Sabtu, 02 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 7 Part 2




Si Jin kembali menemui Mo Yeon bertanya apa keputusan Mo Yeon. Mo Yeon mendiagnosis bahwa otot kaki Manajer Go mengalami nekrosis dan akan mengalami sindrom traumatis jika betonnya diangkat. Sedangkan pekerja satunya lagi akan akan mengalami pendarahan yang sangat parah bila besinya dicabut. Lalu ia memulangkan pertanyaan Si Jin, siapa yang akan mereka selamatkan.

Si Jin mengatakan, Mo Yeon telah mendiagonosis dan seharusnya bisa mengambil keputusan. Mo Yeon beralasan Si Jin lebih berpengalaman daripada dirinya, jadi bisa mengambil keputusan yang terbaik.

“Terbaik? Apa tindakan seperti ini yang kau bilang terbaik? Dalam gerakan penyelamatan tidak  ada yang  dikatakan dengan terbaik. Kita hanya perlu menyelesaikan masalah yang ada di depan kita.” Tegas Si Jin.

Mo Yeon mengetahui itu, tapi sepanjang hari ia terus melakukan tindakan tanpa protocol yang jelas dan membuatnya tidak tahu, apakah ia sudah mengambil tindakan yang benar atau…

Si Jin menyahut, “Tindakanmu sudah benar. Dalam situasi begini kau hanya perlu melakukan apa yang kau bisa, ataukah hanya diam saja dan membiarkan mereka mati. Pilih salah satu. Tak ada waktu untuk merengek.” Tegas Si Jin lagi.

Melihat Mo Yeon mulai berkaca-kaca, dengan nada lembut berkata, “Kami tak memintamu untuk membuat keajaiban. Kami tak mengharapkan dokter sempurna yang bisa menemukan anti virus. Tapi kami mengharapkan diagnosis dari seorang dokter. Jadi tolong beritahu keputusanmu sebagai seorang dokter.”
Dengan air mata yang menetes, Mo Yeon memberitahukan keputusannya.


Mo Yeon dan para tentara membawa pekerja lokal ke ruang operasi di Medicube.  Mo Yeon mau melakukan foto rontgen terlebih dahulu, tapi Sang Hyun mengatakan mereka sudah kehabisan film dan alat-alat streril.

 Mo Yeon tetep akan mengoperasinya dengan alat seadanya dan ditemani Sang Hyun. Pasien dibius lalu mereka mencabut besi yang menancap di tubuh pasien.


Sedangkan Si Jin dan tentara lainnya, mengumpulkan korban yang meninggal, termasuk Manager Go. Si Jin melihat foto keluarga Manager Go dan meletakkannya dompet itu di dada Manager Go. Lalu meletakan tangan Manager Go di atas dompet itu. Saat kantong jenazah ditutup, Si Jin memberikan hormat terakhirnya pada Manager Go.

Ye Hwa menemukan jam dinding yang sudah pecah dan mati. Daniel mengambil jam dinding itu dari tangan Ye Hwa dan memperbaikinya. Jam dinding itu berdetak kembali dan dipasang kembali di dinding.


Myeong Ju sudah menyelesaikan operasinya dan organ vital pasien telah kembali normal. Myeong Ju memuji Ki Bum yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Ki Bum memberi hormat pada Myeong Ju dan merasa terharu.


Byung Soo datang ke lokasi dengan membawa pasukan cadangan dan memerintahkan pasukan Si Jin untuk kembali ke camp dan beristirahat.


Myeong Ju dan Dae Young berada dalam satu truk. Dae Young melihat kedua telapak tangan Myeong Ju yang penuh dengan bekas noda darah. Mereka tidak saling menyapa dan melihat ke arah yang berbeda.


Sementara, ayah Myeong Ju, Letjen Yoon bertemu dengan ayah Si Jin. Letjen Yoon memberitahukan Tuan Yoo bahwa seluruh tentara mereka dalam keadaan baik termasuk dengan Letnan Yoon. Ia memberitahukan bahwa ia tidak menahan Kapten Yoo untuk berangkat dan alasannya memanggil Tuan Yoo adalah agar Tuan Yoo tidak perlu khawatir.

Tuan Yoo tersenyum canggung, mengatakan bahwa ia tidak mau mengkhawatirkannya karena ini memang tugasnya.

“Aku mohon maaf karena mengatakan ini. Tapi aku merasa lega karena putriku bersama Kapten Yoo,” Tuan Yoo tersenyum menundukkan kepalanya. “Aku sangat mengandalkan Kapten Yoo. Si Jin akan bisa mendapatkan bintang empat dan aku sangat mengharapkan hal itu…”.

Tuan Yoo tersenyum canggung, mengatakan kalau ia tidak yakin Si Jin akan mampu seperti yang diharapkan Letjen Yoon. Namun Letjen Yoon yakin, karena Si Jin adalah seorang tentara yang mengagumkan. Baik bawahan maupun atasan mengidolakannya. Tuan Yoo tersenyum senang, merasa bersyukur karena Shi Jin bisa mendapatkan anak buah seperti itu.

Letjen Yoon tersenyum senang, begitu juga dengan Tuan Yoo. Tapi sedetik kemudian senyumnya sedikit memudar.


Ketua Han memberitahukan staf rumah sakit mengenai kabar rekan-rekan mereka, bahwa semua tim medis selamat. Hee Eun terduduk merasa lega karena itu artinya Chi Hoon, ayah dari calon bayinya, baik-baik saja. Nyonya Lee, ibu Chi Hoon, mendekati Hee Eun dan menenangkannya. 


Ji Soo menanyakan kapan tim medis akan kembali pulang. Ketua Han mengatakan pesawat baru bisa didatangkan setelah kondisi bandara kembali normal. Namun Nyonya Lee tidak bisa menerima penjelasan itu, ia baru merasa tenang jika sudah mendengar suara Chi Hoon, ia ingin berbicara langsung dengan Chi Hoon.

Ketua Han mengatakan sambungan telepon pribadi belum pulih dan yang bisa digunakan hanya saluran satelit militer dan mereka tidak bisa menggunakannya. Nyonya Lee memarahi Ketua Han, mengatakan bahwa ia yang berinvestasi dalam satelit, jadi ia ingin segera disambungkan dengan Chi Hoon.


Ji Soo mengomentari mertua Hee Ae yang berteriak pada Ketua Han seperti anak kecil. Hee Ae mengatakan, tanah rumah sakit milik keluarganya Chi Hoon. Ji Soo langsung memegang tangan Hee Ae, “Nyonya, aku tak pernah membuatmu marah kan?” Ji Soo takut gara-gara komentarnya tadi, ia malah dipecat. Tapi Hee Ae memberi tatapan tidak mengerti dengan maksud ucapan Ji Soo.

Chi Hoo duduk menyendiri di luar memikirkan pasien yang ia salah dilabelinya, Sang Hyun menghampirinya menanyakan, apa dia baik-baik saja? Chi Hoon diam saja. Sang Hyun mengeluhkan pertanyannya yang tidak penting. Chi Hoon meminta sebatang merokok. Sang Hyun melarangnya merokok. 

Young Su datang ke Medicube, membuat ulah lagi, mengeluhkan badannya yang lemas dan kadar gula darahnya menurun. Ia meminta diberikan infus vitamin dan tidur di tempat tidur pasien.


Min Ji tidak bisa mengatasi Young Su, tapi untung saja ada Ja Ae. Dengan sikap Ja Ae yang tegas dan keras, ia bisa mengatasi Young Su walaupun Young Su terlihat sangat marah dengan sikap Ja Ae padanya dan mengomel-omel sendirian.


Si Jin dan Dae Young membahas tentang makan malam yang belum ada untuk anak buah mereka. Sebuah mobil datang, wanita seksi yang dari bar datang dengan membawakan berkotak-kotak burger untuk para tentara.
Si Jin sangat berterima kasih dan malah ingin memesan 100 minuman dari bar. Dan menyuruh Dae Young yang membayarnya karena ia tidak punya uang karena gajinya sudah dipotong. Dae Young tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memberikan wajah pasrahnya pada Si Jin. Si Jin tertawa senang karena berhasil mengerjai Dae Young.

Si Jin segera memberitahukan anak buahnya melalui radio untuk datang mengambil jatah makan malam mereka.


Seluruh anak buah Si Jin duduk berbaris dan memakan burger sambil memijit-mijit kaki mereka. Si Jin datang mengatakan, bahwa keluarga mereka sudah diberi kabar jadi mereka tidak perlu khawatir.

Si Jin juga mengatakan setelah sambungan telepon pulih, mereka semua akan diberi kesempatan melakukan video call. Si Jin meminta anak buahnyan untuk segera menyelesaikan makan malam mereka dan pergi tidur. Dan memberitahukan bahwa besok mereka akan melakukan misi penyelamatan lagi dan berpesan agar mereka istirahat yang cukup dan tidak perlu memikirkan apapun.


Dae Young sedang membersihkan wajahnya. Ia memijit-mijit telapak tangan kanannya. Apa mungkin terkilir saat jatuh tadi.



Seseorang mengambil handuk yang tersampir di lehernya dan orang itu adalah Myeong Ju. Myeong Ju menatap Dae Young marah tapi kemudian ia malah mengelap wajah Dae Young. Myeong Ju bertanya kenapa Dae Young bisa datang kesana, atas kemauan Dae Young sendiri atau karena perintah dari ayahnya.

Dae Young menjawab bahwa tangggung jawabnya adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya. Myeong tidak mengerti kenapa Dae Young memutuskan ke sini dan mengatakan kalau ia tidak baik-baik saja.

Dae Young menyuruh Myeong Ju menelepon ayahnya, karena pasti ayah Myeong Ju sangat khawatir. Myeong Ju menatap Dae Young marah. Tapi kemudian ia bertanya apa Dae Young baik-baik saja jika dirinya terluka.

“Maaf Karena aku selalu menghindarimu,” ucap Dae Young. Mata Myeong Ju mulai berkaca-kaca, “Lalu kenapa kau tak mengenggam tanganku?” tanya Myeong Ju. Dae Young menarik Myeong Ju ke dalam pelukannya. Myeong Ju hanya bisa menangis bahagia.


Sang Hyun mendekati Ja Ae yang sedang merebus alat-alat operasi. Ia menyuruh Ja Ae minggir karena ia yang akan mengerjakan pekerjaan Ja Ae. Ja Ae mengatakan betapa susahnya harus bekerja tanpa alat steril.

“Sudah kubilang untuk kabur saja saat hari pertama sampai di sini,” sahut Sang Hyun. Sang Hyun kesal,  seandainya ia punya istri dan anak, maka ia bisa memakai alasan itu untuk bisa pergi dari sana.

“kau bisa saja kabur. Kenapa bertahan di sini?” sahut Ja Ae. Sang Hyun malah memulangkan kata-kata Ja Ae. Ja Ae mendesah, kesal.

Lalu Sang Hyun meminta Ja Ae mendengarkannya baik-baik. Ia ingin Ja Ae mengingat pasword komputernya dan jika sesuatu terjadi padanya maka Ja Ae harus menghapus folder yang ada di dalam komputernya itu. Sang Hyun menjelaskan dengan detail dimana letak folder itu.

Ja Ae tidak mengerti maksud Sang Hyun tapi kemudian ia bisa menebak apa isi folder itu dan menurutnya, Sang Hyun itu sangat menjijikkan. “Ternyata kau lebih banyak tahu ya daripada yang kupikirkan,” goda Sang Hyun.

Ja Ae meminta Sang Hyun menghapus folder itu sekarang juga. Sang Hyun tidak menggubris Ja Ae dan mematikan kompor karena pekerjaannya sudah selesai dan mengajak Ja Ae masuk. Ja Ae mengikuti Sang Hyun dan terus merecoki Sang Hyun agar segera menghapus folder itu.


Mo Yeon berkeliling di Medicube untuk memeriksa kondisi pasien yang telah dirawat. Ia juga bertemu kembali dengan pekerja yang meminjamkan sepatu bot padanya dan mengembalikan sepatu itu pada pekerja itu. Mo Yeon mengucapkan terima kasih karena sudah dipinjamkan sepatu itu.


Mo Yeon kembali ke lokasi proyek dan menyalakan lilin di depan papan status misi penyelamatan. Di papan itu tertulis, jumlah korban yang selamat, meninggal dan mayat yang tanpa identitas.  Saat Mo Yeon pergi, Si Jin muncul dari balik papan itu dan memerhatikan Mo Yeon yang berjalan ke arah proyek.


Mo Yeon menatap reruntuhan proyek. Ia mengingat orang-orang yang ditemuinya saat berkunjung ke sana, termasuk Manager Go yang selalu tersenyum ramah. 


Mo Yeon tidak dapat menahan emosinya lagi dan menangis dengan sedih.


Anak buah Si Jin datang dan menyapa Si Jin. Si Jin mengatakan ia hanya datang untuk melihat-lihat saja. Anak buah Si Jin melihat bahu Si Jin terluka dan sepertinya luka itu perlu dijahit. Ia menawarkan bantuannya untuk memanggil tim medis. Si Jin menolak dan mengatakan biar dia saja yang ke sana. Mo Yeon tiba-tiba datang dan mangatakan, ia yang akan melakukannya.


Di tenda medis, Mo Yeon bertanya sambil menjahit luka Si Jin, bagaimana bahu Si Jin terluka. Si Jin menjawab, kalau ia kurang berhati-hati saat melakukan penyelamatan.

Mereka saling diam sesaat. Kemudian Mo Yeon mengatakan kalau ia baik-baik saja.

“Kau mendengarnya? Aku bertanya sangat pelan tadi,” ucap Si Jin terkejut.

“Ya. Aku mendengarnya pelan yang keras,” sahut Mo Yeon.

Shi Jin mengungkapkan perasaannya bahwa ia senang dengan kehadiran Mo Yeon di sini dan dan ikut berjuang bersamanya. Dan Mo Yeon juga mengucapkan terima kasih kembali pada Shi Jin.

Si Jin meminta maaf dengan ucapan kasarnya tadi. Ia mengatakan ia tidak bermaksud jahat pada Mo Yeon.

“Aku tahu. Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi dokter? Seseorang yang melihat lebih banyak kematian dari seoramg tentara adalah seorang dokter yang memegang pisau.” ucap Mo Yeon.

Si Jin meminta Mo Yeon untuk melupakan ucapannya tadi, jika ucapannya tadi tidak berguna bagi Mo Yeon. 

“Tapi aku sungguh tak ingin kau terluka. Itulah perasaanku,” ucap Si Jin.

Mo Yeon tersenyum. Meminta Si Jin cukup melakukan keahliannya Si Jin saja daripada menghibur dengan kata-kata yang aneh. Si Jin tidak mengerti maksud Mo Yeon. “Kau ahli dalam melawak. Cukup berikan aku sebuah lawakanmu saja,” ucap Mo Yeon.

“Kau sangat cantik sekarang,” ucap Shi Jin.

“Kau tidak sedang melihatku.” Proter Mo Yeon

“Aku sudah melihatmu tadi. Kau yang selalu saja cantik,” sahut Si Jin.

Mo Yeon mengatakan kalau itu ia memang cantik. Si Jin menyela kalau ia bercanda. Dan Mo Yeon akhirnya bisa tersenyum lebih lebar.

Mo Yeon sudah selesai menjahitkan luka Si Jin. Tiba-tiba Si Jin mengatakan kalau ia sangat merindukan Mo Yeon. Apapun yang ia lakukan, ia selalu saja memikirkan Mo Yeon. “Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanya. Tapi percuma aku masih merindukanmu.”


Mo Yeon tertegun mendengar pengakuan Si Jin barusan. Melihat Mo Yeon hanya diam, Si Jin meneruskan, “Apa kau tak menyangka aku akan mengatakan ini? kalau begitu dengarkan aku. Karena aku sedang tidak bercanda sekarang.”
Bersambung ke episode 8...

Komentar:
Ternyata gempa membuat dua pasangan kita semakin dekat. Ini namanya bencana membawa hikmah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar