Sabtu, 02 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 8 Part 1





Si Jin mengungkapkan perasaannya yang masih merindukan Mo Yeon. Apapun yang dilakukannya selalu selalu saja memikirkan Mo Yeon. Bahkan saat ia sudah memaksa diri, berusaha keras, hingga mabuk-mabukan dan mencoba semuanya, tapi percuma saja karena ia tetap merindukan Mo Yeon. Mo Yeon tertegun mendengar pengakuan Si Jin.

Melihat Mo Yeon yang diam saja, Si Jin menanyakan, apa Mo Yeon tak menyangka ia akan mengatakan ini. Dan meminta Mo Yeon untuk mendengar perkataankannya, karena saat ini ia sangat serius.

Si Jin berdiri mengambil bajunya, lalu menatap Mo Yeon menyuruhnya untuk beristrirahat. Sebenarnya ia ingin mengantar Mo Yeon tapi ia harus kembali kerja mengejar waktu menuju markas untuk mengadakan briefing penyelamatan.

Mo Yeon bertanya, markasmu bisa melakukan panggilan telepon kan? Karena ia ingin menghubungi seseorang. Si Jin diam menatap Mo Yeon.

Di markas, para tentara tampak sibuk. Terdengar suara dari walkie talkie yang melaporkan kondisi para korban.   

Mo Yeon duduk terdiam menatap telepon di depannya. Dari kejauhan Si Jin melihatnya penuh keraguan. Tentara lain melapor pada Si Jin kalau jaringan komunikasi Mohuru juga putus. Si Jin mengerti dan bertanya berapa lama proses perbaikannya.


Tentara itu mengatakan akan mengusahakannya jaringan bisa tersambung dalam 2 sampai 3 hari dan mengingatkan brifing 5 menit lagi.  Si Jin mengerti kemudian melihat Mo Yeon yang mulai menelepon.

“Aku bersamanya pada saat-saat terakhirnya. Dia memintaku untuk mengatakan sesuatu padamu, jadi aku meneleponmu,” ucap Mo Yeon.

Flash Back

Manager Go yang tertimpa bangunan, merasa tenang berbaring santai melihat langit biru dari lubang kecil di atasnya. Ia bercerita bisa mencari uang untuk menguliahkan anak-anaknya hingga anaknya bisa mencari pekerjaan. Dan mengatakan kalau ia dan istrinya suka melihat foto masing-masing padahal sedang berhadapan. Dan sekarang istrinya pasti hanya bisa menatap fotonya saja. Mo Yeon tak sanggup lagi menahan tanggisnya dan buru-buru menghapusnya.


Mo Yeon menyampaikan pada istri manager Go, selain dana pensiun yang diterima dari perusahaan, keponakannya juga akan menjaga mereka. Dan juga jangan suka menyendiri. Mo Yeon berusaha untuk tetap tabah menyampaikan pesan itu pada istri manaje Go.


Ja Ae yang sedang mendingin badannya dengan menaruh minuman kaleng, melihat Sang Hyun duduk sendirian di luar. Ia pun duduk di sampingnya dan memuji Sang Hyun yang telah bekerja keras sebagai dokter, lalu memberi minuman kalengnya.

Sang Hyun menunjukkan sebuah cincin yang menurutnya itu cincin kawin. Ja Ae mengiyakan dan menuduh Sang Hyun mencurinya. Sang Hyun bercerita dengan raut sedih kalau itu punya pasien terakhir yang dioperasinya dan tak bisa mengembalikannya.


Ja Ae langsung melihat pasien itu. Sang Hyun melihat Ja Ae mengambil benang dari laci dan menjadikan cincin itu kalung pada pasien yang tanggannya diamputasi. Pasien itu pun mengucapkan terima kasih.


Ye Hwa mengomel sambil menyenter bagian mobil yang sedang diperbaiki, karena Daniel menolak diwawancara, padahal ia sudah berjanji pada wartawan yang mendonorkan darah. Daniel tak peduli malah menyuruh Ye Hwa menyenter bagian kanan.

Ye Hwa terus membujuk Daniel agar mau membantunya. Daniel malah menanyakan, apa kau tidak lapar, cepat selesaikan dan makan. Ye Hwa kesal, mengatai Daniel tidak menggunakan wajah tampannya. Daniel menggombal, kalau wajahnya akan digunakan untuk istri, yaitu Ye Hwa. Ye Hwa mengomel kalau Daniel selalu memanggilnya istri. Daniel berpikir Ye Hwa mengizinkan hal itu.

Ye Hwa turun dari kap mobil, karena sangat lapar ia mau melihat persedian bahan makanan di dapur. Daniel melonggo karena Ye Hwa tidak marah.

Min Ji, Chi Hoon dan dokter lainnya berjalan melewati Daniel yang memperbaiki mobil. Di ruangan medis, Min Ji menanyakan pada keduanya apa mengenal Daniel. Karena Daniel membantu operasi mereka.

Dokter satu lagi menyahut dengan nada mengejek, dia hanyalah dokter bantuan atau pacemaker. Min Ji tak percaya dengan wajah tampan menjadi dokter. Chi Hoon menyela, bukannya dia Dr. Daniel? Dokter lain membenarkan dan bagaimana Chi Hoon bisa mengetahuinya. Chi Hoon mengeluh menyesal, ia seharusnya bicara dengan Daniel.

Sang Hyun datang ucapan Chi Hoon dan menuduhnya stalker. Chi Hoon mengaku kalau ia adalah fans Daniel yang ternyata bukanlah Schweitzer biasa tapi dengan latar belakang Bill Gates karena putra dari pemiliki perusahaan besar di Kanada. Semuanya melonggo terkejut.

Chi Hoon menjelaskan, Daniel sangat terkenal dalam komunitas LSM. Ibunya adalah orang Korea,  jadi dia juga terkenal di Korea. Min Ji heran, kenapa Daniel mau jadi relawan jika sekaya itu. Sang Hyun menimpali karena Daniel adalah bocah kaya raya yang tak punya kerjaan. Jadi tak mengkhawatirkan apa pun. Lalu menanyakan apakah Mo Yeon masih di markas militer.


Mo Yeon berjalan keluar tenda sambil menangis, Si Jin mengikutinya dari belakang. Mo Yeon mengetahui itu dan meminta Si Jin untuk tidak usah melihatnya. Tapi Si Jin tetap berjalan di depan Mo Yeon yang tertunduk menangis.  Mo Yeon bertanya apakah tak ada tempat gelap di sekitar sini. Si Jin tersenyum karena seharusnya pria yang bertanya hal itu.

“Kalau begitu, apa kau mau aku menjadi tempat gelapmu itu?” goda Si Jin. Mo Yeon sedikit tersenyum. Si Jin memuji Mo Yeon yang telah memberikan keputusan yang baik hari ini dan meminta Mo Yeon menghapus airmatanya.


Mo Yeon tetap tertunduk menangis. Si Jin meminta Mo Yeon menatapnya, Mo Yeon menuruti permintaan Si Jin. Si Jin menunjuk dengan jari ke atas. Mo Yeon melihat langit yang gelap bertaburan bintang sangat indah.


Mo Yeon iri melihat bintang itu bersinar di tengah kekacauan bumi. Si Ji mengira Mo Yeon terhibur melihat bintang. Mo Yeon menyanggahnya Si Jin memang sudah berhasil menghiburnya dan mengucapkan terima kasih karena sudah kembali. Jika Si Jin tak ada di sini, mungkin ia sudah lari.


“Jika kau mau lari, larilah bersamaku. Lari akan menjadi menyenangkan jika kita melakukannya bersama,” ucap Si Jin. Mo Yeon mengangguk dengan senyuman dan melihat lagi taburan bintang di langit.


Manager Jin dilempar ke dinding, dengan ketakutan mengatakan berlian disimpan di tempat aman tapi karena ada bencana gempa jadi ia meminta waktu lagi. Argus menekan bagian pundak manager Jin dengan kakinya. Manager Jin memegang kaki Argus karena kesakitan. Argus tak peduli, ia menyuruh manager Jin untuk memberi brilian itu besok pagi. 

Di reruntuhan bangunan masih tersimpan tas yang berisi berlian milik manager Jin, dan bagaikan sambungan gas masuk ke dalam reruntuhan ada seorang pria terbarin di dekatnya. Pria itu terbatuk-batuk lalu membuka mulutnya, merasakan tetesan air yang jatuh dari atasnya.

Pria muda itu berteriak lemah minta tolong kemudai pasrah untuk mati. Ia teringat manager Go yang memarahinya karena tidak memakai helm saat bekerja. Dengan menangis pria itu mengatakan ia telah memakai helm pengamanku.

Alat berat mulai bisa digunakan untuk membuka jalan yang masuk. Manager bertepuk tangan bahagia ia merasa segar dan mengatakan mereka bisa masuk ke kantornya melalui jalan yang akan dibuka.

Dae Young memerintah untuk memberhentikan alat berat forklift dan tim alpha melanjutkan pencarian korban sekarang serta tim medis mulai bersiap siaga. Ji Hood an lainnya mulai bersiap dengan tasnya.

Manager Jin berteriak protes, kenapa dihentikan dan melakukan pencarian korban. Dae Young memberitahu masih ada tiga orang yang hilang. Manager Jin mengatakan, dalam situasi begini, mereka pasti sudah mati. Dae Young menegaskan, dokterlah yang bertugas mengatakan status kematian pasien.

Manager Jin mengumpat Dae Young bodoh karena itu bukan tanggung jawabnya. Dae Young memilih untuk pergi, dua tentara lain menarik manager Jin untuk menjauh

Dae Young membawa tali, Woo Geum dan Chul Ho datang. Dae Young mengatakan korban yang hilang masih hidup, jadi mereka tak boleh menyerah sampai bisa mengeluarkannya.

Pencarian dimulai, tim medis juga masuk bersama, di luar manager Jin mengumpat kesal karena tak bisa masuk mengambil brilian yang disimpannya. Dae Young berteriak mengatakan mereka adalah tim penyelemat dari Taebaek dan meminta untuk mengetuk 3 kali apabila ada orang di dalam.


Chi Hoon mencari kea rah lain, dengan sangat yakin pasti akan menemukan korban di dalam reruntuhan. Tiba-tiba ia terkejut oleh percikan listrik di depannya. Ia kembali berjalan mencari korban yang selamat. Ia mendengar suara orang terbatuk-batuk dan membersihkan tanah dari kaca di bawahnya, terlihat korban masih sadarkan diri melihat ke arah Chi Hoon.

Chi Hoon bingung bagaimana caranya untuk megeluarkan korban itu. Pria itu minta segera diselematkan. Chi Hoon berteriak kalau ia adalah dokter.

Tiba-tiba kaca di depannya retak karena terjadi guncangan, Kim Bum dan Myoeng Ju melihat pendekteksi 
gempa. Dae Young berteriak kalau ada gempa susulan, meminta semua untuk keluar dari bangunan. Akibatnya, gempa membuat lubang, Chi Hoon memeriksa korban di bawah.


Si pria mengatakan ia baik-baik saja dan meminta diselematkan dengan mengulurkan tangannya. Chi Hoon pun menarik tangan korban tapi sebuah batu besar jatuh mengenai tangan dan wajah korban. Pria itu berteriak segera menolongnya. Chi Hoon melihat percikan listrik, meminta maaf dan langsung kabur dari bangunan. Pria itu berteriak memanggil Chi Hoon lalu reruntuhan mulai menimbunnya.


Chi Hoon berjongkok ketakutan, Chul Hoon mendekatinya menanyakan kedaannya. Chi Hoon menjawab ada seseorang di dalam.

Dae Young meminta Ki Bum yang berdiri tak jauh dari jalan masuk untuk meniup peluit jika bangunannnya berguncang sejauh 10 derajat. Lalu meminta Myeong Ju bersiaga di ruang radio.

Myeong Ju bertanya keadaan Dae Young. Dae Young menjawab ia baik-baik saja dan mengingatkan jika skala ricter menunjukkan angka 5,0 akan terdengar suara peluit. Myeong sudah tahu dan meminta Dae Young mengulurkan tanggannya. Myeong Ju langsung meremas dan Dae Young kesakitan. Myeong Ju memarahi Dae Young yang berbohong. Lalu memakaikan perban di tangan Dae Young.

Si pria muda kembali sadarkan diri dan melihat kakinya sedikit tertimpa besi. Ia melihat keberadaanya di lantai 3 basement lalu berteriak minta tolong.

“Apa kau bisa mendengarku? Yang di bawah sana! Apa kau bisa mendengarku?” terian Dae Young. Pemuda itu menjerit kalau ia bisa mendengar Dae Young.


Si Jin menanyakan lokasi korban. Myeong Ju memberitahu ada di lantai 3 basement, sisi barat dan Tim Alpha sudah mengamankan pintu masuk sekarang. Si Jin meminta walkie talkienya. 


Mo Yeon mendekati Si Jin yang sedang mempersiapkan alat-alat meminta agar ia bisa ikut. Si Jin meminta diberikan kotak P3K dan Mo Yeon menunggu saja di sini. Mo Yeon mengatakan ia harus memeriksa status pasien. 



“Aturan pertama dalam penyelamatan adalah tidak membuat korban yang baru lagi. perawatan medis darurat pasien akan dilakukan oleh tim penyelamat yang bertugas,”  tegas Si Jin.

Lalu mendengar Dae Yong melapor dalam waktu 5 menit, korban akan diamankan dan siapkan pengobatan. Si Jin menerima laporan mengatakan ia akan segera turun. Dae Young mulai membelah bangunan dengan mesin pemotong.

Si Jin sudah mengambil tali dan melihat Mo Yeon menuliskan bahasa korea di obat yang akan dibawanya. Menurutnya Mo Yeon mengira ia tidak bisa membacanya. Mo Yeon bilang hanya untuk memastikan saja.

Si Jin mengaku ia adalah siswa terpintar di Akademi Militer dan juga di West Point. Jadi bahasa inggrisnya sangat…. Dipotong Mo Yeon dengan mengatakan beritahu dirinya jika Si Jin sudah memeriksa bagian vitalnya sambil memberikan tas obatnya.

“Aku akan kembali dan berbicara dengan bahasa inggris. Jadi tunggu aku,” ucap Si Jin dan berlalu pergi dengan senyuman.

Dae Young membongkar renruntuhan yang menimpa kaki pria itu. Si Jin pun sudah masuk ke tempat korban. Pria muda itu memanggil Si Jin “Ahjussi” meminta makanan dan mengeluh kalau Dae Young hanya memberinya minuman saja tapi Si Jin datang dengan tangan kosong.

Dae Young mengatakan tubuh dan mulutnya baik saja, tapi masalahnya ada sana. Kita harus memperluas ruang agar bisa menggunakan pompa hidrolik, tapi membutuhkan waktu yang lama.

Si Jin heran kenapa pria muda itu bisa di sini. Bukannya pria itu dari bangunan timur. Pria muda itu kaget kalau ia berada di bangunan sebelah barat, ia menyesal seharusnya merangkak ke atas bukan ke samping. Tapi sekarang ia hanya ingin mereka mengeluarkannya karena lapar dan kesakitan.

Si Jin bertanya di bagian mana sakitnya, lalu memberitahu Mo Yeon lewat walkie talkie kondisi korban. Menurut Mo Yeon bagian vitalnya baik-baik saja, jadi meminta Si Jin memberikan glukosa dan obat penghilang rasa sakit. Mo Yeon bertanya apa Si Jin tahu cara menemukan IV line. Si Jin sangat yakin pasti menemukannya.

Mo Yeon bertanya lagi apa kau pernah melakukannya. Si Jin menjawab kalau mereka sudah dilatih. Si pria muda itu pun kurang yakin pada Si Jin dan menarik tangannya. Si Jin kesal kenapa semua orang meragukanku. Si Jin menakuti, jika bukan di lengan, mungkin di dahi yang suntikkan lebih sakit. Akhirnya pria itu pasrah menyerahkan tangannya.

Dae Young melapor, memerlukan satu lagi pompa hidrolik. Si Jin melihat memang memerlukannya. Dae Young mengatakan harus ada sesorang yang keluar untuk mengambilnya. Si Jin mengiyakan dan menyuruh Dae Young yang keluar, ia ingin tetap di sini karena lorongnya sempit. Sebagai bawahan, Dae Young pasrah menurutinya.

Pria muda itu mengeluh gatal. Si Jin memeriksanya dan menghubungi Mo Yeon, pasien mengalami kesulitan bernapas dan tekanan darahnya menurun. Mo Yeon mengatakan, kasus ini biasa terjadi, dia pasti alergi NSAID dan saluran pernapasan akan membengkak. Si Jin bertanya terus bagaimana. Mo Yeon menyuruh memberikan cairan IV, tapi Si Jin hanya membawanya sedikit.


Si Jin menghubungi Dae Young yang sudah keluar. Dae Young segera ke tenda Mo Yeon. Myeong Ju memberinya minum dan bertanya keadaan di dalam. Dae Young mengatakan tidak baik dan bangunanbisa runtuh kapan saja. Mo Yeon pun memberikan Epinephine.

Tiba-tiba bangunan terguncang, Myeong Ju melihat ke monitor kalau itu bukan gempa. Dae Young berteriak agar anak buahnya memeriksa keadaan.

Ki Bum meniup pluit yang sangat kencang, ternyata manager Jin membuat jalan dengan alat berat. Di bawah, Si Jin dan pria mudah merasakan tanah berjatuhan, Si Jin bertanya lewat radionya apakah terjadi gempa susulan. Si pria muda sedih, Si Jin melindunginya dari material tanah yang berjatuhan.
Myeong Ju berusaha menghubungi Si Jin tapi tak ada jawaban. Mo Yeon mengkhawatirkan keadaan Si Jin di dalam. Myeong Ju mengatakan kalau sambungan radio terputus. Mo Yeon semakin kahawatir.


Dae Young juga memanggil “Big Boss” tapi ada jawaban. Chul Ho melapor kalau menajer Jin menggali menggunakan excavator. Dae Young mengumpat dan menyuruh menyeret manager Jin ke hadapannya. Wo Geum langsung menendang manager Jin sambil berkata di dalam masih ada orang.

Manajer Jin pun jatuh dan ditarik keluar oleh Woo Geum. Kwang Nam melapor sudah berhasil menangkap manajer Jin. Dae Young menyuruh manager Jin ditahan, jika terjadi sesuatu yang buru, maka ia kan mematahkan rahangnya.

Dae Young mengambil tali bersiap untuk turun. Myeong Ju menahannya dan mengatakan percuma memberitahumu bahwa di sana berbahaya kan. Dae Young memnerikan hormat, meminta izin untuk bertugas.

Myeong Ju dan Mo Yeon sama-sama mengkhawatirkan pria-nya masing-masing.

Pria muda itu memanggil-manggil Si Jin dengan Ahjussi, tapi Si Jin tak sadarkan diri di atas badan pria itu. Ia pun panik berpikir Si Jin meninggal karena menyelamatkannya. Dan berteriak ketakutan memanggil orang di luar.

“Aku bukan Ahjussi (paman).” Protes Si Jin, pria muda pun senang karena mengira Si Jin sudah meninggal. Si Jin kembali menegaskan dirinya bukan Ahjussi. Pria  itu merasa tidak penting  untuk dibahas. Si Jin mengatakan itu sangat penting, lalu menggantung infus dan bertanya apa pria itu terluka.

Pria itu merasa Si Jin tak perlu mengkhwatirkan dirinya karena melihat pergelangan tangan Si Jin berdarah sangat banyak.

Si Jin baru menyadarinya tapi terlihat bahagia karena kaki korban sudah tidak terjebak lagi. pria itu merasa tidak ada gunanya karena jalan keluar sudah tertutup oleh batu.

Si Jin mencoba menghubungi seseorang dari radionya tapi ternyata radionya tidak berfungsi. Pemuda itu pasrah kalau ia akan mati. Si Jin menyakinkan pria itu tidak akan mati dan berjanji akan keluar dari sini hidup-hidup.

“Hei bocah, bukannya pacarmu sedang menunggumu?” tanya Si Jin.

Pria itu menjawab tak punya pacar dan bertanya balik apa Si Jin mempunyai pacar. Si Jin memberitahu panggilan radio yang tadi dan mendengar suara dokter wanita, sambil memperban tangannya yang berdarah.

“Aku sangat menyukainya. Tapi aku ditolak mungkin sebanyak tiga kali. Apa aku mau mati saja?” ucap Si Jin. Pria itu merinding mendengar kalau dia pasti sudah mati karena malu.

“Tapi aku tidak mau menyerah.” Kata Si Jin sambil tersenyum.

Myeong Ju terus berusaha menghubungi Si Jin, tapi tetap tak ada jawaban. Ia berkata pada Mo Yeon Si Jin akan baik-baik saja. Mo Yeon mengangguk sambil mengikat tali sepatunya. Myeong Ju heran apa yang dilakukan Myeong Ju.

“Bersiap berlari kapan saja. Karena aku tida bisa jatuh.” Ucap Mo Yeon sambil mengingat Si Jin mengikatkan sepatunya dan meminta Mo Yeon berhati-hati menjaga diri. Mo Yeon pun mengatakan seolah-olah Si Jin ada di depannya saat ini, “Kau juga, Kapten.” Dengan mata berkaca-kaca.

Bersambung ke part 2…

  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar