Woo Geum
bertanya apa terjadi sesuatu. Dae Young merasakan sesuatu yang buruk akan
terjadi sambil melihat ke tempat tidur Si Jin yang sudah ada seragam tentara,
pistol, kalung ID-nya.
Si Jin berada di
dalam mobilnya sembari memperbaiki letak kaca spion di depannya. Kemudian
menghubungi pengawal Mubarat untuk menggunakan kartu terakhirnya. Ia
membutuhkan helikopter dan kencan sekali lagi. mobilnya melaju kencang
menelusuri jalan mendaki.
Di ruang rawat, Myeong
Ju terbangun melihat Dae Young berdiri di depannya, memberitahu ia sudah
sedikit baikan karena obatnya bekerja dengan baik. Dae Young merasa bersyukur.
Myeong Ju baru sadar Dae Young tidak memakai seragamnya. Dan bertanya, Apa Dae
Young mau pergi ke suatu tempat.
Dae Young
mengatakan sekarang mereka kehilangan kontak dengan Dr. Kang dan Big Boss. Dr.
Kang yang tak bisa dihubungi karena diculik dan Big Boss yang tak bisa
dihubungi karena memulai gerakan ‘One-man’.
“Lalu sekarang…”
ucap Myeong Ju yang berpikir Dae Young mau membantu Si Jin. Tapi ucapannya
dipotong Dae Young mengatakan kalau ia ingin menggunakan hadiah-nya.
Myeong Ju
terdiam, Dae Young mendekat mencium kening Myeong Ju. Lalu melepaskan kalung
ID-nya dan menaruh di telapak tangan Myeong Ju, berharap Myeong Ju cepat
sembuh.
Dae Young
mengingatkan, jika Myeong Ju kehilangan name tag itu, maka ia harus membelinya
lagi. Myeong Ju pun membalas, Dae Young harus kembali dengan selamat. Keduanya
saling memberikan senyuman.
Dae Young
memberitahu kepada tiga anak buahnya, Woo Geum, Kwang Nam, dan Chul Ho kalau
mereka akan melakukan gerakan misi ‘Black’ melawan musuh yang memiliki senjata
dan tak ada bantuan lain selain pasukan kita sendiri. Kemungkinan mereka tak
akan selamat. Jadi jika ada yang tak ingin ikut, akan tetap dimaafkan.
Dae Young
bertanya, ada pertanyaan? Semuanya menjawab tidak ada. Dae Young mengatakan,
istrirahat mereka telah berakhir. Mulai saat ini Tim Alpah akan beraksi. Semuanya
pun mempersiapkan peralatan sejatanya masing-masing. Dan memakai pakaian serba
hitam.
Di ruang rapat
Korea, beberapa petinggi Korea sedang berkumpul. Letjen Yoon tampak tegang
karena mengizinkan anak buahnya melakukan penyelamatan tanpa persetujuan
pemerintah.
Si Jin mulai
beraksi melompati pagar dengan membawa senapan panjangnya dan membuat salah
satu penjaga pingsan. Di ruang CCTV , seorang penjaga melihat sesuatu yng
mencurigakan, lalu keluar dengan membawa pistol. Tiba-tiba Si Jin menarik
tangan si penjaga itu dari bawah hingga
jatuh ke bawah dan ia berhasil naik le lantai dua.
Si Jin pun masuk
ke dalam ruangan dengan penuh kewaspadaan dan berhasil melumpuhkan satu
penjaga. Kemudian masuk ke ruang yang terdapat beberapa anak kecil yang
disandera di dalam kamar. Ia mengisyarakatkan supaya anak-anak tak bersuara
lalu menembak CCTV.
Tommy melihat
transfer dari dalam laptopnya, lalu memberitahukan kesepakatan dengan Urk Utara
sudah selesai dan pihak Urk sudah mentransfer uangnya. Argus mengucapkan
selamat tinggal pada laptopnya yang ia masukkan dalam akuarium, sambil
menari-nari bahagia karena mendapatkan uang.
Argus menurunkan
sebuah lukisan yang dibelakangnya terdapat brangkas, lalu membuka brangkas
mengeluarkan tumpukan uang dan berlian. Tommy menanyakan bagaimana dengan
nasib-nasib anak-anak itu. Argus menyuruh menembak segala sesuatu yang tidak
muat dalam koper. Lalu dengan menggunakan walkie talkie memerintahkan untuk
mengurus anak-anak itu.
Pria berkulit
hitam dan dua pria lainnya menerima perintah itu. Layar CCTV sudah tak lagi
menampilkan rekaman dari ruang penyanderaan. Mereka pun langsung keluar dan
sudah banyak asap gas air mata, Si Jin dengan cepat menembak semua pria itu.
Tetapi dari
belakang seseorang memerintahkan untuk menjatuhkan pistolnya, pria itu sudah
memegang seorang anak sebagai sanderaannya. Si Jin mengangkat tangan dan saat
itu pula pria itu terkena tembak dari belakang.
Si Jin kaget
melihat Dae Young yang menembak pria itu, dan datang bersama beberapa anak
buahnya. Ia heran kenapa mereka ada di tempat ini juga. Dae Young malah balik
bertanya kenapa Si Jin mengangkat tangannya tadi.
Si Jin mengaku
ia hanya gugup karena sendirian. Dan beralasan kalau ia hanya mau menyambut
kedatangan mereka dengan mengangkat tangan. Dae Young mengatakan, tak perlu
gugup karena kami datang dalam misi Tim Alpha sekarang.
Si Jin
mengucapkan terima kasih karena mereka sudah mau bergabung dalam tim. Ia juga
memberikan perintah sebagai Kapten Big Boss. Piccolo dan Harry Potter bertugas
melindungi anak-anak dan keluar dari sini dengan cepat. Lalu Wolf dan Snoopy
ikut dengan dirinya dalam misi penyelematan sandera. Dan mereka bersiap
melaksanakan tugas masing-masing.
Di Korea
Selatan, Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional (KULN & KN)
menanyakan siapa yang memulai misi itu. Letjen Yoon menjawab, pada pukul 20:20
waktu Korea, pasukan khusus Republik Korea telah melaksanakan misi ‘Black’.
Si KULN & KN
marah menanyakan memang siapa yang mengizinkan mereka untuk bergerak. Karena
tentara AS telah berjanji untuk menyelematkan sandera dalam waktu 24 jam.
Letjen Yoon
membela, karena orang yang ingin diselamatkan tentara kita adalah warga negara
Korea dan ia tahu alasan apa yang membuat si KULN & KN tak mengerti.
Si KULN & KN
membalas, ini bukanlah masalah penyanderaan yang sederhana. Bagaimana kalau
kita mengacaukan gerakan CIA dan bertanya siapa yang akan bertanggung jawab.
Letjen Yoon
menegaskan dirinya sangat mengerti tentang system politik. Si KULN & KN
malah menyuruh Letjen Yoon tidak memotong perkataannya. Letjen Yoon pun menatap
si KULN & KN dengan berani.
Si KULN & KN
mengatakan masalah keamanan nasional harus ditangani dengan cara politik dan
diplomatik. Jadi mereka serahkan saja penyelamatan ini pada tentara AS. Dan
mulai meningkatkan penjagaan dan mengontrol pres...
Letjen Yoon
kembali memotong perkataan si KULN & KN, “Hei, Pak pejabat…” hahhahha si
KULN & KN itu tak percaya dipanggil seperti itu.
Letjen Yoon
mengatakan dengan tegas, mungkin bagi
kalian Keamanan Nasional hanyalah omongan diplomatik yang bertele-tele di depan
kamera press, tapi bagi pasukanku alasan mereka melindungi negara yang bahkan
tak mengenal nama mereka, rela melakukan misi yang mungkin saja merengut nyawa
mereka karena mereka percaya bahwa keamanan warga adalah keamanan Nasional.
Letjen Yoon juga
mengatakan ia lah yang akan bertanggung jawab dan bersedia melepaskan
seragamnya.
Ki Bum
memberikan obat verbal yang dibuat oleh Ye Hwan untuk Myeong Ju minum. Myeong Ju merasa sudah membuat semua orang
khawatir pada dirinya.
Sang Hyun
mengaku pertanyaan ini tidak pas ditanyakan saat ini tapi ia sungguh penasaran,
apa terjadi sesuatu pada Dr. Kang? Apa sudah ada kabar dari Sersan Seo? Min Ji
juga ikut penasaran, apakah Mo Yeon benar diculik? Ja Ae juga ikut menimpali,
apa Kapten Yoon dan mereka pergi untuk menyelematkan Dr. Kang?
Myeong Ju
menjawab ketiganya untuk jangan khawatir karena mereka pasti akan menyelematkan
Dr. Kang bagaimanapun caranya.
Mo Yeon duduk dengan
tangan terikat pada kursi, dua pengawal berbadab kekar menjaga di sampingnya.
Argus melihat jam dan mengatakan waktunya sudah habis dan mengejek apakah pacar
Mo Yeon akan menepati janjinya. Argus pun membawa koper berisi uang dan Mo Yeon
keluar dari ruangan dan terlihat dari CCTV.
Di ruang CCTV
suda ada Si Jin, Dae Young dan Woo Geum yang sudah menyadera orang yang menjaga
CCTV. Dae Young melihat Argus masih ada di dalam gedung jadi mereka harus cepat
bergerak. Si Jin mengatakan mereka akan memulai misi sekarang. Helikopter sudah
ada di atas gedung.
Si Jin sudah ada
di lorong saat Argus datang, mengatakan sudah menyiapkan rute rahasia seperti
yang diminta. Tapi Argus juga ingin Si Jin mengantarkan dirinya ke sana. Si Jin menegaskan kalau ia sudah menepati
janjinya jadi sekarang Argus harus melepaskan sandera. Mo Yeon pun keluar. Dari
kejauhan Si Jin melihat wajah Mo Yeon yang terluka.
Si Jin pun marah
melihat itu dan langsung mengangkat pistolnya, serta menyuruh penembak jitu
untuk bersiap. Dae Young menjawab Wolf sudah siap dan sudah membidiknya
sekarang.
Si Jin melihat
Mo Yeon memakai bom rakitan dan Argus yang memegang tombol, ia meminta agar Dae
Young menahan tembakkannya. Lalu bertanya pada Woo Geum apa ia tahu jenis bom
yang melekat pada sandera.
Woo Geum
menjawab, dari bentuknya itu adalah rompi bom waktu yang biasa. Tapi pemicunya
ada di tangan Argus, jika ia melepasnya bom akan meledak. Dae Young bertanya,
bagaimana kalau ia memotong pergelangannya saja. Woo Geum menyahut, jika kau
menembaknya, rompi akan meledak.
Si Jin bertanya
apa tak ada cara yang lain. Woo Geum mengatakan ia akan segera datang ke TKP. Mo
Yeon yang mengerti ucapan Si Jin berusaha menahan air mata dan ketakutannya.
Argus melihat
dari jendela lampu helikopter yang berkeda-kedip dan menyuruh untuk mendaratkan
helikopter itu. Si Jin malah menyuruh
Argus melepaskan Mo Yeon dulu atau Argus tak akan pergi. Argus malah mengancam,
ia harus berada di tempat yang aman dulu atau Mo Yeon akan mati.
Woo Geum datang
dan mengatakan, pasti ada wireless yang terhubung pada pemicunya, jadi ulur
waktunya.
Argus tak
mengerti apa yang dibicarakan mereka karena menggunakan bahasa Korea, lalu
bertanya pada Mo Yeon apa yang mereka bicarakan. Mo Yeon berbohong, mengatakan
cuaca hari ini adalah hari yan indah. Argus langsung menaruh pistol di kepala
Mo Yeon untuk mengancamnya karena berbohong.
Si Jin langsung
menembak pistol Argus dan membuat pistolnya terjatuh. Argus marah mengatai Si
Jin sudah gila.
“Kau bisa bilang
begitu. Jadi, jangan menakut-nakutinya. Jangan menyetuhnya. Jangan berbicara
padanya. Kau hanya punya urusan denganku. Bawa aku saja,” ujar Si Jin. Argus menolak,
dan mengatakan lebih menyenangkan untuk berpergian dengan wanita cantik.
Woo Geum dengan
yakin memberitahu wireless sudah ditemukan, yaitu lampu hijau yang kedap-kedip
di bahu sebelah kanan.
Si Jin pun melihatnya dan menurunkan senjatanya untuk
berbicara dengan Mo Yeon.
“Maaf karena
datang terlambat. Jangan bergerak, tetap berdiri di tempatmu. Kau percaya
padaku kan? Jangan sampai bergerak.” Ucap Si Jin lalu menodongkan pistolnya ke
depan.
Argus heran apa
yang dilakukan Si Jin sekarang. Si Jin menjawab dengan bahasa Korea, menembak.
Peluru mengenai sedikit bahu Mo Yeon dan langsung ditembakkan kea rah dinding.
Dae Young juga menembak anak buah Argus dari jarak jauh. Si Jin menembak lampu
hingga terjatuh membuat Argus tak bisa bangkit. Mo Yeon terduduk dengan luka di
bahunya.
Woo Geum
berusaha melepaskan rompi bom yang dipakai Mo Yeon. Si Jin bertanya berapa
banyak waktu tersisa. Woo Gum menjawab 1 menit dna yakin bisa melepaskannya
dalam 1 menit dan meminta Mo Yeon tak bergerak.
Mo Yeo menyahut,
ia memang tak mau bergerak dan mencobanya, tapi badannya bergetar sendiri. Si
Jin menyuruh Mo Yeon untuk melihatnya. Si Jin menyakinkan Mo Yeon untuk tidak
khawatir, Selama 15 tahun berkecimpung di dunia militer, ia tak pernah melihat
staf Sersan Choi gagal menjinakkan bom karena ia adalah yang terbaik di dalam
timnya.
Mo Yeon
mengatakan waktunya tinggal 30 detik dan menyuruh Si Jin untuk pergi. Si Jin
berkata Mo Yeon tak tahu apa yang bisa dilakukan dalam 30 detik. Saat itulah,
Woo Geum berhasil memotong kabelnya dan melepaskan rompinya.
Woo Geum
memberitahu ia bisa melepaskan rompinya tapi tak bisa menjinakkannya. Lalu
meminta semua berlindung dan melempar bom rompi itu keluar gedung. Si Jin pun
memeluk Mo Yeon dan terjadi ledakkan besar di luar.
Mo Yeon melihat
tangan Argus bergerak mengambil pistol,
Dae Young lewat radio memberitahu Si Jin di sisi kirinya. Si Jin pun
mellindungi Mo Yeon dan tertembak di bagian belakangnya. Argus mau pergi
membawa koper uangnya. Dae Young menembaknya dan sedikit melesat karena Argus
bisa menghindarinya.
Si Jin berbalik
dan berbaring sambil menutup mata Mo Yeon yang ada dipelukkannya dengan
sengaja, meminta agar Mo Yeon melupakan kejadian ini. Si Jin pun menembak Argus
beberapa kali dengan airmata yang berurai, hingga mengenai tangan Argus dan
akhirnya terjatuh.
Keduanya sudah
di dalam helikopter. Si Jin menerima telepon dari Letjen Yoon. Si Jin melaporkan
misi telah selesai dan dalam perjalanan ke balik ke camp. Target sudah
dilumpuhkan dan sandera sudah selamat. Mo Yeon menatap Si Jin yang sedang
berbicara.
Si Jin bersedia
menerima hukuman karena menyelematkan Mo Yeon. Letjen Yoon mengatakan Si Jin tak
akan menerima penghargaan apa pun dam juga tak menerima hukuman. Si KULN &
KN menyindir, apa sekarang kita bisa menganggap ini adalah misi di bawah
perintahmu. Letjen Yoon membenarkan.
Tiba-tiba semua
langusung berdiri karena Presiden Korea Selatan masuk ke dalam ruangan,
mengatakan ia sudah melihat laporannya sebelum datang, jadi meminta semuanya
untuk duduk kembali. Si KULN & KN memberikan tempat duduknya pada Presiden.
Presiden
mendengar sanderanya sudah selemat. Si KULN & KN membenarkan dan
menyinggung masalah CIA serta menghukum orang yang mengeluarkan perintah
penyelamatan. Presiden bertanya, apa Letjen Yoon setuju dengan hal itu. Letjen
Yoon menjawab ia setuju. Tapi Presiden malah tak setuju.
“Kenapa kita
harus menghukum pasukan yang berhasil dalam misi. Sandera sudah aman. Sekarang
adalah masalah politik dan diplomatic. Itu artinya semua adalah tanggung
jawabku. Aku akan mengurusnya sekarang.” ucap presiden.
Presiden juga
mengucapkan terima kasih kepada Letjen Yoon yang telah menyelamatkan warga
negaranya tanpa cedera. Lalu menbungkukkan badannya pada Letjen Yoon yang
dibalas dengan memberikan hormat sebagai tentara.
Saat mendengar
suara helikopter, Myeong Ju langsung melepaskan infusnya dan berlari keluar dan
ia hampir terjatuh saat menuruni tangga, untung Dae Young menahannya agar tak
terjatuh. Myeong Ju memegang pipi Dae Young memastikannya pulang dengan selamat.
Mo Yeon berjalan
di reruntuhan bangunan, melihat Si Jin melihat foto dengan sedih dan membakar
foto itu.
Ja Ae
membersihkan luka di pundak Mo Yeon, Min Jin mengatakan selama ini ia belum
pernah melihat luka tembak. Sang Hyun merasa luka tembak lumrah terjadi di
tempat mereka sekarang. Ja Ae memberitahu, Mo Yeon akan mendapatkan beberapa
jahitan.
Sang Hyun
menyuruh Mo Yeon untuk mengigit pena agar mendapatkan vodka dan akan mengingat
pengorbanannya. Ja Ae langsung memukulnya, Sang Hyun protes kenapa ia dipukul.
Padahal itu cara para tentara untuk mengatasi luka tembak dan mengejek Ja Ae
tak pernah menonton film.
Ja Ae
mengatakan, dalam film horror biasanya yang cerewat yang duluan mati. Mo Yeon tak
bisa lagi menahan rasa sedihnya dan langsung menangis. Sang Hyun menenangkan Mo
Yeon dengan menepuk pundaknya.
Esok pagi, semua
tentara olahraga lari dengan bertelanjang dada, Dae Young memimpin berteriak
meminta semuanya mengatakan “Pria perkasa” sambil berlari. Ja Ae dan Min Ji dan
perawat lainnya terkesima melihatnya.
Sang Hyun yang
ada di situ memanggil Dae Young dan mengatakan sudah berusaha untuk diam, tapi
otak pintarnya tak bisa lagi menahannya. Dan protes kenapa mereka harus melihat
adeganm senonoh ini tiap pagi. Karena itu adlah pengaruh yang berbahaya. Dae
Young hanya tersenyum menepuuk bahu Sang Hyun dan pergi menyusul anak buahnya.
Mo Yeon berjalan
dan melihat Si Jin berjalan ke arahnya. Si Jin bertanya bagaimana dengan luka
tembak Mo Yeon. Mo Yeon bertanya bagaimana keadaan Fatiman. Si Jin menjawab,
Fatima baik-baik saja dan dirawat di Markas Komando dan akan pulih sepenuhnya.
Tetapi Mo Yeon
tak begitu percaya. Si Jin heran kenapa Mo Yeon meragukannya. Mo Yeon
mengatakan karena Si Jin selalu saja berbohong padanya. Anak-anak dari desa
berhantu yang Si Jin bilang sudah aman, nyatanya disandera bersama dirinya. Si
Jin meminta maaf karena tak ingin membuat Mo Yeon khawatir.
“Apa lagi yang
kau sembunyikan, agar aku tidak khawatir?” tanya Mo Yeon.
Si Jin pun
mengingat saat pertama kali bertemu Mo Yeon. Saat Mo Yeon kenapa bisa
mendapatkan luka di perutnya, Si Jin berbohong mengatakan ia terluka saat
menjadi buruh. Sewaktu pulang dari markas, Mo Yeon menanyakan keadaannya apakah
terluka, Si Jin mengatakan baik-baik saja dan berbohong hanya kecelakaan mobil.
Saat pergi ke kota, Mo Yeon bertanya apakah sesuatu terjadi. Si Jin berbohong
mengatakan ia harus pergi ke markas besar, padahal ia bertemu dengan Argus.
Si Jin mengaku
tidak ada kebohongan lainnya. Tapi Mo Yeon tahu Si Jin berkata bohong lagi. Mo
Yeon mengerti kenapa Si Jin selalu berbohong padanya. Bahkan hal itu tidak bisa
ia keluhkan atau pertengkarkan. Karena kebohongan itu adalah tentang hidup dan
mati seseorang, politik dan diplomasi, masa depan seluruh bangsa. Si Jin hanya
bisa diam.
Mo Yeon mengatakan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Si Jin selalu bercanda untuk
menutupi apa yang tak bisa dikatakannya pada Mo Yeon. Dan Mo Yeon tak akan
percaya pada Si Jin. Lalu pada akhirnya mereka tak bisa mengatakan apa-apa.
Mo Yeon hanya ingin
bercerita tentang orang yang mengambil 2 slot parkir, kebingungannya memilih
makan siang, atau paketnya yang terlambat. Mo Yeon tertunduk menahan tangisnya.
“Kalau begitu,
katakan. Semua yang kau katakan itu sangat penting untukku,” ucap Si Jin.
“Aku tahu itu.
Aku percaya, tapi aku tak bisa mengatakan hal-hal seperti itu pada seseorang
yang melindungi orang lain dari tembakan peluru.” Sahut Mo Yeon.
“Kau mau putus
denganku?” tanya Si Jin dengan mata merah yang mulai berkaca-kaca.
“Aku ingin tahu,
apakah kau seorang yang bisa aku temani?” ucap Mo Yeon dan langsung berjalan
meninggalkan Si Jin.
Mo Yeon
mengingat perkatan Argus saat disandera, “Big Boss… dia cerdas, lucu, dan
misterius. Tapi dia punya banyak rahasia. Dia akan menghilang dan sulit
dihubungi. Lalu, suatu hari dia tidak akan pernah kembali.
Bersambung ke part 2….
Komentar:
Aku tahu
bagaimana perasaan Mo Yeon. Siapa pun itu pasti tidak suka dibohongi, apalagi
dibohongi oleh orang yang kita cintai. Mo Yeon merasa kebohongan Si Jin adalah
jarak antara dirinya dengan Si Jin. Mo Yeon merasa seperti orang bodoh yang
tidak tahu apa-apa tentang pacarnya sendiri.
Dan memang lagi-lagi
pekerjaan Si Jin selalu membuat Si Jin merahasiakan segalanya dari Mo Yeon bahkan
sedari awal mereka bertemu. Tapi kalau mereka bisa saling mengerti, hubungan
mereka pasti akan aman-aman saja. Namun sebuah pengertian adalah hal yang
paling susah untuk digapai dalam sebuah hubungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar