Mo Yeon refleks
menutup mulutnya karena kaget melihat Si Jin tak sadarkan diri dengan lumuran
darah di sekujur tubuhnya.
Si Jin pun
segera dibawa ke ruang IGD. Airmata Mo Yeon terus mengalir melihat keadaan Si
Jin. Ia meminta Si Jin membuka mata dan menatapnya, lalu bertanya apa Si Jin
bisa mendengar suaranya sekarang. Mo Yeon frustasi melihat tidak ada respon
dari Si Jin. “Kenapa kau menemuiku dengan keadaan yang seperti ini? Aku mohon
buka matamu!”
Flash Back
Si Jin
mengarahkan pistolnya pada Senior Letnan Ahn Jung Joon, lalu bertanya kenapa
ada di Korea Selatan. Jung Joo sudah mengangkat tangan, bermaksud meminta
bantuan Si Jin untuk kembali ke Korea Utara karena ia tak percaya pada timnya.
Dae Young malah
berpikir Jung Joo datang karena Suaka Diplomatik. Tiba-tiba Jung Joon
tertembak, sebuah mobil datang dengan senapan panjang yang ditembakan. Dae
Young dan Si Jin sempat membalas tembakan lalu berlindung di balik mobil.
Baku tembak pun
terjadi, Si Jin melaporkan sedang diserang dan memerlukan bantuan. Dae Young
menambahkan kalau target dari orang itu adalah Jung Joon. Si Jin melihat langkah
kaki yang membawa Jung Joon ke dalam mobil, lalu menembak kea rah mobil.
Dae Young juga
menembakan ke bagian belakang mobil sampai kaca mobil pecah. Si Jin berlari
mengejar mobil yang membawa Jung Joo dengan sekuat tenaga.
Chi Hoon
memegang alat bantuan oksigen dan melihat di monitor, tekanan darah menurun. Mo
Yeon meminta alat kejut jantung 150 joule lalu menaruhnya di dada Si Jin, tapi
detak jantungnya belum kembali. Mo Yeon menaikan alat kejut jantung 200 joule.
Chi Hoon mengatakan, tekanannya belum kembali normal.
Mo Yeon tak
ingin menyerah, ia menekan bagian dada Si Jin dengan tangannya untuk
mengembalikan detak jantung Si Jin sambil memohon agar kembali normal.
Flash Back
Si Jin melompat
dari satu mobil ke mobil lainnya hingga berada tepat di jalur yang membawa Jung
Joon. Lalu siap menembak. Dae Young bertanya apa Si Jin masih punya peluru. Si
Jin melihat masih punya satu dn akan menghentikan mobilnya. Ia pun mulai
menghitung jaraknya hingga pada saat 5 meter langsung menembakkan alat pemadam
kebakaran.
Asap pun mulai
keluar yang membuat kabur pengelihatan, terdengar tembakan beberapa kali dan Si
Jin pun terkena dan langsung terjatuh. Mobil membentur mobil lainnya, Si jin
terkapar dan masih bisa melihat bayangan temannya yang berlari ke arahnya.
Mo Yeon terus
berusaha menekan dada Si Jin, memohon agar tak seperti ini padanya. Ia menangis
mengomel Si Jin yang jahat sekali padanya. Ia berteriak memohon agar Si Jin
bangun. Akhirnya Mo Yeon berhenti menekan dada Si Jin dan menangis.
Tiba-tiba Si Jin
berbicara kalau ia merasa sakit sekali dengan napas terengah-engah. Chi Hoon
memberitahu tekanannya kembali. Mo Yeon langsung menanyakan apa Si Jin sudah
sadar, apa ia tahu berada di mana, apa ia bisa mendengar dan melihatnya. Si Jin
malah menanyakan keberadaan Jung Hoon.
Mo Yeon
berteriak bingung dan marah terhadap pertanyaan Si Jin. Si Jin memberitahu Jung
Hoo, pasien luka tembak yang datang bersamaan dengannya. Mo Yeon kesal karena
Si Jin masih bisa mengkhawatirkan orang lain, padahal dirinya sedang sekarat
dan menanyakan siapa orang itu.
Dasar Si Jin, ia
masih sempat menggoda Mo Yeon yang masih terlihat sangat amat cantik. Mo Yeon
mengumpat Si Jin yang masih bisa bercanda dalam keadaan seperti ini.
Si Jin bangun
dari tempat tidurnya menanyakan keberadaan Jung Hoon. Mo Yeon bertanya marah
siapa Jung Hoon itu. Apa dia yang menembakmu. Si Jin menjawab Jung Hoo adalah
sahabatnya.
Min Jin datang
mengabarkan pasien yang datang bersama Si Jin membuat keributan.
Jung Hoon
menyendera Ja Ae dan tidak mengijinkan siapapun menyentuhnya. Jung Hoon
mengancam, bila ada yang berani mendekatinya, ia akan bunuh semuanya.
“Jika kau tak
diobati. Kau akan mati. Kau mengalami pendarahan yang hebat.” Jelas Ja Ae.
Si Jin datang menurunkan
senjata yang diarahkan pada Jung Hoon dan membuat kesepakatan, mereka akan
menurunkan senjata. Jadi Jung Hoon harus menerima pengobatan dokter. Tapi Jung
Hoon tidak mempercayai dokter Korea Selatan. Si Jin membujuknya mengatakan,
hanya dokter yang bisa menyelamatkan Jung Hoo saat ini.
Jung Joon tetap
menolak, ia tidak membutuhkan dokter dan meminta semuanya tak boleh ada yang
bergerak sambil mengarahkan pisau ke depan.
Tiba-tiba Jung
Hoon langsung terjatuh ke lantai. Ja Ae memeriksa dan memberitahu Jung Hoon
mengalami trauma. Mo Yeon memerintahkan untuk membawa Jung Hoon ke ruang
operasi no.4 karena sudah ada Dr. Song di sana.
Si Jin menahan
tangan Mo Yeon yang mau pergi. Ia meminta tolong pada Mo Yeon untuk mengoperasi
Jung Hoo. Mo Yeon memerintahkan pada semua dokter dan perawat untuk mengikat Si
Jin di tempat tidur agar tidak bisa ke mana-mana.
Di ruang operasi,
Sang Hyun merasa bersyukur karena jantung Pneumothorax dan detakan jantungnya
normal. Mo Yeon sudah mengeluarkan 3 peluru dari tubuh Jung Hoon. Mo Yeon
melihat ada bekas luka jahit di bagian lengan, Sang Hyun yang ikut melihat
merasa itu bukan bekas luka tembak. Mo Yeon merasa ada sesuatu di dalamnya.
Tempat kejadian
sudah diberi garis polisi. Dae Yong melaporkan pada Dae Young, Kaptep Ahn Jung
Joon adalah pasukan khusus Korea Utara dan ditugaskan menjaga VIP. Ia dikejar
oleh orang-orang bole yang terlatih. Menurut Byung Soo orang-orang itu bukan
orang Amerika, sepertinya mereka orang Rusia.
Seorang penjaga
memberitahu identitas orang bule telah dikonfirmasi. Mereka adalah pasukan
militer untuk kedutaan Matagonian. Mereka mengejar Jung Hoo karena memalsukan
passport. Dae Young tak mempercayai alasan itu.
Penjaga itu
menambahkan, Korea Selatan tak memiliki hak menghukum WNA. Menurut Byung Soo
mereka hanya bisa menggali informasi dari Jung Hoon. Woo Geum melapor bahwa
rumah sakit menelepon, mengabari operasinya sudah selesai.
Si Jin yang
sudah memakai baju pasien bertanya bagaimana keadaan Jung Hoon pada Mo Yeon. Mo
Yeon menjawab, Jung Hoon sudah selamat dan sudah dipindahkan di kamar inap,
tapi belum sadar. Si Jin pun bernapas lega.
“Selain pasien itu,
ada juga pasien lain yang selamat dari sekarat. Sepertinya pasien itu hanya
mengganggaku dokter sekarang. Dokter itu, satu jam lalu merasa seperti dalam
neraka melihat pacarnya.” Sindir Mo Yeon. Si Jin hanya bisa tertunduk minta
maaf.
Mo Yeon kesal
karena Si Jin hanya minta maaf tanpa memberi penjelasan. Mo Yeon menyuruh Si
Jin agar cepat sembuh kalau tidak ia akan membunuhnya.
Mo Yeon mau
memberikan sesuatu, tapi saat Si Jin mau mengambilnya beberapa orang masuk ke
dalam ruangan, membuat Mo Yeon tidak jadi memberinya.
Mo Yeon heran
melihat Jung Hoon dibawa ke kamar rawat Si Jin. Dae Young mengatakan, mulai
sekarang ia kan bertugas menjaga kamar pasien ini dan melakukan pembatasan
area.
Dae Young
menemui Mo Yeon di luar kamar rawat. Mo Yeon memberikan SD Card yang
dikeluarkannya dari tangan Jung Hoon saat operasi tadi pada Dae Young. Ia pikir
itu alasannya Si Jin emmintanya untuk mengoperasi Jung Hoon.
Eun Ji tak
percaya mendengar cerita kalau pasien tentara Korea Utara dirawat di rumah
sakit dari perawat lain. Eun Ji bertanya pada perawat litu apa ia rela
mengobati orang korea utara.
“ Tentu saja.
Kita harus mengobatinya. Kita sudah menoperasinya tadi,” jawab Chi Hoon.
Eun Ji bertanya
apa Chi Hoon tidak takut karena pasien itu punya luka tembak. Kalau ia pasti
sudah gila jika mengalami situasi seperti itu.
“Kami bahkan
mengalami hal yang lebih buruk lagi di Urk. Semua tentara membawa senjata.
Hanya terndengar, ‘Hormat dan lapor’. Angkat tangan. Jika kau bergerak, kami
akan menembakmu.” Cerita Chi Hoon.
Eun Jin sempat
ketakutan lalu menuduh Chi Hoon itu pembohong. Ja Ae datang mengatakan kalau ia
juga memukulnya dan meminta Eun Ji menjaga omongan sekarang.
Sang Hyun berteriak panik memanggil Ja Ae karena
mendengar Ja Ae disandera. Sang Hyun bertanya di mana orang yang befrani
menyadera Ja Ae.
Ja Ae menjawab,
dia adalah pasien yang telah diselamatkan Dr. Song. Sang Hyun pun kesal dan
menampar wajahnya sendiri. Ja Ae mengelus kepala Sang Hyun merasa kasihan.
Eun Jin mengejek
keduanya yang terlihat norak. Lalu membahas tentang Si Jin yang datang dengan
pasien Korea Utara, hingga koridor rumah sakit dipenuhi orang yang berjaga-jaga
dengan jas hitam. Eun Ji merasa heran bagaimana Mo Yeon bisa pacaran dengannya?
Dia itu siapa?
Mo Yeon
mengatakan, ia saja tak tahu siapa sebenarnya Si Jin itu. Ia melihat ponselnya
kalau rumah sakit memanggilnya dan langsung pergi meninggalkan Eun Ji. Eun Ji
kesal karea Mo Yeon tak mau mendengarnya sama sekali.
Chi Hoo bertanya
apa yang dibawa Ja Ae dalam kotak, Ja Ae menjawab semua itu barang-barang milik
pasien yang baru dioperasi. semuanya langsung
berkumpul melihat benda itu. Chi Hoo mengambil pulpen dengan perasaan
bahagia, lalu mencoret-coret buku tapi ternyata tintanya tidak ada.
Sang Hyun
menyarankan, untuk menjilat ujung pulpennya dulu. Dae Young datang mengambil
pulpen itu, lalu membisikan sesuatu pada ditelinganya.
Sang Hyun
mengangguk mengerti dan membiarkan Dae Young membawa benda-benda itu. Chi Hoon
penasaran apa yang dibisikan Dae Young, Sang Hyun memberitahu kalau pena itu
bukanlah pena biasa tapi tintanya berisi racun. Sang Hyun tiba-tiba jatuh lemas
karena tadi ia hampir mati. Ja Ae memukulnya karena Sang Hyun membuat dirinya
ikut terjatuh.
Suk Won menyuruh
penjaga untuk pinggir, tapi penjaga tetap berdiri menjaga koridor kamar Si Jin
dan Jung Hoon. Suk Won marah bukan hanya RS. Haesung saja yang ada di gangnam
dan berteriak rumah sakitnya itu sangat mahal.
Penjaga hanya
bisa berkata, hanya melakukan tugas dan memohon kerja sama Suk Won. Sek. Suk
Won memberikan berkas yang dikirimkan pihak tentara pada mereka. Suk Won
berteriak pada sekretarusnya kalau itu bukan tugas mereka.
Suk Won mengejek
Mo Yeon, memangnya siapa pacar Dr. Kang itu hingga mereka bisa seenaknya
begini. Apa mereka bertengkar. Siapa yang menang. Lagi-lagi Mo Yeon menjawab ia
juga tidak tahu. Suk Won menembak, pasti pacar Mo Yeon yang kalah, emang hanya
dia saja yang bisa melakukan kemiliteran.
Sek. Suk Won tak
percaya Suk Won pernah ikut wamil. Suk Won kesal dan menanyakan dirinya itu
siapa memang. Sek. Suk Won malah pols menjawab ketua rumah sakit. Suk Woon
makin kesal, karena bukan itu maksudnya. Petugas keamanan meminta agar mereka
menjaga ketenangan di sini. Suk Won malah berteriak menyuruh petugas itu diam
karena ini rumah sakitnya.
Sebelum pergi,
Suk Woon menegaskan Mo Yeon yang harus bertanggung jawab sebagai dokter dan
wali pasien. Mo Yeon hanya bisa menghela napas.
Di ruang inap.
Si Jin menginterogasi Jung Joon sambil direkam dan dikawal Byung Soo dan
tentara lainnya. Si Jin memperkenalkan
dirinya sebagai Yoo Si Jin pasukan khusus Korea Selatan dan menanyakan apa Jung
Joon sedangkan melakukan misi. Jung Hoon hanya diam.
Si Jin kembali
bertanya kenapa Jung Hoo masuk ke korea selatan dan siapa yang
memerintahkannya. Apapun alasannya, akan menjadi masalah jika Jung Hoon terus
berbaring di sini. Jung Hoon masih diam.
“Kapten Ahn Jung
Joon, aku bertanya berdasarkan perjanjian jenewa, apakah kau cari itu merupakan
urusan politik.”
Byung Soo merasa
Jung Joon tak akan membuka mulut dan membentaknya jika tak mau bicara, kenapa
Jung Hoon tak tinggal saja di utara. Lalu bertanya pada Si Jin apa Jung Joon
tak pernah mengatakan sesuatu. Si Jin menjawab kalau Jung Joon hanya meminta
dikirim ke utara.
Byung Soo tak
percaya karena Jung Hoo memlih rute paling bahayan langsung ke rute selatan.
Suaka diplomatic adalah satu-satunya yang dipilihnya. Byun Soo pun memberikan
kesempatan pada Jung Hoon untuk jujur pada mereka.
Byung Soo ada di
ruang Kontrol, Dae Young memberi barang-barang pribadi milik Jung Joon.
Termasuk SD Card untuk mencari tahu apa black
misi Jung Joon dan meletakan di atas meja. Seorang anggota NIS mengambilnya
untuk segera menyelidikinya.
Byung Soo
bertanya pada Woo Geum yang bertugas mendengar rekaman ruang inap Jung Joon dan
Si Jin. “Apa yang dia katakan? Apa dia melakukan negosiasi dengan melibatkan
keluarga?”
“Sebenarnya,
Pak. Dia bilang bahwa dengan tambahan cuka dan mustard mienya akan enak. Mereka
sedang membicarakan naengmyeon. Ini resep eksklusif Senior Letnan Ahn,” jawab
Woo Geum.
Byung Soo jelas
marah, apa mereka sudah gila. Mereka diminta untuk melapor bukan berbagi resep.
Kenapa seorang Kapten bisa ceroboh seperti itu?
Byung Soo
mendapatkan telepon dan bingung harus menjawab apa. Sementara Dae Young hanya
senyam senyum di belakannya. Byung Soon
disuruh untuk cepat memberikan laporan, karena perwakilan korea utara baru saja
memasuki Seoul.
Petugas lainnya
memberitahu kapten Ahn masuk dalam daftar pencarian Interpol sebagai tersangka
pembunuhan. Dua hari yang lalui di Tokyo, saksi utama untuk kasus yakuza akan
bersaksi di pengadilan. Dia ditembak mati oleh seorang penembak jitu dari
kejauhan. Penembak itu ditemukan tewas di bangunan tempatnya menembak. Kapten
Ahn dicari karena telah membunuh penembak jitu itu.
“Memangnya siapa
penembak itu?” tanya Byung Soo.
Si Jin melihat
foto si penembak jitu yang diberi Dae Young. Dae Young menjelaskan penembak
jitu adalah orang yang mereka yaitu sersan Rhee Seok Jin dan betugas di
battalion yang sama dengan Jung Joon.
“Dia membunuh
mantan bawahannya yang terlibat dalam pembunuhan yakuza,” ucap Si Jin, Dae
Young rasa sepertinya itu memang misinya.
Si Jin bertanya
apa Dae Young sudah tahu apa isi chip yang ada di legan Jung Hoon. Dae Young
mengatakan Chip itu dilindungi dengan kode dan membutuhkan waktu seminggu dan
Korea utara meminta kita menyerahkan kapten Ahn besok.
Si Jin
menyimpulkan mereka harus mengikuti perintah dan tak punya waktu. Dae Young
menambahkan Si Jin harus membuatnya buka mulut. Si Jin memberitahu kalau Jung
Hoon tahu mereka sedang mengawasinya, jadi ia tak mau bicara. Dae Yong
mengatakan biasanya kaptennya akan menggunakan foto keluarga. Si Jin berpikir untuk menggunakan metode yang
lain dan membutuhkan Mo Yeon serta chipnya.
“Apa maksudmu
chip yang sedang diselidiki oleh NIS?” tanya Dae Young. Si Jin mengira Dae
Young tak bisa mencurinya. Ia berpikir mereka sudah salah langkah seharusnya
mem,buat salinannya dulu. Dae Young mengeluarkan SD Card dari jasnya. Si Jin
memuji Dae Young yang pintar dan mengambil SD Card. Dae Young pun segera
memanggil Mo Yeon.
Mo Yeon
memeriksa Jung Joon, memberitahu keadaan pergelangan tangan dan paha terdapat
potongan tulang yang patah serta mendapatka 4 luka tembak yang akan
meninggalkan bekas. Jung Joon hanya diam.
Tapi yang
dikhawatirkan Mo Yeon adalah pecahan peluru yang bersarang di tulang
belakangmu. Jika dibiarkan akan membahayakan sarafmu, lalu bagian bawah tubuhmu
akan lumpuh.
“Tuan Ahn, ini
adalah sebuah keajaiban bahwa kau berhasil selamat. Jadi jangan sia-siakan
hidupmu. Pasien yang disebelahmu juga begitu. Dia sudah gila,” ucap Mo Yeon
melirik sini kea rah Si Jin.
Mo Yeon
mendekati Si Jin mengatakan, sebenarnya ia tak mau membahasanya, tapi
mengingatkan tentara tentara di Urk. Si Jin bertanya siapa maksudnya. Mo Yeon
mengatakan Si Jin pasti tahu, pria yang memarahinya karena mengoperasi VIP.
Pria jelek yang telah menghukummu. Dia mendatangi timku dan memeriksa semua
obat-obat kami.
“Memangnya dia
siapa? Beraninya dia memperlakukan kami…” ucapan Mo Yeon terhenti karena Si Jin
langsung menutup mulutnya dan menyuruhnya diam. Woo Geum dan Byung Soo
mendengarnya dari earphone. Si Jin menuliskan “ruangan ini sedang disadap” di
tangan Mo Yeon. Mo Yeon kaget dan panik.
Si Jin
memberikan kode denga tangan agar Mo Yeon tetap berbicara. Dengan gugup
mengatakan ia sangat bahagia bertemu dengan Byung Soo bahkan hampir
memeluknya. Si Jin menuliskan sesuatu di
kelender sambil berkomentar Byung Soo pasti tahu karena ia pria yang hebat. Mo
Yeon membenarkan.
Si Jin mengganti
pembicaraan dengan menanyakan kabar ibu Mo Yeon. Mo Yeon sempat bingung, lalu
lancar menceritakan ibunya terus membanggakan masakannya dan terus menghabiskan
uangnya.
Si Jin
menunujukan tulisannya di kelender pada Mo Yeon “Aku butuh tempat pribadi untuk
bicara dengan senior letnan Ahn.” Mo Yeon menjawab kabar ibunya baik-baik saja.
Si Jin meminta maaf karena belum bisa menyapanya dan mereka harus mencari hari
yang bagus dan memilih tempat pertemuan.
Byung Soo tetap
mendengar pembicaraan keduanya. Mo Yeon menolak karena ibunya pasti tidak mau.
Si Jin menatap Mo Yeon berjanji tak akan membuatnya khawatir. Mo Yeon tak
percaya. Si Jin memohon sambil meliik Jung Joon. Mo Yeon mengatakan mulai
sekarang meskipun mabuk kau tak boleh melupakanku.
“Tua Ah tolong
ikut aku ke ruang CT dalam 30 menit lagi. kau harus menjalani tes lagi. Tolong
tepat waktu karena masih banyak pasien yang lain.” Tegas Mo Yeon. Si Jin
mengangguk mengerti.
Mo Yeon keluar
dari ruangan dan sambil menghapus tulisan di tangannya. Ia terkejut dengan
Byung Soo yang tiba-tiba muncul di depannya. Mo Yeon bersikap senang bisa
bertemu dengannya di sini. Byung Su menganggap Mo Yeon sudah memeluknya.
Mo Yeon menegok
dari pintu memastikan tidak ada siapapun yang mendengarnya. Ji Soo bertanya apa
yang sebenarnya terjadi. Mo Yeon meminta waktu 10 menit karena hanya tempat Ji
Soo yang tak di sadap. Ji Soo heran melihat Mo Yeon yang aneh.
Dengan serius
memberitahu, kalau ia sekarang bekerja untuk bagian pemerintahan. Ji Soo
mengejek apa pemerintahan tahu. Mo Yeon meminta Ji Soo berjanji meski
pemerintahan tak mengakuiku, kau akan selalu mengingatku. Akhirnya Ji Soo
berteriak menanyakan lagi apa yang terjadi. Mo Yeon meminta agar Ji Soo diam.
Di ruang CT
Scan, Si Jin kembali menginterogasi Jung Joon dengan memberitahu tempat ini tidak
disadap. Jung Joo memeriksa semua ruangan untuk memastikannya. Si Jin mengaku
telah mengkhianti timnya dan mereka mempunyai waktu 10 menit, serta hanya ingin
membantu Jung Joon.
“Apa yang
terjadi? Apa ini karena sersan Rhee Seok Jin? Kenapa kau membunuhnya?” tanya Si
Jin.
Jung Joo meminta dikembalikan dulu barang-barangnya dulu. Si Jin memberikan SD Card itu dan ingin tahu apa isinya.
Jung Hoon
bercerita, anggota terbaik kami disewa ileh sindikat kejahatan seperti yakuza
atau mafia sebagai penembak jitu dengan harga yang tinggi.
Flashback
Sersan Rhee ada
di atap gedung sedang menembak dari jarak jauh. Lalu melapor kalau misi selesai
dan meminta segera mentransfer uangnya. Jung Joon sempat bertemu dengan sersan
Rhee ketika menuruni tangga.
“Misiku adalah
menghabisi pengkhianat dan siapa yang memerintahnya.” Ucap Jung Joon.
“Apa kau sudah
menemukan bukti siapa dalangnya?”
Jung Joon
memperlihatkan SD Card di tangannya. Si Jin mengatakan kodenya terlalu sulit.
Apa passwordnya atau beritahu apa isinya. Jung Joon langsung menelan SD Card
itu.
“Negaraku lah
yang akan mengurus masalah ini.”
“Negaramu itu
sudah merencanakan sesuatu. Komandan Choi sedang dalamj perjalanan untuk segera
menemuimu. Besok pagi kami akan menyerahkanmu ke Utara.” Ucap Si Jin.
Di tangga
darurat, Mo Yeon bertanya apa tempat ini disadap juga. Si Jin tersenyum
menjawab tidak. Mo Yeon menghela napas lega, ia merasa sesak napas sejak tadi.
Si Jin mengucapkan terima kasih dan semuanya akan kembali normal. Mo Yeon
membenci keberanian Si Jin dan bertanya apa ia sudah bicara dengan temannya.
“Ya, itu semua
berkat kau. Oh iya namanya Ahn Jung Joon. Dia adalah letnan senior.”
“Begitu ya. Apa
tak masalah kau memberitahuku namanya?”
“Aku berharap
ada orang lain yang bisa mengingatnya. Dan lebih bagus lagi, orang itu adalah
orang yang seberani dirimu.”
Min Ji memeriksa
selang infuse Jung Joon dan memberitahu Chul Ho pasien sudah diberikan obat
penghilang rasa sakit dan obat penenang, jadi akan tertidur sekitar 5 jam. Chul
Hoo mengangguk mengerti lalu memastikan borgol terpasang dan langsung keluar
dari ruangan
Jung Joon
membuka matanya, melepaskan jarum infuse dan membuka borgol menggunakan jarum.
Lalu memasang perban pada kakinya dan sengaja menahan pintu dengan tempat
tidur. Lalu memecahkan jendela kaca dengan alat pemadam kebakaran. Penjaga
diluar yang mendengar suara itu langsung berusaha membuka pintu yang tertahan
tempat tidur.
Jung Joon
sendiri sudah bergelantung di pinggir jendela dan mengayunkan badannya untuk
menerobos masuk ke jendela lantai bawah. Ia berguling dilantai dengan bahu
terluka. Saat akan berjalan pergi, ada Si Jin tepat berdiri di depannya dengan
mengarahkan pistol di kepalanya.
Bersambung ke part 2….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar