karena tak ada gunanya menabung dan tak
tahu kapan kematian itu akan datang. Ia rela mati setelah menghabiskan semua
uangnya.
“Bagaimana jika
uangmu sudah habis dan belum mati,” tanya Ja Ae.
Sang Hyun
mengaku belum memikirkannya tapi ia tetap mau beli mobil dan menyuruh Ja Ae
memilihnya. Ja Ae menujuk mobil biru. Sang Hyun menggodanya mengapa Ja Ae
selalu mengganggu hidupnya. Ja Ae menegaskan karyawan tadi merekomendasikan
itu. Sang Hyun tak pertcaya Ja Ae ternyata mengawasinya dan bertanya apa Ja Ae
menyukainya.
Ja Ae langsung
menjawab “Ya aku menyukaimu” Sang Hyun mengulanginya lalu sadar kalau Ja Ae
mengakui perasaannya. Ja Ae malah meyuruh Samg Hyun cepat karena ia merasa
lapar. Sang Hyun meminta formulir pembelian.
Mo Yeon berjalan
di lobby rumah sakit, menonton berita dari KBC tentang berita perdamaian Korea
Utara dan Selatan. Si Jin juga menonton berita itu dan mematikan TV nya.
Mo Yeon datang
langsung melepaskan jubah dokternya, menyuruh Si Jin jangan takut karena ia
sedang tak bertugas. Si Jin bertanya kenapa Mo Yeon tak pulang ke rumah. Mo
Yeon mengatakan dirinya adalah wali dari pasien Si Jin.
Si Jin bertanya
kapan ia bisa keluar. Apa bisa tinggal di sini selama seminggu kerena merasa
senang bisa meliha Mo Yeon 2 jam sekali di rumah sakit.
Mo Yeon merasa
heran jadi kenapa Si Jin mau keluar, lalu bertanya tadi Si Jin pergi ke mana.
Si Jin menjawab ia pergi ke atap. Mo
Yeon melihat Si Jin tak ada di atap. Si Jin mengaku bukan atap rumah sakit. Apa
Si Jin pergi ke “Mall” lagi. Si Jin menggangguk.
Mo Yeon menembak
apa Si Jin pergi bersama temannya. Si Jin hanya diam. Mo Yeon bertanya kenapa
Si Jin pulang sendiri. Si Jin menjawab mereka punya rute yang berbeda. Lalu
mengaku ia sedang kacau jadi meminta Mo Yeon berhenti memarahinya dan
memnghiburnya saja.
Mo Yeon bertanya
apa yang terjadi. Si Jin bercerita ia sudah menyelematkan perdamaian tapi tak
tahu temannya hidup atau mati.
“Dan pacarmu ini
sedang khawatir padamu,” akui Mo Yeon. Si Jin bertanya apa Mo Yeon pernah tidur
di ranjang pasien lalu mengajaknya tidur di sampingnya.
Mo Yeon sudah
berbaring di ranjang lain. Si Jin kesal karena Mo Yeon menolak ajakannya dan
bersikap keras kepala. Si Jin menunjukan tangan yang digips dan ia adalah
pasien yang tak bisa berbuat bermacam-macam.
“Pasien yang
cukup sehat untuk pergi ke “Mall” dan dokter ini hanya mau melindungi dirinya
sendiri.” Ucap Mo Yeon yang sudah memejamkan matanya. Si Jin tak mengerti
perkataan Mo Yeon. Mo Yeon mengaku ia sudah mengantuk.
Mo Yeon
bercerita Chi Hoon sudah menjadi ayah. Anaknya laki-laki dan hanya informasi
saja agar tak salah membeli hadiah. Si Jin merasa anaknya pasti menggemaskan
seperti ayahnya.
Si Jin meminta
maaf telah membuat Mo Yeon khawatir dan berterima kasih telah menyelamatkan
hidupnya. Mo Yeon membuka matanya dan mengeluh kenapa mereka selalu berterima
kasih karena masalah seperti ini. karena pasangan lain selalu berterima kasih
karena sudah mengantar pasangannya atau karena hadiah anniversary. Si Jin
kembali meminta maaf.
Mo Yeon seperti
kurang yakin, Si Jin tak mengerti maksud ucapan Mo Yeon. Mo Yeon sudah tahu
dari berita di TV tentang perdamaian yang telah diselamatkan Si Jin, tapi jika
Si Jin sungguh menyesal, jangan pernah datang menemuinya dengan lumuran darah
lagi. Si Jin berjanji akan mengingat permintaan Mo Yeon itu.
Tiba-tiba Si Jin
mengajak menonton film yang batal mereka tonton. Mo Yeon bertanya kaget, di
sini. Si Jin melihat kamar VIP mempunyai fasilitas yang hebat dan juga ada
sebuah alat di atas meja. Mo Yeon tersenyum dan setuju untuk menonton bersama.
Keduanya duduk
di atas tempat tidur dan siap menonton film yang sudah diputar dengan
proyektor. Mo Yeon bergembira akhirnya bisa menonton bersama bahkan tak
menyangka bisa menonton di rumah sakit. Si Jin tersenyum juga sumringah, karena
dulu harus pulang padahal sudah membeli tiket.
Keduanya bersemangan menonton film yang baru dimulai.
“Aku tak ingat siapa yang tidur duluan. Itu
adalah hari yang panjang dan juga berat. Dan aku berada dipelukannya. Aku
merasa seperti bintang bisa berada dalam pelukannya. Menjadi wanita yang dia
cintai apakah film yang batal kami nonton itu mempunyai akhir bahagia? Ataukah
akhir sedih?”
Si Jin dan Mo
Yeon sudah berbaring di atas tempat tidur yang sama, Mo Yeon tertidur di atas
lengan Si Jin dan tangan Si Jin yang digips memeluk Mo Yeon.
Bersambung ke episode 15…
Komentar:
Syukurlah, Si
Jin selamat. Tapi kalimat penutup Mo Yeon itu justru membuat khawatir. Tapi
percayakan saja pada penulisnya yang selalu membuat cerita happy ending.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar