Si Jin
mengungkapkan perasaannya yang masih merindukan Mo Yeon. Apapun yang
dilakukannya selalu selalu saja memikirkan Mo Yeon. Bahkan saat ia sudah
memaksa diri, berusaha keras, hingga mabuk-mabukan dan mencoba semuanya, tapi
percuma saja karena ia tetap merindukan Mo Yeon. Mo Yeon tertegun mendengar
pengakuan Si Jin.
Melihat Mo Yeon
yang diam saja, Si Jin menanyakan, apa Mo Yeon tak menyangka ia akan mengatakan
ini. Dan meminta Mo Yeon untuk mendengar perkataankannya, karena saat ini ia
sangat serius.
Si Jin berdiri
mengambil bajunya, lalu menatap Mo Yeon menyuruhnya untuk beristrirahat.
Sebenarnya ia ingin mengantar Mo Yeon tapi ia harus kembali kerja mengejar
waktu menuju markas untuk mengadakan briefing penyelamatan.
Mo Yeon
bertanya, markasmu bisa melakukan panggilan telepon kan? Karena ia ingin
menghubungi seseorang. Si Jin diam menatap Mo Yeon.
Di markas, para
tentara tampak sibuk. Terdengar suara dari walkie talkie yang melaporkan kondisi
para korban.
Mo Yeon duduk
terdiam menatap telepon di depannya. Dari kejauhan Si Jin melihatnya penuh
keraguan. Tentara lain melapor pada Si Jin kalau jaringan komunikasi Mohuru
juga putus. Si Jin mengerti dan bertanya berapa lama proses perbaikannya.
Tentara itu
mengatakan akan mengusahakannya jaringan bisa tersambung dalam 2 sampai 3 hari
dan mengingatkan brifing 5 menit lagi.
Si Jin mengerti kemudian melihat Mo Yeon yang mulai menelepon.
“Aku bersamanya
pada saat-saat terakhirnya. Dia memintaku untuk mengatakan sesuatu padamu, jadi
aku meneleponmu,” ucap Mo Yeon.
Flash Back
Manager Go yang
tertimpa bangunan, merasa tenang berbaring santai melihat langit biru dari
lubang kecil di atasnya. Ia bercerita bisa mencari uang untuk menguliahkan
anak-anaknya hingga anaknya bisa mencari pekerjaan. Dan mengatakan kalau ia dan
istrinya suka melihat foto masing-masing padahal sedang berhadapan. Dan
sekarang istrinya pasti hanya bisa menatap fotonya saja. Mo Yeon tak sanggup
lagi menahan tanggisnya dan buru-buru menghapusnya.
Mo Yeon
menyampaikan pada istri manager Go, selain dana pensiun yang diterima dari
perusahaan, keponakannya juga akan menjaga mereka. Dan juga jangan suka
menyendiri. Mo Yeon berusaha untuk tetap tabah menyampaikan pesan itu pada
istri manaje Go.
Ja Ae yang
sedang mendingin badannya dengan menaruh minuman kaleng, melihat Sang Hyun
duduk sendirian di luar. Ia pun duduk di sampingnya dan memuji Sang Hyun yang
telah bekerja keras sebagai dokter, lalu memberi minuman kalengnya.
Sang Hyun
menunjukkan sebuah cincin yang menurutnya itu cincin kawin. Ja Ae mengiyakan
dan menuduh Sang Hyun mencurinya. Sang Hyun bercerita dengan raut sedih kalau
itu punya pasien terakhir yang dioperasinya dan tak bisa mengembalikannya.
Ja Ae langsung
melihat pasien itu. Sang Hyun melihat Ja Ae mengambil benang dari laci dan
menjadikan cincin itu kalung pada pasien yang tanggannya diamputasi. Pasien itu
pun mengucapkan terima kasih.
Ye Hwa mengomel sambil
menyenter bagian mobil yang sedang diperbaiki, karena Daniel menolak
diwawancara, padahal ia sudah berjanji pada wartawan yang mendonorkan darah.
Daniel tak peduli malah menyuruh Ye Hwa menyenter bagian kanan.
Ye Hwa terus
membujuk Daniel agar mau membantunya. Daniel malah menanyakan, apa kau tidak
lapar, cepat selesaikan dan makan. Ye Hwa kesal, mengatai Daniel tidak
menggunakan wajah tampannya. Daniel menggombal, kalau wajahnya akan digunakan
untuk istri, yaitu Ye Hwa. Ye Hwa mengomel kalau Daniel selalu memanggilnya
istri. Daniel berpikir Ye Hwa mengizinkan hal itu.
Ye Hwa turun
dari kap mobil, karena sangat lapar ia mau melihat persedian bahan makanan di
dapur. Daniel melonggo karena Ye Hwa tidak marah.
Min Ji, Chi Hoon
dan dokter lainnya berjalan melewati Daniel yang memperbaiki mobil. Di ruangan
medis, Min Ji menanyakan pada keduanya apa mengenal Daniel. Karena Daniel
membantu operasi mereka.
Dokter satu lagi
menyahut dengan nada mengejek, dia hanyalah dokter bantuan atau pacemaker. Min
Ji tak percaya dengan wajah tampan menjadi dokter. Chi Hoon menyela, bukannya
dia Dr. Daniel? Dokter lain membenarkan dan bagaimana Chi Hoon bisa
mengetahuinya. Chi Hoon mengeluh menyesal, ia seharusnya bicara dengan Daniel.
Sang Hyun datang
ucapan Chi Hoon dan menuduhnya stalker. Chi Hoon mengaku kalau ia adalah fans
Daniel yang ternyata bukanlah Schweitzer biasa tapi dengan latar belakang Bill
Gates karena putra dari pemiliki perusahaan besar di Kanada. Semuanya melonggo
terkejut.
Chi Hoon
menjelaskan, Daniel sangat terkenal dalam komunitas LSM. Ibunya adalah orang
Korea, jadi dia juga terkenal di Korea.
Min Ji heran, kenapa Daniel mau jadi relawan jika sekaya itu. Sang Hyun
menimpali karena Daniel adalah bocah kaya raya yang tak punya kerjaan. Jadi tak
mengkhawatirkan apa pun. Lalu menanyakan apakah Mo Yeon masih di markas
militer.
Mo Yeon berjalan
keluar tenda sambil menangis, Si Jin mengikutinya dari belakang. Mo Yeon
mengetahui itu dan meminta Si Jin untuk tidak usah melihatnya. Tapi Si Jin
tetap berjalan di depan Mo Yeon yang tertunduk menangis. Mo Yeon bertanya apakah tak ada tempat gelap
di sekitar sini. Si Jin tersenyum karena seharusnya pria yang bertanya hal itu.
“Kalau begitu,
apa kau mau aku menjadi tempat gelapmu itu?” goda Si Jin. Mo Yeon sedikit
tersenyum. Si Jin memuji Mo Yeon yang telah memberikan keputusan yang baik hari
ini dan meminta Mo Yeon menghapus airmatanya.
Mo Yeon tetap
tertunduk menangis. Si Jin meminta Mo Yeon menatapnya, Mo Yeon menuruti
permintaan Si Jin. Si Jin menunjuk dengan jari ke atas. Mo Yeon melihat langit
yang gelap bertaburan bintang sangat indah.
Mo Yeon iri
melihat bintang itu bersinar di tengah kekacauan bumi. Si Ji mengira Mo Yeon
terhibur melihat bintang. Mo Yeon menyanggahnya Si Jin memang sudah berhasil
menghiburnya dan mengucapkan terima kasih karena sudah kembali. Jika Si Jin tak
ada di sini, mungkin ia sudah lari.
“Jika kau mau
lari, larilah bersamaku. Lari akan menjadi menyenangkan jika kita melakukannya
bersama,” ucap Si Jin. Mo Yeon mengangguk dengan senyuman dan melihat lagi
taburan bintang di langit.
Manager Jin
dilempar ke dinding, dengan ketakutan mengatakan berlian disimpan di tempat
aman tapi karena ada bencana gempa jadi ia meminta waktu lagi. Argus menekan
bagian pundak manager Jin dengan kakinya. Manager Jin memegang kaki Argus
karena kesakitan. Argus tak peduli, ia menyuruh manager Jin untuk memberi
brilian itu besok pagi.
Di reruntuhan
bangunan masih tersimpan tas yang berisi berlian milik manager Jin, dan
bagaikan sambungan gas masuk ke dalam reruntuhan ada seorang pria terbarin di
dekatnya. Pria itu terbatuk-batuk lalu membuka mulutnya, merasakan tetesan air
yang jatuh dari atasnya.
Pria muda itu
berteriak lemah minta tolong kemudai pasrah untuk mati. Ia teringat manager Go
yang memarahinya karena tidak memakai helm saat bekerja. Dengan menangis pria
itu mengatakan ia telah memakai helm pengamanku.
Alat berat mulai
bisa digunakan untuk membuka jalan yang masuk. Manager bertepuk tangan bahagia
ia merasa segar dan mengatakan mereka bisa masuk ke kantornya melalui jalan
yang akan dibuka.
Dae Young
memerintah untuk memberhentikan alat berat forklift dan tim alpha melanjutkan
pencarian korban sekarang serta tim medis mulai bersiap siaga. Ji Hood an
lainnya mulai bersiap dengan tasnya.
Manager Jin
berteriak protes, kenapa dihentikan dan melakukan pencarian korban. Dae Young
memberitahu masih ada tiga orang yang hilang. Manager Jin mengatakan, dalam
situasi begini, mereka pasti sudah mati. Dae Young menegaskan, dokterlah yang
bertugas mengatakan status kematian pasien.
Manager Jin
mengumpat Dae Young bodoh karena itu bukan tanggung jawabnya. Dae Young memilih
untuk pergi, dua tentara lain menarik manager Jin untuk menjauh
Dae Young
membawa tali, Woo Geum dan Chul Ho datang. Dae Young mengatakan korban yang
hilang masih hidup, jadi mereka tak boleh menyerah sampai bisa mengeluarkannya.
Pencarian
dimulai, tim medis juga masuk bersama, di luar manager Jin mengumpat kesal
karena tak bisa masuk mengambil brilian yang disimpannya. Dae Young berteriak
mengatakan mereka adalah tim penyelemat dari Taebaek dan meminta untuk mengetuk
3 kali apabila ada orang di dalam.
Chi Hoon mencari
kea rah lain, dengan sangat yakin pasti akan menemukan korban di dalam
reruntuhan. Tiba-tiba ia terkejut oleh percikan listrik di depannya. Ia kembali
berjalan mencari korban yang selamat. Ia mendengar suara orang terbatuk-batuk
dan membersihkan tanah dari kaca di bawahnya, terlihat korban masih sadarkan
diri melihat ke arah Chi Hoon.
Chi Hoon bingung
bagaimana caranya untuk megeluarkan korban itu. Pria itu minta segera
diselematkan. Chi Hoon berteriak kalau ia adalah dokter.
Tiba-tiba kaca
di depannya retak karena terjadi guncangan, Kim Bum dan Myoeng Ju melihat
pendekteksi
gempa. Dae Young berteriak kalau ada gempa susulan, meminta semua
untuk keluar dari bangunan. Akibatnya, gempa membuat lubang, Chi Hoon memeriksa
korban di bawah.
Si pria
mengatakan ia baik-baik saja dan meminta diselematkan dengan mengulurkan
tangannya. Chi Hoon pun menarik tangan korban tapi sebuah batu besar jatuh
mengenai tangan dan wajah korban. Pria itu berteriak segera menolongnya. Chi
Hoon melihat percikan listrik, meminta maaf dan langsung kabur dari bangunan.
Pria itu berteriak memanggil Chi Hoon lalu reruntuhan mulai menimbunnya.
Chi Hoon
berjongkok ketakutan, Chul Hoon mendekatinya menanyakan kedaannya. Chi Hoon
menjawab ada seseorang di dalam.
Dae Young
meminta Ki Bum yang berdiri tak jauh dari jalan masuk untuk meniup peluit jika
bangunannnya berguncang sejauh 10 derajat. Lalu meminta Myeong Ju bersiaga di
ruang radio.
Myeong Ju
bertanya keadaan Dae Young. Dae Young menjawab ia baik-baik saja dan
mengingatkan jika skala ricter menunjukkan angka 5,0 akan terdengar suara
peluit. Myeong sudah tahu dan meminta Dae Young mengulurkan tanggannya. Myeong
Ju langsung meremas dan Dae Young kesakitan. Myeong Ju memarahi Dae Young yang
berbohong. Lalu memakaikan perban di tangan Dae Young.
Si pria muda
kembali sadarkan diri dan melihat kakinya sedikit tertimpa besi. Ia melihat
keberadaanya di lantai 3 basement lalu berteriak minta tolong.
“Apa kau bisa
mendengarku? Yang di bawah sana! Apa kau bisa mendengarku?” terian Dae Young.
Pemuda itu menjerit kalau ia bisa mendengar Dae Young.
Si Jin
menanyakan lokasi korban. Myeong Ju memberitahu ada di lantai 3 basement, sisi
barat dan Tim Alpha sudah mengamankan pintu masuk sekarang. Si Jin meminta
walkie talkienya.
Mo Yeon mendekati Si Jin yang sedang mempersiapkan alat-alat
meminta agar ia bisa ikut. Si Jin meminta
diberikan kotak P3K dan Mo Yeon menunggu saja di sini. Mo Yeon mengatakan ia
harus memeriksa status pasien.
“Aturan pertama
dalam penyelamatan adalah tidak membuat korban yang baru lagi. perawatan medis
darurat pasien akan dilakukan oleh tim penyelamat yang bertugas,” tegas Si Jin.
Lalu mendengar
Dae Yong melapor dalam waktu 5 menit, korban akan diamankan dan siapkan
pengobatan. Si Jin menerima laporan mengatakan ia akan segera turun. Dae Young
mulai membelah bangunan dengan mesin pemotong.
Si Jin sudah
mengambil tali dan melihat Mo Yeon menuliskan bahasa korea di obat yang akan
dibawanya. Menurutnya Mo Yeon mengira ia tidak bisa membacanya. Mo Yeon bilang
hanya untuk memastikan saja.
Si Jin mengaku
ia adalah siswa terpintar di Akademi Militer dan juga di West Point. Jadi
bahasa inggrisnya sangat…. Dipotong Mo Yeon dengan mengatakan beritahu dirinya
jika Si Jin sudah memeriksa bagian vitalnya sambil memberikan tas obatnya.
“Aku akan
kembali dan berbicara dengan bahasa inggris. Jadi tunggu aku,” ucap Si Jin dan
berlalu pergi dengan senyuman.
Dae Young
membongkar renruntuhan yang menimpa kaki pria itu. Si Jin pun sudah masuk ke
tempat korban. Pria muda itu memanggil Si Jin “Ahjussi” meminta makanan dan
mengeluh kalau Dae Young hanya memberinya minuman saja tapi Si Jin datang
dengan tangan kosong.
Dae Young
mengatakan tubuh dan mulutnya baik saja, tapi masalahnya ada sana. Kita harus
memperluas ruang agar bisa menggunakan pompa hidrolik, tapi membutuhkan waktu
yang lama.
Si Jin heran
kenapa pria muda itu bisa di sini. Bukannya pria itu dari bangunan timur. Pria
muda itu kaget kalau ia berada di bangunan sebelah barat, ia menyesal
seharusnya merangkak ke atas bukan ke samping. Tapi sekarang ia hanya ingin
mereka mengeluarkannya karena lapar dan kesakitan.
Si Jin bertanya
di bagian mana sakitnya, lalu memberitahu Mo Yeon lewat walkie talkie kondisi
korban. Menurut Mo Yeon bagian vitalnya baik-baik saja, jadi meminta Si Jin
memberikan glukosa dan obat penghilang rasa sakit. Mo Yeon bertanya apa Si Jin
tahu cara menemukan IV line. Si Jin sangat yakin pasti menemukannya.
Mo Yeon bertanya
lagi apa kau pernah melakukannya. Si Jin menjawab kalau mereka sudah dilatih.
Si pria muda itu pun kurang yakin pada Si Jin dan menarik tangannya. Si Jin
kesal kenapa semua orang meragukanku. Si Jin menakuti, jika bukan di lengan,
mungkin di dahi yang suntikkan lebih sakit. Akhirnya pria itu pasrah
menyerahkan tangannya.
Dae Young
melapor, memerlukan satu lagi pompa hidrolik. Si Jin melihat memang
memerlukannya. Dae Young mengatakan harus ada sesorang yang keluar untuk
mengambilnya. Si Jin mengiyakan dan menyuruh Dae Young yang keluar, ia ingin
tetap di sini karena lorongnya sempit. Sebagai bawahan, Dae Young pasrah
menurutinya.
Pria muda itu
mengeluh gatal. Si Jin memeriksanya dan menghubungi Mo Yeon, pasien mengalami
kesulitan bernapas dan tekanan darahnya menurun. Mo Yeon mengatakan, kasus ini
biasa terjadi, dia pasti alergi NSAID dan saluran pernapasan akan membengkak.
Si Jin bertanya terus bagaimana. Mo Yeon menyuruh memberikan cairan IV, tapi Si
Jin hanya membawanya sedikit.
Si Jin
menghubungi Dae Young yang sudah keluar. Dae Young segera ke tenda Mo Yeon.
Myeong Ju memberinya minum dan bertanya keadaan di dalam. Dae Young mengatakan
tidak baik dan bangunanbisa runtuh kapan saja. Mo Yeon pun memberikan
Epinephine.
Tiba-tiba
bangunan terguncang, Myeong Ju melihat ke monitor kalau itu bukan gempa. Dae
Young berteriak agar anak buahnya memeriksa keadaan.
Ki Bum meniup
pluit yang sangat kencang, ternyata manager Jin membuat jalan dengan alat
berat. Di bawah, Si Jin dan pria mudah merasakan tanah berjatuhan, Si Jin
bertanya lewat radionya apakah terjadi gempa susulan. Si pria muda sedih, Si
Jin melindunginya dari material tanah yang berjatuhan.
Myeong Ju
berusaha menghubungi Si Jin tapi tak ada jawaban. Mo Yeon mengkhawatirkan
keadaan Si Jin di dalam. Myeong Ju mengatakan kalau sambungan radio terputus.
Mo Yeon semakin kahawatir.
Dae Young juga
memanggil “Big Boss” tapi ada jawaban. Chul Ho melapor kalau menajer Jin
menggali menggunakan excavator. Dae Young mengumpat dan menyuruh menyeret
manager Jin ke hadapannya. Wo Geum langsung menendang manager Jin sambil
berkata di dalam masih ada orang.
Manajer Jin pun
jatuh dan ditarik keluar oleh Woo Geum. Kwang Nam melapor sudah berhasil
menangkap manajer Jin. Dae Young menyuruh manager Jin ditahan, jika terjadi
sesuatu yang buru, maka ia kan mematahkan rahangnya.
Dae Young
mengambil tali bersiap untuk turun. Myeong Ju menahannya dan mengatakan percuma
memberitahumu bahwa di sana berbahaya kan. Dae Young memnerikan hormat, meminta
izin untuk bertugas.
Myeong Ju dan Mo
Yeon sama-sama mengkhawatirkan pria-nya masing-masing.
Pria muda itu memanggil-manggil
Si Jin dengan Ahjussi, tapi Si Jin tak sadarkan diri di atas badan pria itu. Ia
pun panik berpikir Si Jin meninggal karena menyelamatkannya. Dan berteriak
ketakutan memanggil orang di luar.
“Aku bukan
Ahjussi (paman).” Protes Si Jin, pria muda pun senang karena mengira Si Jin
sudah meninggal. Si Jin kembali menegaskan dirinya bukan Ahjussi. Pria itu merasa tidak penting untuk dibahas. Si Jin mengatakan itu sangat
penting, lalu menggantung infus dan bertanya apa pria itu terluka.
Pria itu merasa
Si Jin tak perlu mengkhwatirkan dirinya karena melihat pergelangan tangan Si
Jin berdarah sangat banyak.
Si Jin baru
menyadarinya tapi terlihat bahagia karena kaki korban sudah tidak terjebak
lagi. pria itu merasa tidak ada gunanya karena jalan keluar sudah tertutup oleh
batu.
Si Jin mencoba
menghubungi seseorang dari radionya tapi ternyata radionya tidak berfungsi. Pemuda itu
pasrah kalau ia akan mati. Si Jin menyakinkan pria itu tidak akan mati dan
berjanji akan keluar dari sini hidup-hidup.
“Hei bocah,
bukannya pacarmu sedang menunggumu?” tanya Si Jin.
Pria itu
menjawab tak punya pacar dan bertanya balik apa Si Jin mempunyai pacar. Si Jin
memberitahu panggilan radio yang tadi dan mendengar suara dokter wanita, sambil
memperban tangannya yang berdarah.
“Aku sangat
menyukainya. Tapi aku ditolak mungkin sebanyak tiga kali. Apa aku mau mati
saja?” ucap Si Jin. Pria itu merinding mendengar kalau dia pasti sudah mati
karena malu.
“Tapi aku tidak
mau menyerah.” Kata Si Jin sambil tersenyum.
Myeong Ju terus
berusaha menghubungi Si Jin, tapi tetap tak ada jawaban. Ia berkata pada Mo
Yeon Si Jin akan baik-baik saja. Mo Yeon mengangguk sambil mengikat tali
sepatunya. Myeong Ju heran apa yang dilakukan Myeong Ju.
“Bersiap berlari
kapan saja. Karena aku tida bisa jatuh.” Ucap Mo Yeon sambil mengingat Si Jin
mengikatkan sepatunya dan meminta Mo Yeon berhati-hati menjaga diri. Mo Yeon
pun mengatakan seolah-olah Si Jin ada di depannya saat ini, “Kau juga, Kapten.”
Dengan mata berkaca-kaca.
Bersambung ke part 2…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar