Si Jin kembali
menemui Mo Yeon bertanya apa keputusan Mo Yeon. Mo Yeon mendiagnosis bahwa otot
kaki Manajer Go mengalami nekrosis dan akan mengalami sindrom traumatis jika
betonnya diangkat. Sedangkan pekerja satunya lagi akan akan mengalami
pendarahan yang sangat parah bila besinya dicabut. Lalu ia memulangkan
pertanyaan Si Jin, siapa yang akan mereka selamatkan.
Si Jin mengatakan,
Mo Yeon telah mendiagonosis dan seharusnya bisa mengambil keputusan. Mo Yeon
beralasan Si Jin lebih berpengalaman daripada dirinya, jadi bisa mengambil
keputusan yang terbaik.
“Terbaik?
Apa tindakan seperti ini yang kau bilang terbaik? Dalam gerakan penyelamatan tidak ada yang
dikatakan dengan terbaik. Kita hanya perlu menyelesaikan masalah yang ada
di depan kita.” Tegas Si Jin.
Mo Yeon mengetahui
itu, tapi sepanjang hari ia terus melakukan tindakan tanpa protocol yang jelas
dan membuatnya tidak tahu, apakah ia sudah mengambil tindakan yang benar atau…
Si Jin
menyahut, “Tindakanmu sudah benar. Dalam situasi begini kau hanya perlu
melakukan apa yang kau bisa, ataukah hanya diam saja dan membiarkan mereka
mati. Pilih salah satu. Tak ada waktu untuk merengek.” Tegas Si Jin lagi.
Melihat Mo
Yeon mulai berkaca-kaca, dengan nada lembut berkata, “Kami tak memintamu untuk
membuat keajaiban. Kami tak mengharapkan dokter sempurna yang bisa menemukan
anti virus. Tapi kami mengharapkan diagnosis dari seorang dokter. Jadi tolong
beritahu keputusanmu sebagai seorang dokter.”
Dengan air
mata yang menetes, Mo Yeon memberitahukan keputusannya.
Mo Yeon
dan para tentara membawa pekerja lokal ke ruang operasi di Medicube. Mo Yeon mau melakukan foto rontgen terlebih
dahulu, tapi Sang Hyun mengatakan mereka sudah kehabisan film dan alat-alat
streril.
Mo Yeon tetep akan mengoperasinya dengan alat
seadanya dan ditemani Sang Hyun. Pasien dibius lalu mereka mencabut besi yang
menancap di tubuh pasien.
Sedangkan
Si Jin dan tentara lainnya, mengumpulkan korban yang meninggal, termasuk
Manager Go. Si Jin melihat foto keluarga Manager Go dan meletakkannya dompet
itu di dada Manager Go. Lalu meletakan tangan Manager Go di atas dompet itu. Saat
kantong jenazah ditutup, Si Jin memberikan hormat terakhirnya pada Manager Go.
Ye Hwa
menemukan jam dinding yang sudah pecah dan mati. Daniel mengambil jam dinding
itu dari tangan Ye Hwa dan memperbaikinya. Jam dinding itu berdetak kembali dan
dipasang kembali di dinding.
Myeong Ju
sudah menyelesaikan operasinya dan organ vital pasien telah kembali normal.
Myeong Ju memuji Ki Bum yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Ki Bum
memberi hormat pada Myeong Ju dan merasa terharu.
Byung Soo
datang ke lokasi dengan membawa pasukan cadangan dan memerintahkan pasukan Si
Jin untuk kembali ke camp dan beristirahat.
Myeong Ju dan
Dae Young berada dalam satu truk. Dae Young melihat kedua telapak tangan Myeong
Ju yang penuh dengan bekas noda darah. Mereka tidak saling menyapa dan melihat
ke arah yang berbeda.
Sementara,
ayah Myeong Ju, Letjen Yoon bertemu dengan ayah Si Jin. Letjen Yoon
memberitahukan Tuan Yoo bahwa seluruh tentara mereka dalam keadaan baik
termasuk dengan Letnan Yoon. Ia memberitahukan bahwa ia tidak menahan Kapten
Yoo untuk berangkat dan alasannya memanggil Tuan Yoo adalah agar Tuan Yoo tidak
perlu khawatir.
Tuan Yoo
tersenyum canggung, mengatakan bahwa ia tidak mau mengkhawatirkannya karena ini
memang tugasnya.
“Aku mohon
maaf karena mengatakan ini. Tapi aku merasa lega karena putriku bersama Kapten
Yoo,” Tuan Yoo tersenyum menundukkan kepalanya. “Aku sangat mengandalkan Kapten
Yoo. Si Jin akan bisa mendapatkan bintang empat dan aku sangat mengharapkan hal
itu…”.
Tuan Yoo
tersenyum canggung, mengatakan kalau ia tidak yakin Si Jin akan mampu seperti
yang diharapkan Letjen Yoon. Namun Letjen Yoon yakin, karena Si Jin adalah
seorang tentara yang mengagumkan. Baik bawahan maupun atasan mengidolakannya.
Tuan Yoo tersenyum senang, merasa bersyukur karena Shi Jin bisa mendapatkan
anak buah seperti itu.
Letjen Yoon
tersenyum senang, begitu juga dengan Tuan Yoo. Tapi sedetik kemudian senyumnya
sedikit memudar.
Ketua Han
memberitahukan staf rumah sakit mengenai kabar rekan-rekan mereka, bahwa semua
tim medis selamat. Hee Eun terduduk merasa lega karena itu artinya Chi Hoon,
ayah dari calon bayinya, baik-baik saja. Nyonya Lee, ibu Chi Hoon, mendekati
Hee Eun dan menenangkannya.
Ji Soo
menanyakan kapan tim medis akan kembali pulang. Ketua Han mengatakan pesawat
baru bisa didatangkan setelah kondisi bandara kembali normal. Namun Nyonya Lee
tidak bisa menerima penjelasan itu, ia baru merasa tenang jika sudah mendengar
suara Chi Hoon, ia ingin berbicara langsung dengan Chi Hoon.
Ketua Han
mengatakan sambungan telepon pribadi belum pulih dan yang bisa digunakan hanya
saluran satelit militer dan mereka tidak bisa menggunakannya. Nyonya Lee
memarahi Ketua Han, mengatakan bahwa ia yang berinvestasi dalam satelit, jadi
ia ingin segera disambungkan dengan Chi Hoon.
Ji Soo
mengomentari mertua Hee Ae yang berteriak pada Ketua Han seperti anak kecil.
Hee Ae mengatakan, tanah rumah sakit milik keluarganya Chi Hoon. Ji Soo
langsung memegang tangan Hee Ae, “Nyonya, aku tak pernah membuatmu marah kan?” Ji
Soo takut gara-gara komentarnya tadi, ia malah dipecat. Tapi Hee Ae memberi
tatapan tidak mengerti dengan maksud ucapan Ji Soo.
Chi Hoo duduk
menyendiri di luar memikirkan pasien yang ia salah dilabelinya, Sang Hyun
menghampirinya menanyakan, apa dia baik-baik saja? Chi Hoon diam saja. Sang
Hyun mengeluhkan pertanyannya yang tidak penting. Chi Hoon meminta sebatang
merokok. Sang Hyun melarangnya merokok.
Young Su
datang ke Medicube, membuat ulah lagi, mengeluhkan badannya yang lemas dan
kadar gula darahnya menurun. Ia meminta diberikan infus vitamin dan tidur di
tempat tidur pasien.
Min Ji tidak
bisa mengatasi Young Su, tapi untung saja ada Ja Ae. Dengan sikap Ja Ae yang
tegas dan keras, ia bisa mengatasi Young Su walaupun Young Su terlihat sangat
marah dengan sikap Ja Ae padanya dan mengomel-omel sendirian.
Si Jin dan
Dae Young membahas tentang makan malam yang belum ada untuk anak buah mereka.
Sebuah mobil datang, wanita seksi yang dari bar datang dengan membawakan
berkotak-kotak burger untuk para tentara.
Si Jin sangat
berterima kasih dan malah ingin memesan 100 minuman dari bar. Dan menyuruh Dae
Young yang membayarnya karena ia tidak punya uang karena gajinya sudah
dipotong. Dae Young tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memberikan wajah
pasrahnya pada Si Jin. Si Jin tertawa senang karena berhasil mengerjai Dae
Young.
Si Jin segera
memberitahukan anak buahnya melalui radio untuk datang mengambil jatah makan
malam mereka.
Seluruh anak buah
Si Jin duduk berbaris dan memakan burger sambil memijit-mijit kaki mereka. Si
Jin datang mengatakan, bahwa keluarga mereka sudah diberi kabar jadi mereka
tidak perlu khawatir.
Si Jin juga
mengatakan setelah sambungan telepon pulih, mereka semua akan diberi kesempatan
melakukan video call. Si Jin meminta anak buahnyan untuk segera menyelesaikan
makan malam mereka dan pergi tidur. Dan memberitahukan bahwa besok mereka akan
melakukan misi penyelamatan lagi dan berpesan agar mereka istirahat yang cukup
dan tidak perlu memikirkan apapun.
Dae Young
sedang membersihkan wajahnya. Ia memijit-mijit telapak tangan kanannya. Apa
mungkin terkilir saat jatuh tadi.
Seseorang
mengambil handuk yang tersampir di lehernya dan orang itu adalah Myeong Ju.
Myeong Ju menatap Dae Young marah tapi kemudian ia malah mengelap wajah Dae
Young. Myeong Ju bertanya kenapa Dae Young bisa datang kesana, atas kemauan Dae
Young sendiri atau karena perintah dari ayahnya.
Dae Young menjawab
bahwa tangggung jawabnya adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya. Myeong
tidak mengerti kenapa Dae Young memutuskan ke sini dan mengatakan kalau ia
tidak baik-baik saja.
Dae Young
menyuruh Myeong Ju menelepon ayahnya, karena pasti ayah Myeong Ju sangat khawatir.
Myeong Ju menatap Dae Young marah. Tapi kemudian ia bertanya apa Dae Young
baik-baik saja jika dirinya terluka.
“Maaf Karena
aku selalu menghindarimu,” ucap Dae Young. Mata Myeong Ju mulai berkaca-kaca,
“Lalu kenapa kau tak mengenggam tanganku?” tanya Myeong Ju. Dae Young menarik
Myeong Ju ke dalam pelukannya. Myeong Ju hanya bisa menangis bahagia.
Sang Hyun
mendekati Ja Ae yang sedang merebus alat-alat operasi. Ia menyuruh Ja Ae
minggir karena ia yang akan mengerjakan pekerjaan Ja Ae. Ja Ae mengatakan
betapa susahnya harus bekerja tanpa alat steril.
“Sudah kubilang
untuk kabur saja saat hari pertama sampai di sini,” sahut Sang Hyun. Sang Hyun
kesal, seandainya ia punya istri dan
anak, maka ia bisa memakai alasan itu untuk bisa pergi dari sana.
“kau bisa
saja kabur. Kenapa bertahan di sini?” sahut Ja Ae. Sang Hyun malah memulangkan
kata-kata Ja Ae. Ja Ae mendesah, kesal.
Lalu Sang
Hyun meminta Ja Ae mendengarkannya baik-baik. Ia ingin Ja Ae mengingat pasword
komputernya dan jika sesuatu terjadi padanya maka Ja Ae harus menghapus folder yang
ada di dalam komputernya itu. Sang Hyun menjelaskan dengan detail dimana letak
folder itu.
Ja Ae tidak
mengerti maksud Sang Hyun tapi kemudian ia bisa menebak apa isi folder itu dan
menurutnya, Sang Hyun itu sangat menjijikkan. “Ternyata kau lebih banyak tahu
ya daripada yang kupikirkan,” goda Sang Hyun.
Ja Ae meminta
Sang Hyun menghapus folder itu sekarang juga. Sang Hyun tidak menggubris Ja Ae
dan mematikan kompor karena pekerjaannya sudah selesai dan mengajak Ja Ae
masuk. Ja Ae mengikuti Sang Hyun dan terus merecoki Sang Hyun agar segera
menghapus folder itu.
Mo Yeon berkeliling
di Medicube untuk memeriksa kondisi pasien yang telah dirawat. Ia juga bertemu
kembali dengan pekerja yang meminjamkan sepatu bot padanya dan mengembalikan
sepatu itu pada pekerja itu. Mo Yeon mengucapkan terima kasih karena sudah
dipinjamkan sepatu itu.
Mo Yeon
kembali ke lokasi proyek dan menyalakan lilin di depan papan status misi
penyelamatan. Di papan itu tertulis, jumlah korban yang selamat, meninggal dan
mayat yang tanpa identitas. Saat Mo Yeon
pergi, Si Jin muncul dari balik papan itu dan memerhatikan Mo Yeon yang
berjalan ke arah proyek.
Mo Yeon
menatap reruntuhan proyek. Ia mengingat orang-orang yang ditemuinya saat berkunjung
ke sana, termasuk Manager Go yang selalu tersenyum ramah.
Mo Yeon tidak dapat
menahan emosinya lagi dan menangis dengan sedih.
Anak buah Si
Jin datang dan menyapa Si Jin. Si Jin mengatakan ia hanya datang untuk melihat-lihat
saja. Anak buah Si Jin melihat bahu Si Jin terluka dan sepertinya luka itu
perlu dijahit. Ia menawarkan bantuannya untuk memanggil tim medis. Si Jin
menolak dan mengatakan biar dia saja yang ke sana. Mo Yeon tiba-tiba datang dan
mangatakan, ia yang akan melakukannya.
Di tenda
medis, Mo Yeon bertanya sambil menjahit luka Si Jin, bagaimana bahu Si Jin terluka.
Si Jin menjawab, kalau ia kurang berhati-hati saat melakukan penyelamatan.
Mereka saling
diam sesaat. Kemudian Mo Yeon mengatakan kalau ia baik-baik saja.
“Kau
mendengarnya? Aku bertanya sangat pelan tadi,” ucap Si Jin terkejut.
“Ya. Aku
mendengarnya pelan yang keras,” sahut Mo Yeon.
Shi Jin
mengungkapkan perasaannya bahwa ia senang dengan kehadiran Mo Yeon di sini dan dan
ikut berjuang bersamanya. Dan Mo Yeon juga mengucapkan terima kasih kembali
pada Shi Jin.
Si Jin
meminta maaf dengan ucapan kasarnya tadi. Ia mengatakan ia tidak bermaksud
jahat pada Mo Yeon.
“Aku tahu.
Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi dokter? Seseorang yang melihat lebih
banyak kematian dari seoramg tentara adalah seorang dokter yang memegang
pisau.” ucap Mo Yeon.
Si Jin
meminta Mo Yeon untuk melupakan ucapannya tadi, jika ucapannya tadi tidak berguna
bagi Mo Yeon.
“Tapi aku sungguh tak ingin kau terluka. Itulah perasaanku,” ucap
Si Jin.
Mo Yeon
tersenyum. Meminta Si Jin cukup melakukan keahliannya Si Jin saja daripada
menghibur dengan kata-kata yang aneh. Si Jin tidak mengerti maksud Mo Yeon.
“Kau ahli dalam melawak. Cukup berikan aku sebuah lawakanmu saja,” ucap Mo
Yeon.
“Kau sangat
cantik sekarang,” ucap Shi Jin.
“Kau tidak
sedang melihatku.” Proter Mo Yeon
“Aku sudah
melihatmu tadi. Kau yang selalu saja cantik,” sahut Si Jin.
Mo Yeon
mengatakan kalau itu ia memang cantik. Si Jin menyela kalau ia bercanda. Dan Mo
Yeon akhirnya bisa tersenyum lebih lebar.
Mo Yeon sudah
selesai menjahitkan luka Si Jin. Tiba-tiba Si Jin mengatakan kalau ia sangat
merindukan Mo Yeon. Apapun yang ia lakukan, ia selalu saja memikirkan Mo Yeon.
“Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanya. Tapi
percuma aku masih merindukanmu.”
Mo Yeon
tertegun mendengar pengakuan Si Jin barusan. Melihat Mo Yeon hanya diam, Si Jin
meneruskan, “Apa kau tak menyangka aku akan mengatakan ini? kalau begitu
dengarkan aku. Karena aku sedang tidak bercanda sekarang.”
Bersambung ke episode 8...
Komentar:
Ternyata gempa
membuat dua pasangan kita semakin dekat. Ini namanya bencana membawa hikmah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar