Setelah mengikatkan tali sepatu Mo Yeon, Si Jin mengungkapkan rasa syukurnya karena Mo Yeon tidak terluka. Si Jin juga meminta maaf karena tidak mengucapkan selamat tinggal sebelum ia pulang kemarin dan tidak bisa menemani Mo Yeon dan berpesan agar Mo Yeon berhati-hati menjaga diri.
Mo Yeon
menyahut, “Kau juga.” Lalu mereka pun berjalan ke arah yang berlawanan. Mata Mo
Yeon terlihat berkaca-kaca.
Sersan Choi
berteriak dari luar reruntuhan bagunan yang berlubang, bertanya apakah ada
orang di dalam sana dan meminta mereka mengetuk tiga kali untuk
memberitahukannya. Salah seorang tentara yang mendengar melalui alat bantu,
menggelengkan kepalanya.
Sersan Choi
mengira dugaannya pasti salah. Tapi Si Jin berpikir sebaliknya lubang itu
adalah titik yang tepat untuk memulai pencarian, karena shift kedua yang
bekerja semalam, menyelamatkan diri menggunakan tangga sebelah timur.
Dae Young
datang mengatakan bahwa timnya sudah memotong pipa gas. Si Jin bertanya pada
Dae Young, bagaimana situasi di tempat Dae Young tadi. Dan Dae Young mengatakan
situasi di tempatnya baik-baik saja.
Lalu Young Su
muncul, meminta Si Jin dan anak buahnya untuk masuk ke bangunan yang lain.
Young Su menunjuk ke arah yang lain. Namun Dae Young mengatakan tidak bisa
karena di daerah itu, membahayakan karena kemungkinan batu akan runtuh.
Young Su
bersikeras, menurutnya hanya batu-batu kecil saja. Dan lagi, kalau mereka
takut, bagaimana mereka melakukan penyelamatan.
Dae Young pun
menjadi kesal dan dengan tegas menjelaskan bahwa bangunan yang belum runtuh itu
jauh lebih berbahaya walaupun di luar mungkin terlihat baik-baik saja, tapi
akan ada kemungkinan besar terjadi guncangan. “Bahkan gerakan kecil saja, bisa
menyebabkan kerusakan yang lebih besar”, ucap Dae Young lagi.
Dae Young
mengambil sepotong kayu dan memukulnya ke dinding bangunan yang sudah roboh.
Beberapa batu berjatuhan, membuat Young Su berlari ketakutan dan berlindung di
balik salah seorang tentara.
Tentara yang
sedang mendengarkan suara dari dalam bangunan mengatakan bahwa ia mendapatkan
sinyal
suara dari dalam. Si Jin memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan
peralatan endoskop dan foto-foto bagian dalam.
Di dalam, Manager Go dan anak buahnya yang tertusuk besi terus saling berbicara. Manager Go menyuruh anak buahnya itu untuk mengetuk lebih keras, namun lama kelamaan anak buahnya itu kehabisan tenaga.
Untungnya tak
lama kemudian, beberapa pekerja konstruksi yang lain menemukan keberadaan Manager Go. Begitu juga dengan Si Jin dan anak buahnya, mereka mendapatkan gambar
posisi dimana para pekerja terjebak.
Si Jin dan
anak buahnya berdiskusi bagaimana cara mereka untuk masuk ke dalam. Si Jin
berpendapat, yang pertama kali harus mereka lakukan adalah mengangkat beton
yang menutupi jalan masuk. Tadinya mereka berencana menggunakan pengebor, tapi
berdasarkan informasi dari Young Su, beton yang dipakai di proyek adalah beton
yang khusus, jadi butuh lebih dari satu hari untuk melakukannnya.
Young Su
menyuruh mereka menggunakan alat berat saja. Tapi Dae Young dengan tegas
menolak. Karena tanahnya tidak stabil, maka itu akan semakin membahayakan
korban yang selamat.
Young Su
sudah tidak sabar lagi, jika memang sulit untuk masuk ke reruntuhan bangunan,
maka sebaiknya mereka masuk ke kantor saja karena tidak ada orang yang selamat
satu pun di sana dan mengatakan banyak dokumen penting di kantor.
Si Jin jadi
emosi, “Apa kau menyuruh kami mementingkan dokumen daripada menyelamatkan nyawa
manusia?”.
Young Su juga
emosi, mengatakan dia lah orang yang bertanggung jawab di proyek itu, jadi mereka harus mengikuti perintahnya. Si
Jin membalas, “Di lokasi bencana alam, perintah Kapten adalah yang utama. Dan
kapten itu adalah aku.”
Young Su
terpaksa menurunkan jari tangannya yang tadi menunjuk ke arah Si Jin. Si Jin
menyuruh anak buahnya untuk membawa pergi Young Su. Young Su dibawa pergi
dengan paksa . Sepanjang jalan, Young Su terus memaki-maki Si Jin.
Si Jin
kembali membahas rencana penyelematan dengan Dae Young. Si Jin mengusulkan
menggunakan airbag. Tapi Dae Young berpendapat, satu airbag hanya mampu menahan
beban 10 ton, jadi mereka membutuhkan 4 airbag yang dipompa sekaligus. Pompa
udara yang mereka milik hanya ada satu. Si Jin pun menyarankan menggantinya
dengan air. Dan air dapat diambil dari hydrant.
Menurut Dae
Young , airbag tidak akan mampu bertahan cukup lama. Si Jin mengatakan airbag
hanya penopang sementara. Setelah membuat lubang yang besar, maka mereka akan
bisa memasang penopang lainnya.
Dae Young
setuju dengan rencana Si Jin dan mereka memerintahkan tentara lainnya untuk
melakukan rencana mereka.
Mo Yeon sibuk
memeriksa pasien yang kondisinya termasuk gawat darurat. Mo Yeon berniat untuk
membawa ke medicube. Tapi ternyata mereka tidak memiliki mobil untuk membawa
pasien dan juga ponsel masih belum bisa digunakan.
Ki Bum datang
memberikan masing-masing satu radio untuk Mo Yeon dan Ja Ae. Ia mengatakan
bahwa radio itu adalah pemberian dari dokter asing yang membawa pasien ke
Medicube dan Mo Yeon dapat menggunakan channel 3.
Terdengar
suara yang masuk melalui radio, dan itu dari Daniel. Daniel mengatakan, ia
membawa pasien yang pendarahan dan retak di kepala dan mau menggunakan ruang
operasi, tapi orang-orang di Medicube bilang ia harus meminta izin terlebih dahulu
pada Mo Yeon.
Daniel memerdengarkan
radionya pada dokter yang berjaga di depan pintu masuk ruang operasi. Mo Yeon memarahi
mereka yang tidak tanggap darurat, “Apa kau pikir kita sedang ada di Samcheondong?”
Dokter itu mengerti dan membukakan pintu ruang operasi untuk Daniel.
Daniel mengucapkan
terima kasih pada Mo Yeon dan mengatakan kalau Ye Hwa bisa membantu Mo Yeon di
lapangan. Mo Yeon mengucapkan terima kasih pada Daniel dan menutup pembicaraan
mereka. Si Jin juga mendengarkan pembicaraan Mo Yeon dan Daniel. Dan ia
tersenyum dan makin bersemangat.
Anak buah Si
Jin sedang memasang airbag di antara reruntuhan. Young Su datang lagi, dengan
nada mengejek meremehkan kekuatan airbag yang tidak akan mampu bertahan lama
dan tidak akan ada siapa pun yang mau masuk kecuali orang itu mau mati.
Si Jin
menyahut, kami yang akan masuk ke sana. Setelah anak buahnya melapor bahwa sudah
selesai memasang airbag, Si Jin dan yang lainnya pun masuk.
Selesai
memasang penyangga di dalam, Si Jin memintah tim medis untuk bersiap di pintu
masuk. Dan tak lama, satu persatu pekerja konstruksi yang terjebak, berhasil
keluar.
Lalu Mo Yeon
menghampiri salah satu pekerja yang kakinya terluka, bertanya nama pekerja itu
dan menjawab namanya Park Yong Man. Ia
mengatakan ia baik-baik saja namun jauh di bawah sana ada Manager Go.
Mo Yeon
terlihat kaget saat mendengar Manager Go terjebak di dalam. Salah seorang
tentara menenangkan Yong Man, mengatakan kalau timnya sedang bersiap untuk
pencarian tahap kedua.
Mo Yeon melihat
Si Jin mengambil tali yang panjang dan berjalan masuk lagi ke dalam. Mereka
saling bertatapan sejenak, tapi tidak mengatakan apa pun.
Myeong Ju
bertugas bersama Min Ji, memeriksa seorang pekerja yang kesulitan bernafas.
Myeong Ju meminta Min Ji memasangkan infus tapi ternyata persedian infus mereka
sudah habis.
Mo Yeon
datang dan memberikan botol infus. Ia melihat keadaan pasien dan mendiagnosa
terjadi pendarahan di dalam perut. Tiba-tiba pasien kehilangan kesadaran dan
Myeong Ju meminta Min Jin menyuntikkan Epinefrin 10 ml.
Myeong Ju
akan menekan dada pasien dengan kedua tangannya. Tapi ia kalah cepat, Mo Yeon
tiba-tiba memukul keras dada pasien, membuat Myeong Ju kaget. Tak lama, denyut
nadi pasien kembali normal.
Myeong Ju
mengatakan pasien harus dioperasi dan mereka harus membawanya ke medicube. Tapi
Mo Yeon merasa itu tidak mungkin karena di medicube, ruang operasinya pun sudah
penuh.
Myeong Ju
memikirkan cara lain, membawa pasien dengan helikopter ke markas dan
membutuhkan waktu 30 menit, tapi Mo Yeon merasa pasien tidak akan mampu
bertahan selama itu. Jadi ia menyarankan untuk melakukan operasi langsung
sekarang. Mereka dapat memindahkan pasien ke tempat yang lebih terbuka dan
terang.
Myeong Ju
keberatan karena lokasi tidak steril dan banyak debu semen. Mo Yeon menyerahkan
keputusan akhir pada Myeong Ju, karena pasien itu adalah pasien Myeong Ju.
Myeong Ju pun mengikuti saran Mo Yeon. Ia memerintahkan Min Jin mengambil satu
set alat operasi. Dengan bantuan Ye Hwa, Myeong Ju dan Mo Yeon memindahkan
pasien ke tempat yang lebih baik.
Ki Bum masih
ke sana ke sini membagikan radio untuk semua tim medis, hingga ia malah
menabrak susunan kotak dan membuat isinya berserak. Dokter wanita yang sedang
ada di sana menegur Ki Bum yang banyak bergerak padahal sedang terluka.
Ki Bum merasa
tidak enak. Saat Min Ji datang untuk mengambil set operasi, Ki Bum pun disuruh
minggir. Wajah Ki Bum terlihat sedih, karena tidak dapat membantu apa pun.
Chi Hoon
mengobati wanita yang kakinya terluka. Ia mau menyuntikkan anestesi di kaki
wanita itu. Namun wanita itu menolaknya dengan keras. Awalnya Chi Hoon kesal,
mengira wanita itu takut disuntik, apalagi ia juga sama sekali tidak mengerti
apa yang dikatakan wanita itu.
Wanita itu
mengeluarkan foto usg bayi dan mengatakan bahwa itu adalah bayinya. Chi Hoon
baru mengerti kenapa wanita itu tidak mau disuntik. Ia meminta wanita itu harus
menahan rasa sakit untuk sebentar dan wanita itu menganggukkan kepalanya. Dalam
hitungan tiga, Chi Hoon menarik kaki wanita itu.
Reporter yang
memerkenalkan namanya Martin. Ia berbicara dengan Ki Bum yang sama sekali tidak
paham bahasa inggris. Ki Bum membawa Martin ke Ja Ae mengatakan saya sibuk.
Sang Hyun
datang ke tenda dan Ki Bum membawa Martin ke Sang Hyun. Sama seperti Ja Ae,
Sang Hyun juga tidak mau meladeni wartawan itu dan mengatakan ia tidak bisa
berbahasa inggris, padahal ia memakai bahasa inggris.
Terdengar
suara dari radio Sang Hyun yang meminta seorang dokter kembali ke Medicube
karena di sana kekurangan dokter. Sang Hyun menjawab panggilan itu dan
mengatakan akan segera ke rumah sakit.
Sang Hyun
melihat mobil Martin dan langsung masuk ke dalamnya. Ia berjanji pada Martin
akan bersedia diwawancara jika Martin mau mengantarkannya. Martin pun
menyetujuinya.
Ki Bum
melihat kepergian Sang Hyun dengan tatapan kagum. Ja Ae tiba-tiba muncul,
mengatakan bahwa biasanya Sang Hyun itu adalah pria yang suka bersikap konyol, tapi
Sang Hyun adalah seorang dokter yang hebat.
Ki Bum
mendengar pengumuman di radio bahwa ada yang membutuhkan darah golongan AB. Ki
Bum segera mengatakan kalau ia berdarah AB.
Ki Bum datang
ke tempat Myeong Ju dan Mo Yeon sedang melakukan operasi. Si Jin datang dan
mengatakan kalau Mo Yeon harus ikut dengannya masuk ke dalam bangunan yang
roboh.
Si Jin
membawa Mo Yeon ke tempat Manager Go terbaring dan tertindih dengan pelat
beton. Mo Yeon mengatakan kalau ia akan memberikan pereda sakit dan bertanya
apakah Manager Go bisa merasakan kaki dan jari kakinya.
Manager Go
mengerutkan wajahnya, berusaha menggerakkan kakinya. Mo Yeon menyenter ke arah
kaki Manager Go. Manager Go bertanya apakah Mo Yeon melihat kakinya bergerak.
Mo Yeon terdiam melihat kaki dan jari kaki Manager Go sama sekali tidak
bergerak.
Manager Go
mengatakan kalau tadinya sakit sekali tapi setelah melihat wajah Mo Yeon, rasa
sakitnya menghilang. Mo Yeon tersenyum dan mengatakan kalau Manajer Go telah
berusaha dengan baik.
Mo Yeon
bertanya pada Si Jin yang berdiri di belakangnya, berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkat beton itu. Namun Si Jin mengajak Mo Yeon melihat
pasien yang lain.
Mo Yeon memasang
infus untuk pasien yang tertusuk besi dan berkata pasien itu beruntung karena
besinya tidak menusuk jantung pasien itu. Mo Yeon meminta pasien untuk tidak
bergerak karena bisa mengenai tulang belakang pasien.
Mo Yeon
menyuruh mereka harus membawa pasien itu ke ruang operasi beserta dengan
besinya dan ia juga menunjukkan bagian mana yang bisa dipotong oleh tim Si Jin.
Namun, Si Jin malah mengajak Mo Yeon membicarakan sesuatu.
Si Jin
menjelaskan kalau lokasi Manager Go dan pasien yang tertusuk itu saling
berhubungan. Jika mengangkat beton yang menindih Manager Go, maka beton itu
akan langsung jatuh mengenai pasien yang tertusuk. Dan jika memotong besi maka
gaya beratnya akan berubah dan beton akan semakin menindih Manager Go.
Si Jin
menyerahkan keputusan pada Mo Yeon karena Mo Yeon adalah seorang dokter. Mo
Yeon harus memutuskan siapa yang memiliki peluang bertahan, maka orang
tersebutlah yang akan diselematkan.
Mo Yeon
bertanya tak percaya, “Untuk menyelematkan satu pasien, kita harus mengorbankan
pasien yang satunya lagi. Itu maksudmu? Jadi kau memintaku memilih siapa yang
akan diselamatkan dan siapa yang akan dibunuh?”
Si Jin
meminta Mo Yeon untuk segera memutuskan. Sersan Choi datang, mengatakan bahwa
mereka sudah selesai melakukan persiapan. Tapi Mo Yeon mengatakan ia perlu
waktu berpikir.
Sersan Choi
menyahut, kalau mereka tak punya waktu. Si Jin memberi isyarat agar Sersan Choi
memberi Mo Yeon waktu, dan kemudian ia mengatakan pada Mo Yeon, mereka akan
menunggu keputusan Mo Yeon. Kemudian Mo Yeon pun pergi.
Young Su
mendatangi Si Jin lagi dan menegurnya
karena hanya berdiri diam saja di sana. Ia mendengar salah satu dari korban
tidak akan bisa diselamatkan, jadi ia meminta Si Jin cepat menyelamatkan siapa
pun dan kemudian mereka bisa mulai masuk ke kantornya.
“Kami mengikuti
penyelamatan berdasarkan prioritas,” ujar Si Jin dan langsung pergi. Tapi Young
Su menahannya. Young Su mengatakan di kantor ada dokumen kontrak perjanjian
dengan pemerintah Urk dan itu sangat penting karena menyangkut keseluruhan
proyek itu. Ia mengatakan kalau ia bukannya tidak bersikap patriotisme, ia
selalu memilih lagu kebangsaan saat berkaraoke untuk dinyanyikan pertama kali.
Young Su
terus mengomel. Menyinggung tugas seorang tentara yang seharusnya lebih
mementingkan negara dan tidak perlu mempedulikan para pekerja akan hidup atau
mati. Si Jin sangat marah dengan ucapan Young Su. Ia mendekatkan wajahnya pada
Young Su.
“Keselamatan warga adalah prioritas utama bagi sebuah negara. Artinya jika orang brengsek sepertimu berada dalam bahaya. Dan negara akan melakukan apa pun untuk menyelamatkanmu. Dan aku sebagai seorang tentara, keselamatan seorang warga merupakan perintah mutlak dari negara.” Ucap Si Jin.
Lalu Si Jin mengambil sekop dan melemparkannya
pada Young Su menyuruhnya untuk mengambil dan menggali sendiri jika dokumen itu
sangat penting. Young Su tertawa tidak percaya Si Jin akan melakukan itu
padanya dan mengancam kalau Si Jin akan mendapat masalah besar. Si Jin mengusir
Young Su untuk keluar.
Tiba-tiba
seseorang berteriak karena ada beton dan pipa yang jatuh dari atas. Si Jin
segera melindungi Young Su. Sebagian beton dan pipa mengenai punggungnya, lau
jatuh ke bawah, ke tempat Manager Go berada.
Si Jin
menanyakan keadaan tentara yang ada dibawah bersama Manager Go. Mereka
mengatakan, mereka baik-baik saja, begitu juga dengan Manager Go.
Young Su melihat kabel listrik yang putus,
mengeluarkan api. Si Jin mengeluarkan pistolnya dan menembak beton yang
mengantung di atas dan jatuh tepat di atas kabel yang berapi itu. Ia menanyakan
keadaan Young Su. Young Su langsung hilang keberaniannya karena apa yang
dikatakan Si Jin barusan terbukti, tetap akan melindungi Young Su saat dalam
bahaya. Dan ia tergagap menjawab mengiyakan.
Si Jin
menghubungi Sersan Gong melalui radio sambil berjalan melangkahi tangan Young
Su. Menyuruhnya memeriksa aliran listrik apa sudah terputus atau belum. Young
Su kaget saat melihat ceceran darah yang menetes di lantai dan juga mengenai
tangannya. Ternyata darah itu berasal dari punggung Si Jin yang terluka. Young
Su semakin ketakutan, melihat sosok Shi Jin yang sesungguhnya.
Mo Yeon dan Ja
Ae berada di samping Manager Go, memeriksa keadaannya. Manager Go mengatakan ia
memiliki tiga anak, satu laki-laki dan dua perempuan. Mo Yeon tidak mengerti
maksud ucapan Manager Go.
“Pria yang di
sana… aku tidak tahu banyak tapi sepertinya kalian tidak bisa menyelamatkan
kami berdua, ‘kan? Tidak apa-apa. Aku sudah bekerja 30 tahun di konstruksi dan
aku mengetahui gambarannya,” ucap Manager Go.
Mo Yeon hanya
bisa berjanji akan melakukan yang terbaik untuk mereka berdua. Manager Go
menganggukkan kepalanya dan berkata, “Lakukanlah. Terbaring di bawah sini dan
bisa melihat langit yang biru, aku merasa sangat beruntung. Aku sudah cukup
bekerja dan cukup mengumpulkan uang untuk menguliahkan anakku.” Mo Yeon
mengusap matanya.
Mo Yeon
mendekati pasien yang tertusuk besi. Pasien itu meminta obat penghilang rasa sakit.
Tapi Mo Yeon tidak bisa memberikannya lagi karena pasien itu akan segera dibius
dan dioperasi. Ia meminta pasien itu untuk mencoba mengepalkan tangannya.
Pasien itu
mencoba menggerakkan jari tangannya dan masih bergerak. Ia menahan tangis,
bertanya apakah ia akan mati. Ia memohon agar Mo Yeon menyelamatkannya, ia
sudah berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun seperti permintaan Mo Yeon. Mo
Yeon tersenyum dan mengatakan, “Bagus.”
Myeong Ju
masih mengoperasi pasien dan darah Ki Bum masih ditranfusikan ke pasien itu.
Myeong Ju menyuruh Ki Bum untuk membelikan makanan untuk pasien yang sedang
dioperasinya jika selamat.Ki Bum sangat senang karena itu artinya ia sudah
menyelamatkan seseorang. Ia bertanya apa boleh ia memberitahukan Sersan Seo.
“Tolong antri.
Karena aku yang pertama duluan menemuinya,” sahut Myeong Ju marah.
Ye Hwa sedang
mengambil darah para reporter asing. Martin mengatakan ia datang bukan
bertujuan untuk donor darah. Ye Hwa berjanji jika Martin mau melakukan itu, ia
akan mendapatkan tiga orang untuk diwawancara, yaitu Kepala RS Haesung, Kepala
Proyek Mowuru, dan Kepala Unit Taebaek.
Martin tidak
setuju, orang yang ingin diwawancarainya adalah Daniel Spencer. Karena Daniel
adalah seorang veteran yang sangat berpengalaman di lokasi bencana. Ye Hwa
kesal karena mereka tetap keras kepala, hanya ingin mewawancarai Daniel saja.
Dae Young dan
seorang tentara lain masuk ke tempat yang lain. Tidak sengaja, Dae Young malah
terperosok ke bawah dan kepanikan itu terdengar melalui radio yang dipegang
oleh Ki Bum. Ia langsung minta dibukakan selang transfusinya. Dengan tegas Myeong
Ju menyuruh Ki Bum tidur kembali karena kalau tidak pasiennya akan mati. Ia pun
terpaksa menurut dan Myeong Ju melanjutkan operasinya.
Myeong Ju
terlihat berusaha tetap tenang dan melanjutkan operasi, walaupun tidak bisa
konsentrasi. Untungnya, kemudian terdengar suara Dae Young yang melaporkan
bahwa keadaannya baik-baik saja. Ki Bum mengungkapkan rasa leganya. Myeong Ju malah dengan galak langsung
menyuruh Ki Bum diam, karena merusak konsentrasinya.
Bersambung ke part 2…
Komentar:
Wah,
ternyata apa yang dikatakan Si Jin saat menyelematkan Mo Yeon dari tebing itu
benar. Kalau Mo Yeon tidak bisa berpisah darinya. Buktinya, saat Si Jin kembali
pulang ke Korea, di Urk malah terjadi bencana gempa. Sudahlah Mo Yeon demi
keselamatanmu, terima saja Si Jin. Toh, ada ruginya kan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar