Senin, 18 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 14 Part 1




Mo Yeon refleks menutup mulutnya karena kaget melihat Si Jin tak sadarkan diri dengan lumuran darah di sekujur tubuhnya.

Si Jin pun segera dibawa ke ruang IGD. Airmata Mo Yeon terus mengalir melihat keadaan Si Jin. Ia meminta Si Jin membuka mata dan menatapnya, lalu bertanya apa Si Jin bisa mendengar suaranya sekarang. Mo Yeon frustasi melihat tidak ada respon dari Si Jin. “Kenapa kau menemuiku dengan keadaan yang seperti ini? Aku mohon buka matamu!” 

Flash Back

Si Jin mengarahkan pistolnya pada Senior Letnan Ahn Jung Joon, lalu bertanya kenapa ada di Korea Selatan. Jung Joo sudah mengangkat tangan, bermaksud meminta bantuan Si Jin untuk kembali ke Korea Utara karena ia tak percaya pada timnya.

Dae Young malah berpikir Jung Joo datang karena Suaka Diplomatik. Tiba-tiba Jung Joon tertembak, sebuah mobil datang dengan senapan panjang yang ditembakan. Dae Young dan Si Jin sempat membalas tembakan lalu berlindung di balik mobil.


Baku tembak pun terjadi, Si Jin melaporkan sedang diserang dan memerlukan bantuan. Dae Young menambahkan kalau target dari orang itu adalah Jung Joon. Si Jin melihat langkah kaki yang membawa Jung Joon ke dalam mobil, lalu menembak kea rah mobil.

Dae Young juga menembakan ke bagian belakang mobil sampai kaca mobil pecah. Si Jin berlari mengejar mobil yang membawa Jung Joo dengan sekuat tenaga.

Chi Hoon memegang alat bantuan oksigen dan melihat di monitor, tekanan darah menurun. Mo Yeon meminta alat kejut jantung 150 joule lalu menaruhnya di dada Si Jin, tapi detak jantungnya belum kembali. Mo Yeon menaikan alat kejut jantung 200 joule. Chi Hoon mengatakan, tekanannya belum kembali normal.

Mo Yeon tak ingin menyerah, ia menekan bagian dada Si Jin dengan tangannya untuk mengembalikan detak jantung Si Jin sambil memohon agar kembali normal.

Flash Back

Si Jin melompat dari satu mobil ke mobil lainnya hingga berada tepat di jalur yang membawa Jung Joon. Lalu siap menembak. Dae Young bertanya apa Si Jin masih punya peluru. Si Jin melihat masih punya satu dn akan menghentikan mobilnya. Ia pun mulai menghitung jaraknya hingga pada saat 5 meter langsung menembakkan alat pemadam kebakaran.

Asap pun mulai keluar yang membuat kabur pengelihatan, terdengar tembakan beberapa kali dan Si Jin pun terkena dan langsung terjatuh. Mobil membentur mobil lainnya, Si jin terkapar dan masih bisa melihat bayangan temannya yang berlari ke arahnya. 


Mo Yeon terus berusaha menekan dada Si Jin, memohon agar tak seperti ini padanya. Ia menangis mengomel Si Jin yang jahat sekali padanya. Ia berteriak memohon agar Si Jin bangun. Akhirnya Mo Yeon berhenti menekan dada Si Jin dan menangis.

Tiba-tiba Si Jin berbicara kalau ia merasa sakit sekali dengan napas terengah-engah. Chi Hoon memberitahu tekanannya kembali. Mo Yeon langsung menanyakan apa Si Jin sudah sadar, apa ia tahu berada di mana, apa ia bisa mendengar dan melihatnya. Si Jin malah menanyakan keberadaan Jung Hoon.

Mo Yeon berteriak bingung dan marah terhadap pertanyaan Si Jin. Si Jin memberitahu Jung Hoo, pasien luka tembak yang datang bersamaan dengannya. Mo Yeon kesal karena Si Jin masih bisa mengkhawatirkan orang lain, padahal dirinya sedang sekarat dan menanyakan siapa orang itu.

Dasar Si Jin, ia masih sempat menggoda Mo Yeon yang masih terlihat sangat amat cantik. Mo Yeon mengumpat Si Jin yang masih bisa bercanda dalam keadaan seperti ini.


Si Jin bangun dari tempat tidurnya menanyakan keberadaan Jung Hoon. Mo Yeon bertanya marah siapa Jung Hoon itu. Apa dia yang menembakmu. Si Jin menjawab Jung Hoo adalah sahabatnya.

Min Jin datang mengabarkan pasien yang datang bersama Si Jin membuat keributan.


Jung Hoon menyendera Ja Ae dan tidak mengijinkan siapapun menyentuhnya. Jung Hoon mengancam, bila ada yang berani mendekatinya, ia akan bunuh semuanya.

“Jika kau tak diobati. Kau akan mati. Kau mengalami pendarahan yang hebat.” Jelas Ja Ae.

Si Jin datang menurunkan senjata yang diarahkan pada Jung Hoon dan membuat kesepakatan, mereka akan menurunkan senjata. Jadi Jung Hoon harus menerima pengobatan dokter. Tapi Jung Hoon tidak mempercayai dokter Korea Selatan. Si Jin membujuknya mengatakan, hanya dokter yang bisa menyelamatkan Jung Hoo saat ini.         

Jung Joon tetap menolak, ia tidak membutuhkan dokter dan meminta semuanya tak boleh ada yang bergerak sambil mengarahkan pisau ke depan.

Tiba-tiba Jung Hoon langsung terjatuh ke lantai. Ja Ae memeriksa dan memberitahu Jung Hoon mengalami trauma. Mo Yeon memerintahkan untuk membawa Jung Hoon ke ruang operasi no.4 karena sudah ada Dr. Song di sana.


Si Jin menahan tangan Mo Yeon yang mau pergi. Ia meminta tolong pada Mo Yeon untuk mengoperasi Jung Hoo. Mo Yeon memerintahkan pada semua dokter dan perawat untuk mengikat Si Jin di tempat tidur agar tidak bisa ke mana-mana.


Di ruang operasi, Sang Hyun merasa bersyukur karena jantung Pneumothorax dan detakan jantungnya normal. Mo Yeon sudah mengeluarkan 3 peluru dari tubuh Jung Hoon. Mo Yeon melihat ada bekas luka jahit di bagian lengan, Sang Hyun yang ikut melihat merasa itu bukan bekas luka tembak. Mo Yeon merasa ada sesuatu di dalamnya.


Tempat kejadian sudah diberi garis polisi. Dae Yong melaporkan pada Dae Young, Kaptep Ahn Jung Joon adalah pasukan khusus Korea Utara dan ditugaskan menjaga VIP. Ia dikejar oleh orang-orang bole yang terlatih. Menurut Byung Soo orang-orang itu bukan orang Amerika, sepertinya mereka orang Rusia.


Seorang penjaga memberitahu identitas orang bule telah dikonfirmasi. Mereka adalah pasukan militer untuk kedutaan Matagonian. Mereka mengejar Jung Hoo karena memalsukan passport. Dae Young tak mempercayai alasan itu. 
 
Penjaga itu menambahkan, Korea Selatan tak memiliki hak menghukum WNA. Menurut Byung Soo mereka hanya bisa menggali informasi dari Jung Hoon. Woo Geum melapor bahwa rumah sakit menelepon, mengabari operasinya sudah selesai.


Si Jin yang sudah memakai baju pasien bertanya bagaimana keadaan Jung Hoon pada Mo Yeon. Mo Yeon menjawab, Jung Hoon sudah selamat dan sudah dipindahkan di kamar inap, tapi belum sadar. Si Jin pun bernapas lega.

“Selain pasien itu, ada juga pasien lain yang selamat dari sekarat. Sepertinya pasien itu hanya mengganggaku dokter sekarang. Dokter itu, satu jam lalu merasa seperti dalam neraka melihat pacarnya.” Sindir Mo Yeon. Si Jin hanya bisa tertunduk minta maaf.

Mo Yeon kesal karena Si Jin hanya minta maaf tanpa memberi penjelasan. Mo Yeon menyuruh Si Jin agar cepat sembuh kalau tidak ia akan membunuhnya.

Mo Yeon mau memberikan sesuatu, tapi saat Si Jin mau mengambilnya beberapa orang masuk ke dalam ruangan, membuat Mo Yeon tidak jadi memberinya.


Mo Yeon heran melihat Jung Hoon dibawa ke kamar rawat Si Jin. Dae Young mengatakan, mulai sekarang ia kan bertugas menjaga kamar pasien ini dan melakukan pembatasan area.

Dae Young menemui Mo Yeon di luar kamar rawat. Mo Yeon memberikan SD Card yang dikeluarkannya dari tangan Jung Hoon saat operasi tadi pada Dae Young. Ia pikir itu alasannya Si Jin emmintanya untuk mengoperasi Jung Hoon.


Eun Ji tak percaya mendengar cerita kalau pasien tentara Korea Utara dirawat di rumah sakit dari perawat lain. Eun Ji bertanya pada perawat litu apa ia rela mengobati orang korea utara.

“ Tentu saja. Kita harus mengobatinya. Kita sudah menoperasinya tadi,” jawab Chi Hoon.

Eun Ji bertanya apa Chi Hoon tidak takut karena pasien itu punya luka tembak. Kalau ia pasti sudah gila jika mengalami situasi seperti itu.

“Kami bahkan mengalami hal yang lebih buruk lagi di Urk. Semua tentara membawa senjata. Hanya terndengar, ‘Hormat dan lapor’. Angkat tangan. Jika kau bergerak, kami akan menembakmu.” Cerita Chi Hoon.

Eun Jin sempat ketakutan lalu menuduh Chi Hoon itu pembohong. Ja Ae datang mengatakan kalau ia juga memukulnya dan meminta Eun Ji menjaga omongan sekarang. 


Sang Hyun  berteriak panik memanggil Ja Ae karena mendengar Ja Ae disandera. Sang Hyun bertanya di mana orang yang befrani menyadera Ja Ae.

Ja Ae menjawab, dia adalah pasien yang telah diselamatkan Dr. Song. Sang Hyun pun kesal dan menampar wajahnya sendiri. Ja Ae mengelus kepala Sang Hyun merasa kasihan.

Eun Jin mengejek keduanya yang terlihat norak. Lalu membahas tentang Si Jin yang datang dengan pasien Korea Utara, hingga koridor rumah sakit dipenuhi orang yang berjaga-jaga dengan jas hitam. Eun Ji merasa heran bagaimana Mo Yeon bisa pacaran dengannya? Dia itu siapa?

Mo Yeon mengatakan, ia saja tak tahu siapa sebenarnya Si Jin itu. Ia melihat ponselnya kalau rumah sakit memanggilnya dan langsung pergi meninggalkan Eun Ji. Eun Ji kesal karea Mo Yeon tak mau mendengarnya sama sekali.

Chi Hoo bertanya apa yang dibawa Ja Ae dalam kotak, Ja Ae menjawab semua itu barang-barang milik pasien yang baru dioperasi. semuanya langsung  berkumpul melihat benda itu. Chi Hoo mengambil pulpen dengan perasaan bahagia, lalu mencoret-coret buku tapi ternyata tintanya tidak ada.

Sang Hyun menyarankan, untuk menjilat ujung pulpennya dulu. Dae Young datang mengambil pulpen itu, lalu membisikan sesuatu pada ditelinganya.


Sang Hyun mengangguk mengerti dan membiarkan Dae Young membawa benda-benda itu. Chi Hoon penasaran apa yang dibisikan Dae Young, Sang Hyun memberitahu kalau pena itu bukanlah pena biasa tapi tintanya berisi racun. Sang Hyun tiba-tiba jatuh lemas karena tadi ia hampir mati. Ja Ae memukulnya karena Sang Hyun membuat dirinya ikut terjatuh.


Suk Won menyuruh penjaga untuk pinggir, tapi penjaga tetap berdiri menjaga koridor kamar Si Jin dan Jung Hoon. Suk Won marah bukan hanya RS. Haesung saja yang ada di gangnam dan berteriak rumah sakitnya itu sangat mahal.

Penjaga hanya bisa berkata, hanya melakukan tugas dan memohon kerja sama Suk Won. Sek. Suk Won memberikan berkas yang dikirimkan pihak tentara pada mereka. Suk Won berteriak pada sekretarusnya kalau itu bukan tugas mereka.

Suk Won mengejek Mo Yeon, memangnya siapa pacar Dr. Kang itu hingga mereka bisa seenaknya begini. Apa mereka bertengkar. Siapa yang menang. Lagi-lagi Mo Yeon menjawab ia juga tidak tahu. Suk Won menembak, pasti pacar Mo Yeon yang kalah, emang hanya dia saja yang bisa melakukan kemiliteran.

Sek. Suk Won tak percaya Suk Won pernah ikut wamil. Suk Won kesal dan menanyakan dirinya itu siapa memang. Sek. Suk Won malah pols menjawab ketua rumah sakit. Suk Woon makin kesal, karena bukan itu maksudnya. Petugas keamanan meminta agar mereka menjaga ketenangan di sini. Suk Won malah berteriak menyuruh petugas itu diam karena ini rumah sakitnya.

Sebelum pergi, Suk Woon menegaskan Mo Yeon yang harus bertanggung jawab sebagai dokter dan wali pasien. Mo Yeon hanya bisa menghela napas.


Di ruang inap. Si Jin menginterogasi Jung Joon sambil direkam dan dikawal Byung Soo dan tentara lainnya. Si Jin  memperkenalkan dirinya sebagai Yoo Si Jin pasukan khusus Korea Selatan dan menanyakan apa Jung Joon sedangkan melakukan misi. Jung Hoon hanya diam.


Si Jin kembali bertanya kenapa Jung Hoo masuk ke korea selatan dan siapa yang memerintahkannya. Apapun alasannya, akan menjadi masalah jika Jung Hoon terus berbaring di sini. Jung Hoon masih diam.
“Kapten Ahn Jung Joon, aku bertanya berdasarkan perjanjian jenewa, apakah kau cari itu merupakan urusan politik.”


Byung Soo merasa Jung Joon tak akan membuka mulut dan membentaknya jika tak mau bicara, kenapa Jung Hoon tak tinggal saja di utara. Lalu bertanya pada Si Jin apa Jung Joon tak pernah mengatakan sesuatu. Si Jin menjawab kalau Jung Joon hanya meminta dikirim ke utara.

Byung Soo tak percaya karena Jung Hoo memlih rute paling bahayan langsung ke rute selatan. Suaka diplomatic adalah satu-satunya yang dipilihnya. Byun Soo pun memberikan kesempatan pada Jung Hoon untuk jujur pada mereka.

Byung Soo ada di ruang Kontrol, Dae Young memberi barang-barang pribadi milik Jung Joon. Termasuk  SD Card untuk mencari tahu apa black misi Jung Joon dan meletakan di atas meja. Seorang anggota NIS mengambilnya untuk segera menyelidikinya.

Byung Soo bertanya pada Woo Geum yang bertugas mendengar rekaman ruang inap Jung Joon dan Si Jin. “Apa yang dia katakan? Apa dia melakukan negosiasi dengan melibatkan keluarga?”

“Sebenarnya, Pak. Dia bilang bahwa dengan tambahan cuka dan mustard mienya akan enak. Mereka sedang membicarakan naengmyeon. Ini resep eksklusif Senior Letnan Ahn,” jawab Woo Geum.

Byung Soo jelas marah, apa mereka sudah gila. Mereka diminta untuk melapor bukan berbagi resep. Kenapa seorang Kapten bisa ceroboh seperti itu?


Byung Soo mendapatkan telepon dan bingung harus menjawab apa. Sementara Dae Young hanya senyam senyum di belakannya. Byung Soon disuruh untuk cepat memberikan laporan, karena perwakilan korea utara baru saja memasuki Seoul. 

Petugas lainnya memberitahu kapten Ahn masuk dalam daftar pencarian Interpol sebagai tersangka pembunuhan. Dua hari yang lalui di Tokyo, saksi utama untuk kasus yakuza akan bersaksi di pengadilan. Dia ditembak mati oleh seorang penembak jitu dari kejauhan. Penembak itu ditemukan tewas di bangunan tempatnya menembak. Kapten Ahn dicari karena telah membunuh penembak jitu itu.

“Memangnya siapa penembak itu?” tanya Byung Soo.


Si Jin melihat foto si penembak jitu yang diberi Dae Young. Dae Young menjelaskan penembak jitu adalah orang yang mereka yaitu sersan Rhee Seok Jin dan betugas di battalion yang sama dengan Jung Joon.

“Dia membunuh mantan bawahannya yang terlibat dalam pembunuhan yakuza,” ucap Si Jin, Dae Young rasa sepertinya itu memang misinya.

Si Jin bertanya apa Dae Young sudah tahu apa isi chip yang ada di legan Jung Hoon. Dae Young mengatakan Chip itu dilindungi dengan kode dan membutuhkan waktu seminggu dan Korea utara meminta kita menyerahkan kapten Ahn besok.

Si Jin menyimpulkan mereka harus mengikuti perintah dan tak punya waktu. Dae Young menambahkan Si Jin harus membuatnya buka mulut. Si Jin memberitahu kalau Jung Hoon tahu mereka sedang mengawasinya, jadi ia tak mau bicara. Dae Yong mengatakan biasanya kaptennya akan menggunakan foto keluarga.  Si Jin berpikir untuk menggunakan metode yang lain dan membutuhkan Mo Yeon serta chipnya.

“Apa maksudmu chip yang sedang diselidiki oleh NIS?” tanya Dae Young. Si Jin mengira Dae Young tak bisa mencurinya. Ia berpikir mereka sudah salah langkah seharusnya mem,buat salinannya dulu. Dae Young mengeluarkan SD Card dari jasnya. Si Jin memuji Dae Young yang pintar dan mengambil SD Card. Dae Young pun segera memanggil Mo Yeon.


Mo Yeon memeriksa Jung Joon, memberitahu keadaan pergelangan tangan dan paha terdapat potongan tulang yang patah serta mendapatka 4 luka tembak yang akan meninggalkan bekas. Jung Joon hanya diam.
Tapi yang dikhawatirkan Mo Yeon adalah pecahan peluru yang bersarang di tulang belakangmu. Jika dibiarkan akan membahayakan sarafmu, lalu bagian bawah tubuhmu akan lumpuh.  

“Tuan Ahn, ini adalah sebuah keajaiban bahwa kau berhasil selamat. Jadi jangan sia-siakan hidupmu. Pasien yang disebelahmu juga begitu. Dia sudah gila,” ucap Mo Yeon melirik sini kea rah Si Jin.

Mo Yeon mendekati Si Jin mengatakan, sebenarnya ia tak mau membahasanya, tapi mengingatkan tentara tentara di Urk. Si Jin bertanya siapa maksudnya. Mo Yeon mengatakan Si Jin pasti tahu, pria yang memarahinya karena mengoperasi VIP. Pria jelek yang telah menghukummu. Dia mendatangi timku dan memeriksa semua obat-obat kami.

“Memangnya dia siapa? Beraninya dia memperlakukan kami…” ucapan Mo Yeon terhenti karena Si Jin langsung menutup mulutnya dan menyuruhnya diam. Woo Geum dan Byung Soo mendengarnya dari earphone. Si Jin menuliskan “ruangan ini sedang disadap” di tangan Mo Yeon. Mo Yeon kaget dan panik.

Si Jin memberikan kode denga tangan agar Mo Yeon tetap berbicara. Dengan gugup mengatakan ia sangat bahagia bertemu dengan Byung Soo bahkan hampir memeluknya.  Si Jin menuliskan sesuatu di kelender sambil berkomentar Byung Soo pasti tahu karena ia pria yang hebat. Mo Yeon membenarkan.

Si Jin mengganti pembicaraan dengan menanyakan kabar ibu Mo Yeon. Mo Yeon sempat bingung, lalu lancar menceritakan ibunya terus membanggakan masakannya dan terus menghabiskan uangnya.

Si Jin menunujukan tulisannya di kelender pada Mo Yeon “Aku butuh tempat pribadi untuk bicara dengan senior letnan Ahn.” Mo Yeon menjawab kabar ibunya baik-baik saja. Si Jin meminta maaf karena belum bisa menyapanya dan mereka harus mencari hari yang bagus dan memilih tempat pertemuan.


Byung Soo tetap mendengar pembicaraan keduanya. Mo Yeon menolak karena ibunya pasti tidak mau. Si Jin menatap Mo Yeon berjanji tak akan membuatnya khawatir. Mo Yeon tak percaya. Si Jin memohon sambil meliik Jung Joon. Mo Yeon mengatakan mulai sekarang meskipun mabuk kau tak boleh melupakanku.

“Tua Ah tolong ikut aku ke ruang CT dalam 30 menit lagi. kau harus menjalani tes lagi. Tolong tepat waktu karena masih banyak pasien yang lain.” Tegas Mo Yeon. Si Jin mengangguk mengerti.

Mo Yeon keluar dari ruangan dan sambil menghapus tulisan di tangannya. Ia terkejut dengan Byung Soo yang tiba-tiba muncul di depannya. Mo Yeon bersikap senang bisa bertemu dengannya di sini. Byung Su menganggap Mo Yeon sudah memeluknya.

Mo Yeon menegok dari pintu memastikan tidak ada siapapun yang mendengarnya. Ji Soo bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Mo Yeon meminta waktu 10 menit karena hanya tempat Ji Soo yang tak di sadap. Ji Soo heran melihat Mo Yeon yang aneh.


Dengan serius memberitahu, kalau ia sekarang bekerja untuk bagian pemerintahan. Ji Soo mengejek apa pemerintahan tahu. Mo Yeon meminta Ji Soo berjanji meski pemerintahan tak mengakuiku, kau akan selalu mengingatku. Akhirnya Ji Soo berteriak menanyakan lagi apa yang terjadi. Mo Yeon meminta agar Ji Soo diam.



Di ruang CT Scan, Si Jin kembali menginterogasi Jung Joon dengan memberitahu tempat ini tidak disadap. Jung Joo memeriksa semua ruangan untuk memastikannya. Si Jin mengaku telah mengkhianti timnya dan mereka mempunyai waktu 10 menit, serta hanya ingin membantu Jung Joon.

“Apa yang terjadi? Apa ini karena sersan Rhee Seok Jin? Kenapa kau membunuhnya?” tanya Si Jin.

Jung Joo meminta dikembalikan dulu barang-barangnya dulu. Si Jin memberikan SD Card itu dan ingin tahu apa isinya.

Jung Hoon bercerita, anggota terbaik kami disewa ileh sindikat kejahatan seperti yakuza atau mafia sebagai penembak jitu dengan harga yang tinggi.

Flashback

Sersan Rhee ada di atap gedung sedang menembak dari jarak jauh. Lalu melapor kalau misi selesai dan meminta segera mentransfer uangnya. Jung Joon sempat bertemu dengan sersan Rhee ketika menuruni tangga.

“Misiku adalah menghabisi pengkhianat dan siapa yang memerintahnya.” Ucap Jung Joon.

“Apa kau sudah menemukan bukti siapa dalangnya?”

Jung Joon memperlihatkan SD Card di tangannya. Si Jin mengatakan kodenya terlalu sulit. Apa passwordnya atau beritahu apa isinya. Jung Joon langsung menelan SD Card itu.

“Negaraku lah yang akan mengurus masalah ini.”

“Negaramu itu sudah merencanakan sesuatu. Komandan Choi sedang dalamj perjalanan untuk segera menemuimu. Besok pagi kami akan menyerahkanmu ke Utara.” Ucap Si Jin.


Di tangga darurat, Mo Yeon bertanya apa tempat ini disadap juga. Si Jin tersenyum menjawab tidak. Mo Yeon menghela napas lega, ia merasa sesak napas sejak tadi. Si Jin mengucapkan terima kasih dan semuanya akan kembali normal. Mo Yeon membenci keberanian Si Jin dan bertanya apa ia sudah bicara dengan temannya.

“Ya, itu semua berkat kau. Oh iya namanya Ahn Jung Joon. Dia adalah letnan senior.”

“Begitu ya. Apa tak masalah kau memberitahuku namanya?”

“Aku berharap ada orang lain yang bisa mengingatnya. Dan lebih bagus lagi, orang itu adalah orang yang seberani dirimu.”

Min Ji memeriksa selang infuse Jung Joon dan memberitahu Chul Ho pasien sudah diberikan obat penghilang rasa sakit dan obat penenang, jadi akan tertidur sekitar 5 jam. Chul Hoo mengangguk mengerti lalu memastikan borgol terpasang dan langsung keluar dari ruangan

Jung Joon membuka matanya, melepaskan jarum infuse dan membuka borgol menggunakan jarum. Lalu memasang perban pada kakinya dan sengaja menahan pintu dengan tempat tidur. Lalu memecahkan jendela kaca dengan alat pemadam kebakaran. Penjaga diluar yang mendengar suara itu langsung berusaha membuka pintu yang tertahan tempat tidur.

Jung Joon sendiri sudah bergelantung di pinggir jendela dan mengayunkan badannya untuk menerobos masuk ke jendela lantai bawah. Ia berguling dilantai dengan bahu terluka. Saat akan berjalan pergi, ada Si Jin tepat berdiri di depannya dengan mengarahkan pistol di kepalanya.
Bersambung ke part 2….


   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar