Minggu, 10 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 12 Part 1




Woo Geum bertanya apa terjadi sesuatu. Dae Young merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi sambil melihat ke tempat tidur Si Jin yang sudah ada seragam tentara, pistol, kalung ID-nya.

Si Jin berada di dalam mobilnya sembari memperbaiki letak kaca spion di depannya. Kemudian menghubungi pengawal Mubarat untuk menggunakan kartu terakhirnya. Ia membutuhkan helikopter dan kencan sekali lagi. mobilnya melaju kencang menelusuri jalan mendaki.

Di ruang rawat, Myeong Ju terbangun melihat Dae Young berdiri di depannya, memberitahu ia sudah sedikit baikan karena obatnya bekerja dengan baik. Dae Young merasa bersyukur. Myeong Ju baru sadar Dae Young tidak memakai seragamnya. Dan bertanya, Apa Dae Young mau pergi ke suatu tempat.


Dae Young mengatakan sekarang mereka kehilangan kontak dengan Dr. Kang dan Big Boss. Dr. Kang yang tak bisa dihubungi karena diculik dan Big Boss yang tak bisa dihubungi karena memulai gerakan ‘One-man’.

“Lalu sekarang…” ucap Myeong Ju yang berpikir Dae Young mau membantu Si Jin. Tapi ucapannya dipotong Dae Young mengatakan kalau ia ingin menggunakan hadiah-nya.   

Myeong Ju terdiam, Dae Young mendekat mencium kening Myeong Ju. Lalu melepaskan kalung ID-nya dan menaruh di telapak tangan Myeong Ju, berharap Myeong Ju cepat sembuh.

Dae Young mengingatkan, jika Myeong Ju kehilangan name tag itu, maka ia harus membelinya lagi. Myeong Ju pun membalas, Dae Young harus kembali dengan selamat. Keduanya saling memberikan senyuman.


Dae Young memberitahu kepada tiga anak buahnya, Woo Geum, Kwang Nam, dan Chul Ho kalau mereka akan melakukan gerakan misi ‘Black’ melawan musuh yang memiliki senjata dan tak ada bantuan lain selain pasukan kita sendiri. Kemungkinan mereka tak akan selamat. Jadi jika ada yang tak ingin ikut, akan tetap dimaafkan.

Dae Young bertanya, ada pertanyaan? Semuanya menjawab tidak ada. Dae Young mengatakan, istrirahat mereka telah berakhir. Mulai saat ini Tim Alpah akan beraksi. Semuanya pun mempersiapkan peralatan sejatanya masing-masing. Dan memakai pakaian serba hitam.

Di ruang rapat Korea, beberapa petinggi Korea sedang berkumpul. Letjen Yoon tampak tegang karena mengizinkan anak buahnya melakukan penyelamatan tanpa persetujuan pemerintah.


Si Jin mulai beraksi melompati pagar dengan membawa senapan panjangnya dan membuat salah satu penjaga pingsan. Di ruang CCTV , seorang penjaga melihat sesuatu yng mencurigakan, lalu keluar dengan membawa pistol. Tiba-tiba Si Jin menarik tangan si penjaga itu  dari bawah hingga jatuh ke bawah dan ia berhasil naik le lantai dua.



Si Jin pun masuk ke dalam ruangan dengan penuh kewaspadaan dan berhasil melumpuhkan satu penjaga. Kemudian masuk ke ruang yang terdapat beberapa anak kecil yang disandera di dalam kamar. Ia mengisyarakatkan supaya anak-anak tak bersuara lalu menembak CCTV.  

Tommy melihat transfer dari dalam laptopnya, lalu memberitahukan kesepakatan dengan Urk Utara sudah selesai dan pihak Urk sudah mentransfer uangnya. Argus mengucapkan selamat tinggal pada laptopnya yang ia masukkan dalam akuarium, sambil menari-nari bahagia karena mendapatkan uang.


Argus menurunkan sebuah lukisan yang dibelakangnya terdapat brangkas, lalu membuka brangkas mengeluarkan tumpukan uang dan berlian. Tommy menanyakan bagaimana dengan nasib-nasib anak-anak itu. Argus menyuruh menembak segala sesuatu yang tidak muat dalam koper. Lalu dengan menggunakan walkie talkie memerintahkan untuk mengurus anak-anak itu.

Pria berkulit hitam dan dua pria lainnya menerima perintah itu. Layar CCTV sudah tak lagi menampilkan rekaman dari ruang penyanderaan. Mereka pun langsung keluar dan sudah banyak asap gas air mata, Si Jin dengan cepat menembak semua pria itu.

Tetapi dari belakang seseorang memerintahkan untuk menjatuhkan pistolnya, pria itu sudah memegang seorang anak sebagai sanderaannya. Si Jin mengangkat tangan dan saat itu pula pria itu terkena tembak dari belakang.


Si Jin kaget melihat Dae Young yang menembak pria itu, dan datang bersama beberapa anak buahnya. Ia heran kenapa mereka ada di tempat ini juga. Dae Young malah balik bertanya kenapa Si Jin mengangkat tangannya tadi.

Si Jin mengaku ia hanya gugup karena sendirian. Dan beralasan kalau ia hanya mau menyambut kedatangan mereka dengan mengangkat tangan. Dae Young mengatakan, tak perlu gugup karena kami datang dalam misi Tim Alpha sekarang.   

Si Jin mengucapkan terima kasih karena mereka sudah mau bergabung dalam tim. Ia juga memberikan perintah sebagai Kapten Big Boss. Piccolo dan Harry Potter bertugas melindungi anak-anak dan keluar dari sini dengan cepat. Lalu Wolf dan Snoopy ikut dengan dirinya dalam misi penyelematan sandera. Dan mereka bersiap melaksanakan tugas masing-masing.



Di Korea Selatan, Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional (KULN & KN) menanyakan siapa yang memulai misi itu. Letjen Yoon menjawab, pada pukul 20:20 waktu Korea, pasukan khusus Republik Korea telah melaksanakan misi ‘Black’. 

Si KULN & KN marah menanyakan memang siapa yang mengizinkan mereka untuk bergerak. Karena tentara AS telah berjanji untuk menyelematkan sandera dalam waktu 24 jam. 

Letjen Yoon membela, karena orang yang ingin diselamatkan tentara kita adalah warga negara Korea dan ia tahu alasan apa yang membuat si KULN & KN tak mengerti.

Si KULN & KN membalas, ini bukanlah masalah penyanderaan yang sederhana. Bagaimana kalau kita mengacaukan gerakan CIA dan bertanya siapa yang akan bertanggung jawab.

Letjen Yoon menegaskan dirinya sangat mengerti tentang system politik. Si KULN & KN malah menyuruh Letjen Yoon tidak memotong perkataannya. Letjen Yoon pun menatap si KULN & KN dengan berani.

Si KULN & KN mengatakan masalah keamanan nasional harus ditangani dengan cara politik dan diplomatik. Jadi mereka serahkan saja penyelamatan ini pada tentara AS. Dan mulai meningkatkan penjagaan dan mengontrol pres...

Letjen Yoon kembali memotong perkataan si KULN & KN, “Hei, Pak pejabat…” hahhahha si KULN & KN itu tak percaya dipanggil seperti itu.

Letjen Yoon mengatakan dengan tegas, mungkin  bagi kalian Keamanan Nasional hanyalah omongan diplomatik yang bertele-tele di depan kamera press, tapi bagi pasukanku alasan mereka melindungi negara yang bahkan tak mengenal nama mereka, rela melakukan misi yang mungkin saja merengut nyawa mereka karena mereka percaya bahwa keamanan warga adalah keamanan Nasional.  


Letjen Yoon juga mengatakan ia lah yang akan bertanggung jawab dan bersedia melepaskan seragamnya.
Ki Bum memberikan obat verbal yang dibuat oleh Ye Hwan untuk Myeong Ju minum.  Myeong Ju merasa sudah membuat semua orang khawatir pada dirinya.

Sang Hyun mengaku pertanyaan ini tidak pas ditanyakan saat ini tapi ia sungguh penasaran, apa terjadi sesuatu pada Dr. Kang? Apa sudah ada kabar dari Sersan Seo? Min Ji juga ikut penasaran, apakah Mo Yeon benar diculik? Ja Ae juga ikut menimpali, apa Kapten Yoon dan mereka pergi untuk menyelematkan Dr. Kang?

Myeong Ju menjawab ketiganya untuk jangan khawatir karena mereka pasti akan menyelematkan Dr. Kang bagaimanapun caranya.

Mo Yeon duduk dengan tangan terikat pada kursi, dua pengawal berbadab kekar menjaga di sampingnya. Argus melihat jam dan mengatakan waktunya sudah habis dan mengejek apakah pacar Mo Yeon akan menepati janjinya. Argus pun membawa koper berisi uang dan Mo Yeon keluar dari ruangan dan terlihat dari CCTV. 

Di ruang CCTV suda ada Si Jin, Dae Young dan Woo Geum yang sudah menyadera orang yang menjaga CCTV. Dae Young melihat Argus masih ada di dalam gedung jadi mereka harus cepat bergerak. Si Jin mengatakan mereka akan memulai misi sekarang. Helikopter sudah ada di atas gedung.

Si Jin sudah ada di lorong saat Argus datang, mengatakan sudah menyiapkan rute rahasia seperti yang diminta. Tapi Argus juga ingin Si Jin mengantarkan dirinya ke sana.  Si Jin menegaskan kalau ia sudah menepati janjinya jadi sekarang Argus harus melepaskan sandera. Mo Yeon pun keluar. Dari kejauhan Si Jin melihat wajah Mo Yeon yang terluka. 


Si Jin pun marah melihat itu dan langsung mengangkat pistolnya, serta menyuruh penembak jitu untuk bersiap. Dae Young menjawab Wolf sudah siap dan sudah membidiknya sekarang.

Si Jin melihat Mo Yeon memakai bom rakitan dan Argus yang memegang tombol, ia meminta agar Dae Young menahan tembakkannya. Lalu bertanya pada Woo Geum apa ia tahu jenis bom yang melekat pada sandera.

Woo Geum menjawab, dari bentuknya itu adalah rompi bom waktu yang biasa. Tapi pemicunya ada di tangan Argus, jika ia melepasnya bom akan meledak. Dae Young bertanya, bagaimana kalau ia memotong pergelangannya saja. Woo Geum menyahut, jika kau menembaknya, rompi akan meledak.

Si Jin bertanya apa tak ada cara yang lain. Woo Geum mengatakan ia akan segera datang ke TKP. Mo Yeon yang mengerti ucapan Si Jin berusaha menahan air mata dan ketakutannya.   

Argus melihat dari jendela lampu helikopter yang berkeda-kedip dan menyuruh untuk mendaratkan helikopter itu.  Si Jin malah menyuruh Argus melepaskan Mo Yeon dulu atau Argus tak akan pergi. Argus malah mengancam, ia harus berada di tempat yang aman dulu atau Mo Yeon akan mati.

Woo Geum datang dan mengatakan, pasti ada wireless yang terhubung pada pemicunya, jadi ulur waktunya. 

Argus tak mengerti apa yang dibicarakan mereka karena menggunakan bahasa Korea, lalu bertanya pada Mo Yeon apa yang mereka bicarakan. Mo Yeon berbohong, mengatakan cuaca hari ini adalah hari yan indah. Argus langsung menaruh pistol di kepala Mo Yeon untuk mengancamnya karena berbohong. 



Si Jin langsung menembak pistol Argus dan membuat pistolnya terjatuh. Argus marah mengatai Si Jin sudah gila.

“Kau bisa bilang begitu. Jadi, jangan menakut-nakutinya. Jangan menyetuhnya. Jangan berbicara padanya. Kau hanya punya urusan denganku. Bawa aku saja,” ujar Si Jin. Argus menolak, dan mengatakan lebih menyenangkan untuk berpergian dengan wanita cantik.

Woo Geum dengan yakin memberitahu wireless sudah ditemukan, yaitu lampu hijau yang kedap-kedip di bahu sebelah kanan. 


Si Jin pun melihatnya dan menurunkan senjatanya untuk berbicara dengan Mo Yeon.

“Maaf karena datang terlambat. Jangan bergerak, tetap berdiri di tempatmu. Kau percaya padaku kan? Jangan sampai bergerak.” Ucap Si Jin lalu menodongkan pistolnya ke depan.


Argus heran apa yang dilakukan Si Jin sekarang. Si Jin menjawab dengan bahasa Korea, menembak. Peluru mengenai sedikit bahu Mo Yeon dan langsung ditembakkan kea rah dinding. Dae Young juga menembak anak buah Argus dari jarak jauh. Si Jin menembak lampu hingga terjatuh membuat Argus tak bisa bangkit. Mo Yeon terduduk dengan luka di bahunya.

Woo Geum berusaha melepaskan rompi bom yang dipakai Mo Yeon. Si Jin bertanya berapa banyak waktu tersisa. Woo Gum menjawab 1 menit dna yakin bisa melepaskannya dalam 1 menit dan meminta Mo Yeon tak bergerak.

Mo Yeo menyahut, ia memang tak mau bergerak dan mencobanya, tapi badannya bergetar sendiri. Si Jin menyuruh Mo Yeon untuk melihatnya. Si Jin menyakinkan Mo Yeon untuk tidak khawatir, Selama 15 tahun berkecimpung di dunia militer, ia tak pernah melihat staf Sersan Choi gagal menjinakkan bom karena ia adalah yang terbaik di dalam timnya.   

Mo Yeon mengatakan waktunya tinggal 30 detik dan menyuruh Si Jin untuk pergi. Si Jin berkata Mo Yeon tak tahu apa yang bisa dilakukan dalam 30 detik. Saat itulah, Woo Geum berhasil memotong kabelnya dan melepaskan rompinya.

Woo Geum memberitahu ia bisa melepaskan rompinya tapi tak bisa menjinakkannya. Lalu meminta semua berlindung dan melempar bom rompi itu keluar gedung. Si Jin pun memeluk Mo Yeon dan terjadi ledakkan besar di luar.

Mo Yeon melihat tangan Argus bergerak  mengambil pistol, Dae Young lewat radio memberitahu Si Jin di sisi kirinya. Si Jin pun mellindungi Mo Yeon dan tertembak di bagian belakangnya. Argus mau pergi membawa koper uangnya. Dae Young menembaknya dan sedikit melesat karena Argus bisa menghindarinya. 


Si Jin berbalik dan berbaring sambil menutup mata Mo Yeon yang ada dipelukkannya dengan sengaja, meminta agar Mo Yeon melupakan kejadian ini. Si Jin pun menembak Argus beberapa kali dengan airmata yang berurai, hingga mengenai tangan Argus dan akhirnya terjatuh.

Keduanya sudah di dalam helikopter. Si Jin menerima telepon dari Letjen Yoon. Si Jin melaporkan misi telah selesai dan dalam perjalanan ke balik ke camp. Target sudah dilumpuhkan dan sandera sudah selamat. Mo Yeon menatap Si Jin yang sedang berbicara.

Si Jin bersedia menerima hukuman karena menyelematkan Mo Yeon. Letjen Yoon mengatakan Si Jin tak akan menerima penghargaan apa pun dam juga tak menerima hukuman. Si KULN & KN menyindir, apa sekarang kita bisa menganggap ini adalah misi di bawah perintahmu. Letjen Yoon membenarkan.

Tiba-tiba semua langusung berdiri karena Presiden Korea Selatan masuk ke dalam ruangan, mengatakan ia sudah melihat laporannya sebelum datang, jadi meminta semuanya untuk duduk kembali. Si KULN & KN memberikan tempat duduknya pada Presiden.

Presiden mendengar sanderanya sudah selemat. Si KULN & KN membenarkan dan menyinggung masalah CIA serta menghukum orang yang mengeluarkan perintah penyelamatan. Presiden bertanya, apa Letjen Yoon setuju dengan hal itu. Letjen Yoon menjawab ia setuju. Tapi Presiden malah tak setuju.

“Kenapa kita harus menghukum pasukan yang berhasil dalam misi. Sandera sudah aman. Sekarang adalah masalah politik dan diplomatic. Itu artinya semua adalah tanggung jawabku. Aku akan mengurusnya sekarang.” ucap presiden.

Presiden juga mengucapkan terima kasih kepada Letjen Yoon yang telah menyelamatkan warga negaranya tanpa cedera. Lalu menbungkukkan badannya pada Letjen Yoon yang dibalas dengan memberikan hormat sebagai tentara.


Saat mendengar suara helikopter, Myeong Ju langsung melepaskan infusnya dan berlari keluar dan ia hampir terjatuh saat menuruni tangga, untung Dae Young menahannya agar tak terjatuh. Myeong Ju memegang pipi Dae Young memastikannya pulang dengan selamat.

Mo Yeon berjalan di reruntuhan bangunan, melihat Si Jin melihat foto dengan sedih dan membakar foto itu.

Ja Ae membersihkan luka di pundak Mo Yeon, Min Jin mengatakan selama ini ia belum pernah melihat luka tembak. Sang Hyun merasa luka tembak lumrah terjadi di tempat mereka sekarang. Ja Ae memberitahu, Mo Yeon akan mendapatkan beberapa jahitan.

Sang Hyun menyuruh Mo Yeon untuk mengigit pena agar mendapatkan vodka dan akan mengingat pengorbanannya. Ja Ae langsung memukulnya, Sang Hyun protes kenapa ia dipukul. Padahal itu cara para tentara untuk mengatasi luka tembak dan mengejek Ja Ae tak pernah menonton film.

Ja Ae mengatakan, dalam film horror biasanya yang cerewat yang duluan mati. Mo Yeon tak bisa lagi menahan rasa sedihnya dan langsung menangis. Sang Hyun menenangkan Mo Yeon dengan menepuk pundaknya.


Esok pagi, semua tentara olahraga lari dengan bertelanjang dada, Dae Young memimpin berteriak meminta semuanya mengatakan “Pria perkasa” sambil berlari. Ja Ae dan Min Ji dan perawat lainnya terkesima melihatnya. 


Sang Hyun yang ada di situ memanggil Dae Young dan mengatakan sudah berusaha untuk diam, tapi otak pintarnya tak bisa lagi menahannya. Dan protes kenapa mereka harus melihat adeganm senonoh ini tiap pagi. Karena itu adlah pengaruh yang berbahaya. Dae Young hanya tersenyum menepuuk bahu Sang Hyun dan pergi menyusul anak buahnya.



Mo Yeon berjalan dan melihat Si Jin berjalan ke arahnya. Si Jin bertanya bagaimana dengan luka tembak Mo Yeon. Mo Yeon bertanya bagaimana keadaan Fatiman. Si Jin menjawab, Fatima baik-baik saja dan dirawat di Markas Komando dan akan pulih sepenuhnya.

Tetapi Mo Yeon tak begitu percaya. Si Jin heran kenapa Mo Yeon meragukannya. Mo Yeon mengatakan karena Si Jin selalu saja berbohong padanya. Anak-anak dari desa berhantu yang Si Jin bilang sudah aman, nyatanya disandera bersama dirinya. Si Jin meminta maaf karena tak ingin membuat Mo Yeon khawatir.

“Apa lagi yang kau sembunyikan, agar aku tidak khawatir?” tanya Mo Yeon.

Si Jin pun mengingat saat pertama kali bertemu Mo Yeon. Saat Mo Yeon kenapa bisa mendapatkan luka di perutnya, Si Jin berbohong mengatakan ia terluka saat menjadi buruh. Sewaktu pulang dari markas, Mo Yeon menanyakan keadaannya apakah terluka, Si Jin mengatakan baik-baik saja dan berbohong hanya kecelakaan mobil. Saat pergi ke kota, Mo Yeon bertanya apakah sesuatu terjadi. Si Jin berbohong mengatakan ia harus pergi ke markas besar, padahal ia bertemu dengan Argus.

Si Jin mengaku tidak ada kebohongan lainnya. Tapi Mo Yeon tahu Si Jin berkata bohong lagi. Mo Yeon mengerti kenapa Si Jin selalu berbohong padanya. Bahkan hal itu tidak bisa ia keluhkan atau pertengkarkan. Karena kebohongan itu adalah tentang hidup dan mati seseorang, politik dan diplomasi, masa depan seluruh bangsa. Si Jin hanya bisa diam.

Mo Yeon mengatakan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Si Jin selalu bercanda untuk menutupi apa yang tak bisa dikatakannya pada Mo Yeon. Dan Mo Yeon tak akan percaya pada Si Jin. Lalu pada akhirnya mereka tak bisa mengatakan apa-apa.

Mo Yeon hanya ingin bercerita tentang orang yang mengambil 2 slot parkir, kebingungannya memilih makan siang, atau paketnya yang terlambat. Mo Yeon tertunduk menahan tangisnya.

“Kalau begitu, katakan. Semua yang kau katakan itu sangat penting untukku,” ucap Si Jin.

“Aku tahu itu. Aku percaya, tapi aku tak bisa mengatakan hal-hal seperti itu pada seseorang yang melindungi orang lain dari tembakan peluru.” Sahut Mo Yeon.

“Kau mau putus denganku?” tanya Si Jin dengan mata merah yang mulai berkaca-kaca.

“Aku ingin tahu, apakah kau seorang yang bisa aku temani?” ucap Mo Yeon dan langsung berjalan meninggalkan Si Jin.

Mo Yeon mengingat perkatan Argus saat disandera, “Big Boss… dia cerdas, lucu, dan misterius. Tapi dia punya banyak rahasia. Dia akan menghilang dan sulit dihubungi. Lalu, suatu hari dia tidak akan pernah kembali.

Bersambung ke part 2….

Komentar:
Aku tahu bagaimana perasaan Mo Yeon. Siapa pun itu pasti tidak suka dibohongi, apalagi dibohongi oleh orang yang kita cintai. Mo Yeon merasa kebohongan Si Jin adalah jarak antara dirinya dengan Si Jin. Mo Yeon merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentang pacarnya sendiri.
Dan memang lagi-lagi pekerjaan Si Jin selalu membuat Si Jin merahasiakan segalanya dari Mo Yeon bahkan sedari awal mereka bertemu. Tapi kalau mereka bisa saling mengerti, hubungan mereka pasti akan aman-aman saja. Namun sebuah pengertian adalah hal yang paling susah untuk digapai dalam sebuah hubungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar